Jogja-NETPAC Asian Film Festival: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 11:
 
Selain sebagai ajang festival, JAFF sekaligus menjadi ruang berkompetisi bagi film Asia. Ada sejumlah kategori film yang dikompetisikan, yakni Netpac, komunitas, film pendek dan JAFF sendiri. Sejumlah nama yang tercatat menjadi juri dalam kompetisi itu adalah Ratna Sarumpaet, Tonny Trimarsanto, Landung Simatupang, Seno Gumira Ajidarma, Vara Dilla dan Bayu Bergas.<ref>{{Cite web|url=https://seleb.tempo.co/read/301883/jogja-netpac-asian-film-festival-jaff-2010-ruang-alternatif-pementasan-film|title=Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2010 Ruang Alternatif Pementasan Film|date=2010-12-27|website=Tempo|language=en|access-date=2019-03-19}}</ref>
 
SelainJAFF pemutarandimeriahkan danpula apresiasi film, JAFF dimeriahkanoleh kesenian lokal yang tampil pada pembukaan dan penutupan, forum diskusi tentang dunia sinema dengan para sineas dan komunitas film Nusantara, serta pertunjukan layar tancap di 4 desa-desa di Yogyakarta.
 
== Pendirian ==
Baris 37 ⟶ 39:
Dalam penyelenggaraan ke-9 pada 2014, JAFF memulai program The Faces of Indonesian Cinema Today. Program ini akan menampilkan film-film panjang maupun pendek Indonesia terkini yang dianggap mewakili pencapaian perfilman Indonesia saat ini. Pada perhelatan yang ke-9 ini, JAFF akan mengusung tema 'Re-Gazing at Asia (Menatap Ulang Asia). Tujuannya adalah menggarisbawahi peran penting para sutradara dan produser '''perempuan''' untuk membantu publik memandang-ulang Asia lewat sentuhan afeksi dan semangat kesetaraan
 
.Secarakeseluruhan, ada 75 film dari 18 negara yang berpartisipasi di JAFF kali ini. Film-film tersebut akan diputar dalam program-program utama festival yang terdiri atas ASIAN FEATURE (pemutaran sekaligus kompetisi film-film panjang Asia), LIGHT OF ASIA (eksibisi dan kompetisi film pendek Asia), ASIAN IN FOCUS (pemutaran film Asia yang berprestasi), dan INDONESIAN CINEMA (pemutaran film-film Indonesia). Tahun ini untuk pertama kalinya diselenggarakan STUDENT AWARD. Di sini para mahasiswa diundang untuk menyaksikan dan menilai suatu film. Penilaian ini nantinya akan mendapat penghargaan dari pihak penyelenggara.
 
Pada 2015, JAFF telah menyiapkan berbagai program seputar film dari negara-negara Asia, dengan mengambil tema (Be)Coming Asia. JAFF menyiapkan 159 film dari 23 negara Asia yang akan dipertontonkan pada 1-6 Desember mendatang. Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, JAFF kali ini dibuka dengan memutar dua film pilihan, yaitu film pendek Salesi dan film panjang Memories on Stones (Biraninem li Ser Keviri).
 
Berebeda dengan edisi sebelumnya, JAFF 2017 memberikan dua kategori untuk Asian Perspectives, yakni film panjang dan film pendek.<ref>{{Cite web|url=https://jaff-filmfest.org/blog/2017/11/10/dari-jogja-untuk-film-asia/|title=DARI JOGJA UNTUK FILM ASIA|last=jaff|date=2017-11-10|website=13th Jogja-NETPAC Asian Film Festival|language=en-US|access-date=2019-03-24}}</ref>
 
Pada edisi 2017, JAFF berkerja sama dengan Kineno International Children's Film Festival di Jepang untuk program Art for Children yang mengangkat film yang bisa dinikmati oleh anak dari usia satu tahun hingga dewasa. Selain itu, JAFF mengadakan program Respect Japan dan Shanghai International Film Festival. Bekerja sama dengan Japan Foundation, Respect Japan menayangan film Shoplifters, karya sutradara pemenang penghargaan di Cannes Film Festival, Hirokazu Kore-Eda dan Tokyo Story, film dari tahun 1953 karya Yasujiro Ozu. Sementara itu, Shanghai International Film Festival menyajikan sejumlah sinema dari China seperti ''The Road Not Taken'' dan ''Birds in Mire''.
 
