Orang Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak perubahan teks terakhir (oleh Channel ndai) dan mengembalikan revisi 14847988 oleh HaEr48
k Kata 'sumatera' menjadi 'sumatra' sesuai kata baku yang tercantum dalam KBBI. Selain itu, memberi tanda koma (,) setelah kalimat 'oleh karena itu'.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 48:
}}
 
'''Minangkabau''' atau disingkat '''Minang''' merujuk pada entitas kultural dan geografis yang ditandai dengan penggunaan [[Bahasa Minangkabau|bahasa]], [[Adat Minangkabau|adat]] yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, dan identitas agama Islam. Secara geografis, Minangkabau meliputi daratan [[Sumatera Barat|Sumatra Barat]], separuh daratan [[Riau]], bagian utara [[Bengkulu]], bagian barat [[Jambi]], pantai barat [[Sumatera Utara|Sumatra Utara]], barat daya [[Aceh]], dan [[Negeri Sembilan]] di [[Malaysia]].<ref name="De Jong">{{cite book|last=De Jong|first=P.E de Josselin|authorlink=|coauthors=|title=Minangkabau and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia|publisher=Bhartara|year=1960|location=Jakarta|url=|doi=|isbn=}}</ref> Dalam percakapan awam, orang Minang seringkalisering kali disamakan sebagai orang Padang,. Hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi SumateraSumatra Barat, yaitu [[Kota Padang]]. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan ''urang awak'', bermaksudyang dimaksudkan sama dengan orang Minang itu sendiri.<ref>{{cite book|last=Kingsbury|first=D.|last2=Aveling|first2=H.|year=2003|title=Autonomy and Disintegration in Indonesia|publisher=Routledge|ISBN=0-415-29737-0|ref=Kingsbury}}</ref>
Menurut [[A.A. Navis]], Minangkabau lebih merujuk kepada kultur etnis dari suatu rumpun [[Melayu]] yang tumbuh dan besar karena sistem monarki<ref name="Navis-1">{{cite book|last=Navis|first=A.A.|authorlink=A.A. Navis|year=1984|title=Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau|publisher=Grafiti Pers|location=Jakarta}}</ref> serta menganut sistem adat yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau [[matrilineal]],<ref name="Datuk">{{cite book|last=Batuah|first=A. Dt.|last2=Madjoindo|first2=A. Dt.|year=1959|title=Tambo Minangkabau dan Adatnya|publisher=Balai Pustaka|location=Jakarta}}</ref> walaupun budayanya sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. [[Thomas Stamford Raffles]], setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan [[Kerajaan Pagaruyung|Kerajaan Pagaruyuang]], menyatakan bahwa Minangkabau adalahialah sumber kekuatan dan asal [[bangsa Melayu]], yang kelak penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.<ref name="MalayIdentity2001">{{cite journal|last=Reid|first=Anthony|journal=Journal of Southeast Asian Studies|title=Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities|volume=32|issue=3|year=2001|pages=295–313|url=|doi=10.1017/S0022463401000157}}</ref>
 
Masyarakat Minang bertahan sebagai penganut matrilineal terbesar di dunia.<ref>{{cite book|last=Evers|first=Hans Dieter|last2=Korff|first2=Rüdiger|year=2000|title=Southeast Asian Urbanism|publisher=Ed.2nd|location=LIT Verlag Münster|pages=188|ISBN=3-8258-4021-2|ref=Evers}}</ref><ref>{{cite book|last=Ong|first=Aihwa|last2=Peletz|first2=Michael G.|year=1995|title=Bewitching Women, Pious Men: Gender and Body Politics in Southeast Asia|publisher=University of California Press|pages=51|ISBN=0-520-08861-1|ref=Ong}}</ref> Selain itu, etnis ini telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-[[Hindu]] dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang dalam pernyataan ''Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah'' (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan [[Al-Qur'an]]) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.<ref>{{cite book|last=Jones|first=Gavin W.|last2=Chee|first2=Heng Leng|last3=Mohamad|first3=Maznah|year=2009|title=Muslim-Non-Muslim Marriage: Political and Cultural Contestations in Southeast Asia|chapter=Not Muslim, Not Minangkabau, Interreligious Marriage and its Culture Impact in Minangkabau Society by Mina Elvira|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|pages=51|ISBN=978-981-230-874-0|ref=Jones}}</ref>
 
[[Daftar tokoh Minangkabau|Orang Minangkabau]] sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional, dan intelektual. Mereka merupakan pewaris dari tradisi lama [[Kerajaan Melayu]] dan [[Sriwijaya]] yang gemar berdagang dan dinamis.<ref name="Graves_p1">{{cite book|last=Graves|first=Elizabeth E.|title=The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule Nineteenth Century|publisher=Cornell Modern Indonesia Project #60|year=1981|location=Itacha, New York|url=|doi=|isbn=|page=1}}</ref> Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti [[Jakarta]], [[Bandung]], [[Pekanbaru]], [[Medan]], [[Batam]], [[Palembang]], [[Bandar Lampung]], dan [[Surabaya]]. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang terkonsentrasi di [[Kuala Lumpur]], [[Seremban]], [[Singapura]], [[Jeddah]], [[Sydney]],<ref>{{cite web|url=http://hariansinggalang.co.id/warga-minang-sidney-peduli-syiar-islam|title=Warga Minang Sidney Peduli Syiar Islam|work=[[Harian Singgalang]]|date=2012-02-18}}</ref> dan [[Melbourne]].<ref>{{cite web|url=http://www.kjri-melbourne.org/soc_culture_organisasi.html|title=Indonesian Community in Victoria-Tasmania|work=[[Konsulat Jenderal Indonesia]]}}</ref> Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan [[masakan Padang]] yang sangat digemari di [[Indonesia]] bahkan sampai mancanegara.<ref>{{cite book|last=Ramli|first=Andriati|year=2008|title=Masakan Padang: Populer & Lezat|publisher=Niaga Swadaya|ISBN=978-979-1477-09-3|ref=Ramli}}</ref>
 
