Krakatau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gombang (bicara | kontrib)
k wikifikasi
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
OrophinBot (bicara | kontrib)
Baris 49:
Letusan Krakatau Purba, diperkirakan pada tahun 416 Masehi, mungkin dapat ditafsirkan dari kitab pedalangan [[Pustaka Raja Purwa|''Pustaka Raja Purwa'']] yang isinya antara lain menyatakan
 
{{cquote|... ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula.... Ketika air menenggelamkannya, [[pulau Jawa]] terpisah menjadi dua, menciptakan [[pulau SumateraSumatra]]}}
[[Berkas:Krakatoa evolution map-fr.gif|300px|jmpl]]
Pakar geologi [[Berend George Escher]] dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks disebut Gunung Batuwara. Menurut [[Pustaka Raja Purwa|''Pustaka Raja Purwa'']], tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.
Baris 79:
Menurut para peneliti di [[University of North Dakota]], ledakan Krakatau bersama ledakan [[Tambora]] (1815) mencatatkan nilai [[Volcanic Explosivity Index]] (VEI) terbesar dalam sejarah modern. ''[[Guinness World Records|The Guiness Book of Records]]'' mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.
 
Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan SumateraSumatra bahkan sampai ke [[Sri Lanka]], [[India]], [[Pakistan]], [[Australia]] dan [[Selandia Baru]].
 
Letusan itu menghancurkan [[Gunung Danan]], [[Gunung Perbuwatan]] serta sebagian [[Gunung Rakata]] di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. [[Tsunami]] (gelombang laut) naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.
 
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari [[Merak]] di [[Kota Cilegon]] hingga [[Cilamaya]] di [[Karawang]], pantai barat [[Banten]] hingga Tanjung Layar di [[Pulau Panaitan]] ([[Ujung Kulon]] serta SumateraSumatra Bagian selatan). Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk [[Jakarta]] dan [[Lampung]] pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai [[Hawaii]], pantai barat [[Amerika Tengah]] dan [[Semenanjung Arab]] yang jauhnya 7 ribu kilometer.
 
=== Anak Krakatau ===
Baris 90:
Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai [[Anak Krakatau]] dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20 inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki) dan lebih lebar 12 meter (40 kaki). Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi anak Rakata mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut.
 
Menurut Simon Winchester, sekalipun apa yang terjadi dalam kehidupan Krakatau yang dulu sangat menakutkan, realita-realita geologi, seismik serta tektonik di Jawa dan SumateraSumatra yang aneh akan memastikan bahwa apa yang dulu terjadi pada suatu ketika akan terjadi kembali. Tak ada yang tahu pasti kapan Anak Krakatau akan meletus. Beberapa ahli [[geologi]] memprediksi letusan ini akan terjadi antara 2015-2083. Namun pengaruh dari gempa di dasar Samudera Hindia pada 26 Desember 2004 juga tidak bisa diabaikan.
 
[[Berkas:Indonesia, Sunda Straits.jpg|jmpl|250px|Anak Krakatau, Februari 2008]]