Pada edisi 2018, JAFF secara resmi meniadakan program Asian Doc yang berfokus kepada dokumenter di Asia dan menggabungkan ke dalam program Asian Perspective untuk program non kompetisi.<ref>{{Cite web|url=https://www.merdeka.com/gaya/124-film-dari-27-negara-akan-tayang-di-jaff-2018.html|title=124 Film dari 27 Negara akan Tayang di JAFF 2018|last=Kurniawan|first=Haris|website=merdeka.com|language=en|access-date=2019-03-24}}</ref>
<br />
 
SelainPada ituedisi 2018, programJAFF spesialmenyuguhkan lainnyaprogram adalahspesial Layar Klasik, penonton bisa menyaksikan kembali empat film lama yang punya nilai sejarah tinggi untuk sinema Asia dan sudah direstorasi, deretan film pendek pilihan di Return to the Salt Boy, Hukla in Motion yang merupakan interpretasi sinematik dari puisi-puisi Leon Agusta, Layar Komunitas dan Special Gala untuk film “Love''Love is a Bird”Bird'' dan “Daysleepers''Daysleepers''.<ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/jaff-2018-daftar-program-yang-digelar-selama-festival-film-daw2|title=JAFF 2018: Daftar Program yang Digelar Selama Festival Film|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-03-24}}</ref>
 
== Program ==
Agenda utama Jogja-NETPAC Asian Film Festival yakni pemutaran sekaligus kompetisi bagi film-film di Asia. Kompetisi film dibagi dalam beberapa kategori. Kategori Asian Feature ditujukan untuk film fiksi panjang. Kategori ini memperebutkan Golden Hanoman Award untuk film Asia terbaik pertama dan Silver Hanoman Award untuk film Asia terbaik kedua. Selain itu, ada NETPAC Award untuk karya pilihan NETPAC dan Geber Award untuk karya pilihan komunitas film dari berbagai kota di Indonesia. Adapun film pendek dikompetisikan dalam Light of Asia untuk memperebutkan Blencong Award. Penghargaan lain yang diperebutkan yakni Jogja Student Film Award, yakni penghargaan berdasarkan pilihan murid sekolah-sekolah film yang ada di Yogyakarta.<ref>{{Cite web|url=https://krjogja.com/web/news/read/17680/6_Kategori_Penghargaan_di_Jogja_Netpac_Asian_Film_Festiv|title=6 Kategori Penghargaan di Jogja-Netpac Asian Film Festival|website=krjogja.com|language=en|access-date=2019-03-14}}</ref>
 
Pada 2017, JAFF mengkreasi kategori kompetisi baru, yakni JAFF Indonesian Screen Awards yang diperuntukkan bagi film-film Indonesia baik panjang maupun pendek.<ref>{{Cite web|url=http://flickmagazine.net/news/4661-deretan-para-pemenang-di-jogjanetpac-asian-film-festival-2017.html|title=Flick Magazine : Deretan Para Pemenang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017|website=flickmagazine.net|access-date=2019-03-24}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/penggiat-film-indonesia-mendominasi-penghargaan-jaff-2017-cBnT|title=Penggiat Film Indonesia Mendominasi Penghargaan JAFF 2017|last=Putsanra|first=Dipna Videlia|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-03-24}}</ref>
Adapun program non-kompetisi terdiri dari beberapa program. "Asian in Focus" yakni memilih film-film dari suatu negara di Asia yang memiliki pencapaian yang layak dicatat. Film dalam program ini dipilih atas dasar keberanian para pembuat film menyentuh ranah yang berbeda, baik dalam konteks dan tema cerita yang dipilih ataupun pilihan estetika yang berani dan segar, berjejak pada kondisi sosial budaya yang beragam. "Indonesian Cinema" yakni program pemutaran khusus film-film Indonesia sebagai ruang apreasiasi atas film-film Indonesia yang tidak mendapat jalur distribusi mainstream dan film-film Indonesia yang menjadi representasi tema penyelenggaraan JAFF.
 
Adapun program non-kompetisi terdiri dari beberapa program. "Asian in Focus" yakni memilih film-film dari suatu negara di Asia yang memiliki pencapaian yang layak dicatat.<ref>{{Cite web|url=https://jaff-filmfest.org/blog/2017/11/10/dari-jogja-untuk-film-asia/|title=DARI JOGJA UNTUK FILM ASIA|last=jaff|date=2017-11-10|website=13th Jogja-NETPAC Asian Film Festival|language=en-US|access-date=2019-03-24}}</ref> Film dalam program ini dipilih atas dasar keberanian para pembuat film menyentuh ranah yang berbeda, baik dalam konteks dan tema cerita yang dipilih ataupunmaupun pilihan estetika yang berani dan segar, berjejak pada kondisi sosial budaya yang beragam. "Indonesian Cinema" yakni program pemutaran khusus film-film Indonesia sebagai ruang apreasiasi atas film-film Indonesia yang tidak mendapat jalur distribusi mainstream dan film-film Indonesia yang menjadi representasi tema penyelenggaraan JAFF. Asian Perspectives merupakan program non-kompetisi terhadap perkembangan sinema dunia.
Program pemutaran film yakni Open Air Cinema. Program yang hadir untuk mendekatkan sinema ke masyarakat umum. Program ini lebih mudah diingat jika disebut dengan “layar tancap” pada umumnya masyarakat lebih mudah memahaminya menggunakan nama tersebut. Konsep kegiatan ini dilakukan di lapangan atau lahan luas dan panitia menyiapkan screen dengan ukuran cukup besar dan sound system yang mendukung. Terselenggara di empat desa di Yogyakarta , yakni Griloyo, Nitiprayan, Banyusumilir, dan Sidoakur.
 
