Abdul Hamid II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Ajengputri18 (bicara | kontrib)
Penambahan konten dan koreksi kalimat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4:
'''Abd-ul-Hamid II''' ({{lang-ota|عبد الحميد ثانی}}, ''`Abdü’l-Ḥamīd-i <u>s</u>ânî''; {{lang-tr|İkinci Abdülhamit}} ; [[21 September]] [[1842]]–[[10 Februari]] [[1918]]) adalah sultan ke-34 [[Kesultanan Utsmaniyah]]. Abd-ul-Hamid menggantikan saudaranya Sultan Murad V pada [[31 Agustus]] [[1876]]. Dia mengawasi periode kemunduran, dengan pemberontakan, khususnya di Balkan, dan perang yang tidak berhasil dengan Kekaisaran Rusia. Ia memerintah dari 31 Agustus 1876 sampai ia digulingkan tak lama setelah Revolusi Muda Turki tahun 1908, pada 27 April 1909. Sesuai dengan perjanjian yang dibuat dengan Ottoman Muda republik, ia mengumumkan konstitusi Utsmaniyah pertama tahun 1876 pada 23 Desember 1876, yang tanda pemikiran progresif yang menandai pemerintahan awal. Belakangan, bagaimanapun, ia melihat pengaruh Barat pada urusan Ottoman dan mengutip ketidaksetujuan dengan Parlemen, menangguhkan konstitusi berumur pendek dan Parlemen pada 1878 dan mencapai kekuasaan dan kendali yang sangat efektif. Pada 1909 Sultan Abd-ul-Hamid II dicopot kekuasaannya melalui [[kudeta]] militer, sekaligus memaksanya untuk mengumumkan sistem pemerintahan perwakilan dan membentuk parlemen untuk yang kedua kalinya. Setelah pencopotan pada tahun 1909, Ia diasingkan ke [[Tesalonika]], [[Yunani]].
 
Di luar negeri, Abdul Hamid dijuluki ''Sultan Merah'' atau ''Abdul the Damned'' karena pembantaian yang dilakukan terhadap minoritas selama pemerintahannya, dannamun penggunaanjulukan polisitersebut rahasiamerupakan propaganda media barat yang gencar dilakukan untuk membungkammemecah perbedaanDaulah pendapatIslamiyah. Seorang Bankir Yahudi pun pernah menawarkan untuk membeli Palestina dengan danharga republikanismetinggi. InisiatifNamun hal ini ditolak oleh Sultan Abdul Hamid karna kecintaannya kepada Islam. Penolakan ini menyebabkan upaya pembunuhan pada tahun 1905, yang berkontribusi terhadap paranoiasikap mawas diri yang semakin memburuktinggi sampai akhirnya dia melepaskan diri dari tahta.
 
Abdul Hamid paranoidsangat mawas diri tentang keamanannya akibat banyaknya penghianatan yang terjadi untuk memecah Daulah Islamiyah. Ingatan deposisi [[Abdul Aziz]] ada dalam pikirannya dan meyakinkannya bahwa pemerintahan konstitusional bukanlah ide yang baik karna dapat memecah belah Umat Islam. Karena itu, informasi dikontrol ketat dan pers disensor dengan ketat dengan maksud meminimalisir doktrinisasi media Barat. Kurikulum sekolah harus diperiksa secara ketat untuk mencegah ketidakpuasanbibit pemecah belah Daulah Islamiyah. Ironisnya, sekolah-sekolah yang Abdul Hamid coba kendalikandibina menjadi "tempat berkembang biak ketidakpuasan" karena siswaadanya danpenyusup guruyang sama-samamelakukan lecetdoktrin dengankebebasan pembatasanalih-alih canggung yangmenjatuhkan kakuKesultanan. Dia akan selalu melihatmenjadikan mimpiSultan apaMuhammad yangAl-Fatih terjadisebagai padapanutannya pamannyadalam karenamenaklukan cintanyaKota pada pamannya. Dia memiliki garis telegraf rahasiaKonstantinopel dan padapanglima dasarnyaperang "mata-mata"terbaik miliknyadengan yangpasukan akanterbaik menjalankan perintahnyadalam tanpasegi pertanyaanagama.
 
Pemerintahan Abdul Hamid juga memiliki sistem mata-mata negara yang berfungsi penuh. Mata-mata ini sangat menghambatmeminimalisir operasi administrasi negara karena para pejabat selalu khawatir bahwa laporan palsu akan diajukan terhadap mereka. Dalam ''Spies'', ''Scandals and Sultans'', oleh Ibrahim Al-Muwaylihi, diceritakan bagaimana mata-mata beroperasi di seluruh Konstantinopel dan bahwa bahkan Syaikh al-Islam lumpuh karena takut mata-mata ini. Selain itu, al-Muwaylihi menggambarkan berapa banyak mata-mata yang mengikuti pengangkutan Putra Mahkota. Secara keseluruhan, mata-mata ini menghambat fungsi negara dan ide-ide reformasi potensial karena orang takut dilaporkan.
 
Dia adalah Sultan terakhir dari Kesultanan Utsmaniyah untuk memiliki kekuatan absolut. Dia memimpin lebih dari 33 tahun kemunduran. Kesultanan Utsmaniyah telah lama diakui sebagai "orang sakit Eropa" oleh negara-negara Eropa lainnya.
Baris 15:
 
* [[1840]]
Awal rencana pembuatan jalur kereta api yang membentang di [[Timur Tengah]] yang juga mencakup [[Jalur kereta api Hijaz]] yang menghubungkan antara [[Damaskus]] dengan [[Madinah]] yang juga direncanakan sampai ke [[Mekkah]] dan [[Jeddah]]. Jalur kereta api ini dibangun bertujuan untuk mempersatukan wilayah [[Kesultanan Utsmaniyah]] dengan sarana transportasi modern saat itu. Dan untuk mempermudah rakyatnya dalam melakukan perjalanan umroh dan haji.
 
* [[1876]]