Marwan bin al-Hakam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
Marwan termasuk salah satu [[sahabat Nabi]]. Pada masa kekuasaan Khalifah [[Utsman bin 'Affan|'Utsman bin 'Affan]] yang merupakan sepupunya, Marwan berperan sebagai sekretaris{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} dan tangan kanan khalifah.{{sfn|Kennedy|2004|p=79}} Marwan juga turut serta dalam peperangan di Afrika Utara dan memperoleh rampasan perang yang besar.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Terlihat hal tersebut menjadi sumber kekayaan Marwan dan sebagiannya dipakai untuk membeli properti di Madinah.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Dia juga sempat ditunjuk menjadi Gubernur [[Provinsi Fars|Fars]] selama beberapa waktu.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}
 
Banyak sejarawan percaya bahwa Marwan termasuk yang bertanggung jawab atas kekisruhan di tahun-tahun terakhir masa kekuasaan 'Utsman bin 'Affan yang berujung pada pemberontakan.<ref>Al-Ishabah, jld. 6, hlm. 204.</ref> Istri 'Utsman, Na-ilah, pernah menyatakan pendapatnya terkait Marwan kepada suaminya, "Bila engkau terus-menerus mengikuti Marwan, maka dia akan menjadi sebab kematianmu."<ref>[[Ibnu Katsir]], [[Al-Bidayah wan Nihayah]]</ref> Salah satu hal yang kerap dijadikan contoh dalam hal ini adalah kasus pemalsuan surat atas nama 'Utsman yang kerap diduga sebagai pekerjaan Marwan. Surat tersebut berisikan perintah kepada [[Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh|'Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarh]] untuk membunuh [[Muhammad bin Abu Bakar]], yang baru ditunjuk sebagai Gubernur Mesir, beserta rombongan Mesir yang baru saja kembali dari Madinah untuk melayangkan keberatan secara langsung pada 'Utsman atas beberapa kebijakannya terkait Mesir. Saat rombongan tersebut menangkap pembawa surat dalam perjalanan pulang mereka ke Mesir, mereka marah dan berbalik kembali ke Madinah dan terjadilah huru-hara. Meski begitu, sebagian pendapat menyatakan bahwa surat tersebut dipalsukan oleh salah seorang dari rombongan tersebut sebagai jalan untuk menggantikan 'Utsman dengan 'Ali sebagai khalifah. Terlepas dari segala simpang-siur yang ada, saat gelombang protes berubah menjadi pemberontakan yang berujung pada pengepungan kediaman 'Utsman pada tahun 656, Marwan termasuk yang turut serta melindungi 'Utsman. Marwan terluka parah pada saat kejadian dan 'Utsman sendiri terbunuh.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}{{sfn|Donner|2014|p=106}} Setelahnya, 'Ali dilantik menjadi khalifah yang baru.
 
Masa kekuasaan Khalifah 'Ali adalah salah satu masa tersulit dalam sejarah Islam karena pada saat itulah terjadi [[perang saudara Islam pertama]] yang pecah lantaran perselisihan mengenai status pembunuh 'Utsman. Sebagian berpendapat bahwa hukuman mati bagi mereka yang terlibat sebaiknya ditunda sampai keadaan negara stabil. 'Ali dan pendukungnya mengambil pendapat ini. Pendapat lain menyatakan bahwa mereka harus segera dihukum mati karena ditakutkan bahwa para pembunuh ini akan berbaur dengan masyarakat dan sulit dilacak. Keluarga besar 'Utsman dan beberapa tokoh mengambil pendapat ini. Perbedaan pendapat ini semakin memanas dan pertempuran tidak bisa dielakkan kembali. [[Aisyah]] janda Nabi yang mengambil pendapat terakhir berseteru dengan pihak 'Ali yang berujung pada terjadinya [[Perang Jamal]]. Marwan berada di pihak Aisyah pada pertempuran tersebut.<ref>Al-Imamah wa as-Siyasah, jld. 1, hlm. 73. </ref>{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} [[Thalhah bin Ubaidillah|Thalhah bin 'Ubaidillah]] yang terlibat dalam pengepungan kediaman 'Utsman awalnya memberikan baiat kepada 'Ali, tetapi kemudian berbalik memihak Aisyah. Pada saat kemenangan tampak berada di pihak 'Ali, Marwan memanah Thalhah demi menuntut balas kematian 'Utsman dan hal tersebut mengantarkan pada kematiannya.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}} Setelah perang, Marwan bersumpah setia kepada 'Ali.{{sfn|Bosworth|1991|p=621}}