Program pemutaran film yakni Open Air Cinema atau "layar tancap". Program ini hadir untuk mendekatkan film kepada para penonton yang memiliki akses terbatas ke bioskop konvensional, biasanya diselenggarakan sebelum festival dimulai. Pemutaran film dilakukan di lapangan atau lahan luas di desa-desa Yogyakarta.<ref>{{Cite web|url=https://jaff-filmfest.org/blog/2018/11/28/ribuan-penonton-hadiri-pemutaran-film-sultan-agung-di-studio-alam-gamplong/|title=Ribuan Penonton Hadiri Pemutaran Film ‘Sultan Agung’ di Studio Alam Gamplong|last=jaff|date=2018-11-28|website=13th Jogja-NETPAC Asian Film Festival|language=en-US|access-date=2019-03-24}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://jaff-filmfest.org/blog/2018/11/28/open-air-cinema-2018-hari-pertama/|title=Open Air Cinema 2018 Hari Pertama|last=jaff|date=2018-11-28|website=13th Jogja-NETPAC Asian Film Festival|language=en-US|access-date=2019-03-24}}</ref>
Selain pemutaran film, terdapat sesi diskusi yang mengundang pelaku film dari berbagai nagara dan para penggerak film Indonesia. JAFF melaksanakan kegiatan bertajuk "Public Lecture" untuk membagikan berbagai ilmu melalui seminar, diskusi maupun peluncuran buku tentang sinema dan berbagai permasalahan sinema secara umum lainnya. Tiap tahunnya JAFF menyelenggarakan "Public Lecture" dengan tema pembahasan yang beragam mengikuti isu maupun permasalahan sinema secara global. Untuk sejumlah kelas di program edukasinya, JAFF telah berhasil mendatangkan sineas ternama yang siap berbagi ilmu, seperti Reza Rahadian, Ernest Prakasa, Gunnar Nimpuno, Robin Moran, Buadi, Ian Wee dan Bertrand Dauphant.
 
Selain pemutaran film, terdapat sesi diskusi yang mengundang pelaku film dari berbagai nagara dan para penggerak film Indonesia. JAFFKegiatan melaksanakan kegiatanini bertajuk "Public Lecture". untukBentuknya membagikan berbagai ilmu melaluiberupa seminar, diskusi, maupun peluncuran buku tentang sinema dan berbagai permasalahan sinema secara umum lainnya. TiapTopik tahunnyayang JAFF menyelenggarakan "Public Lecture" dengan tema pembahasan yangdiangkat beragam mengikuti isu maupun permasalahan sinema secara global. Untuk sejumlah kelas di program edukasinya, JAFF telah berhasil mendatangkan sineas ternama yang siap berbagi ilmu, seperti Reza Rahadian, Ernest Prakasa, Gunnar Nimpuno, Robin Moran, Buadi, Ian Wee dan Bertrand Dauphant.
Asian Perspectives merupakan program non-kompetisi terhadap perkembangan sinema dunia.
 
Selain pemutaran dan apresiasi film, JAFF dimeriahkan kesenian lokal yang tampil pada pembukaan dan penutupan, forum diskusi tentang dunia sinema dengan para sineas dan komunitas film Nusantara, serta pertunjukan layar tancap di 4 desa di Yogyakarta.
 
Berbagai kegiatan dilakukan di luar kompetisi film. Tiap tahunya JAFF dihadiri oleh berbagai komunitas di Indonesia untuk hadir di berbagai program yang diberikan.
 
Pada 2017, JAFF mengkreasi kategori baru, yakni JAFF Indonesian Screen Awards yang diperuntukkan bagi film-film Indonesia baik panjang maupun pendek.<ref>{{Cite web|url=http://flickmagazine.net/news/4661-deretan-para-pemenang-di-jogjanetpac-asian-film-festival-2017.html|title=Flick Magazine : Deretan Para Pemenang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2017|website=flickmagazine.net|access-date=2019-03-24}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://tirto.id/penggiat-film-indonesia-mendominasi-penghargaan-jaff-2017-cBnT|title=Penggiat Film Indonesia Mendominasi Penghargaan JAFF 2017|last=Putsanra|first=Dipna Videlia|website=tirto.id|language=id|access-date=2019-03-24}}</ref>
 
Dalam tiap tahun edisinya, JAFF mememiliki beberapa program istimewa.
 
Selain itu, program spesial lainnya adalah Layar Klasik, penonton bisa menyaksikan kembali empat film lama yang punya nilai sejarah tinggi untuk sinema Asia dan sudah direstorasi, deretan film pendek pilihan di Return to the Salt Boy, Hukla in Motion yang merupakan interpretasi sinematik dari puisi-puisi Leon Agusta, Layar Komunitas dan Special Gala untuk film “Love is a Bird” dan “Daysleepers.”
 
== Pemenang ==