== Etimologi ==
[[Berkas:Minangkabau on Sumatra (ru).svg|jmpl|kiri|260px|Peta yang menunjukan wilayah penganut kebudayaan Minangkabau di pulau Sumatera.]]
Nama Minangkabau berasal dari dua kata yaitu, ''minang'' dan ''kabau''. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda yang dikenal di dalam [[Tambo Minangkabau|tambo]]. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai [[Majapahit]]) yang datang dari laut dan akan melakukan penaklukanpenaklukkan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang laparmasih menyusui. Dalam pertempuran, anak kerbau yang laparmasih itumenyusui tersebut menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama ''Minangkabau'',<ref name="Djamaris">{{cite book|last=Djamaris|first=Edwar|year=1991|title=Tambo Minangkabau|publisher=Balai Pustaka|location=Jakarta|pages=220-221|ISBN=978-979-1477-09-3}}</ref> yang berasal dari ucapan "''Manang kabau''" (artinya menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'' dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama ''Pariangan'' menggunakan nama tersebut.<ref>{{cite book|last=Hill|first=A.H.|year=1960|title=Hikayat Raja-raja Pasai|publisher=Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland|location=London|ref=Pasai}}</ref> Selanjutnya penggunaan nama ''Minangkabau'' juga digunakan untuk menyebut sebuah [[nagari]], yaitu Nagari [[Minangkabau, Sungayang, Tanah Datar|Minangkabau]], yang terletak di [[Sungayang, Tanah Datar|Kecamatan Sungayang]], [[Kabupaten Tanah Datar]], [[Sumatera Barat]].
 
Dalam catatan sejarah kerajaan [[Majapahit]], [[Nagarakretagama]]<ref>{{cite book|last=Brandes|first=J.L.A.|year=1902|title=Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op Koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, Naar Het Eenige Daarvan Bekende Handschrift, Aangetroffen in de Puri te Tjakranagara op Lombok|ref=Brandes}}</ref> bertanggal 1365, juga telah menyebutkan nama '''Minangkabwa''' sebagai salah satu dari negeri [[Melayu]] yang ditaklukannya. Begitu juga dalam Tawarikh [[Dinasti Ming|Ming]] tahun [[1405]], terdapat nama kerajaan ''Mi-nang-ge-bu'' dari enam kerajaan yang mengirimkan utusan menghadap kepada [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]].<ref>Geoff Wade, translator, ''Southeast Asia in the Ming Shi-lu: an open access resource'', Singapore: Asia Research Institute and the Singapore E-Press, National University of Singapore.</ref> Di sisi lain, nama "Minang" ([[kerajaan Minanga]]) itu sendiri juga telah disebutkan dalam [[Prasasti Kedukan Bukit]] tahun 682 dan ber[[bahasa Sanskerta]]. Dalam [[prasasti]] itu dinyatakan bahwa pendiri kerajaan [[Sriwijaya]] yang bernama [[Dapunta Hyang]] bertolak dari "Minānga" ....<ref>{{cite book|last=Cœdès|first=George|year=1930|title=Les Inscriptions Malaises de Çrivijaya|publisher=BEFEO|ref=Cœdès}}</ref> Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris ke-4 (...minānga) dan ke-5 (tāmvan....) sebenarnya tergabung, sehingga menjadi '''mināngatāmvan''' dan diterjemahkan dengan makna ''sungai kembar''. Sungai kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran [[Sungai Kampar]], yaitu ''Sungai Kampar Kiri'' dan ''Sungai Kampar Kanan''.<ref>{{cite book|last=Purbatjaraka|first=R.M. Ngabehi|year=1952|title=Riwajat Indonesia|publisher=Jajasan Pembangunan|location=Jakarta|ref=Purbatjaraka}}</ref> Namun pendapat ini dibantah oleh [[Johannes Gijsbertus de Casparis|Casparis]], yang membuktikan bahwa "tāmvan" tidak ada hubungannya dengan "temu", karena kata ''temu'' dan ''muara'' juga dijumpai pada prasasti-prasasti peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya.<ref>{{cite book|last=Casparis|first=J.G. De|year=1956|title=Prasasti Indonesia II|publisher=Masa Baru|location=Bandung|ref=Casparis}} Dinas Purbakala Republik Indonesia.</ref> Oleh karena itu, kata ''Minanga'' berdiri sendiri dan identik dengan penyebutan ''Minang'' itu sendiri.
[[Berkas:Flag of Minang.svg|jmpl|Bendera atau ''marawa'' yang digunakan suku-suku Minangkabau.]]