Soerjadi Soerjadarma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 54:
| url = https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160417211220-20-124566/kisah-para-komandan-udara-loyalis-sukarno}}</ref>) adalah [[Kepala Staf TNI Angkatan Udara]] dari [[1946]] hingga [[1962]].
 
Pada [[1 September]] [[1945]] ia ditugaskan membentuk [[Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_UdaraTentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]] oleh Presiden [[Soekarno]] dan diangkat sebagai [[KASAU]] (pertama) pada [[9 April]] [[1946]]. Pada [[18 Februari]] [[1960]], selain sebagai [[KASAU]], jabatannnya ditingkatkan sebagai Menteri/Kastaf [[Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_UdaraTentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]].
 
Suryadi Suryadarma sebagai pendiri dan Bapak [[Tentara_Nasional_Indonesia_Angkatan_UdaraTentara Nasional Indonesia Angkatan Udara|AURI]] – tidak hanya berperan dalam mengembangkan dunia dirgantara pada bidang kemiliteran, namun juga sebagai pelopor pada penerbangan komersial. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan, Suryadarma telah menjadikan dirgantara sebagai bagian dari hidupnya.
 
== Biografi ==
Baris 62:
Terlahir dengan nama Elang Soeriadi Soeriadarma, Ia adalah anak dari R. Suryaka Suryadarma yang bekerja pegawai bank di [[Banyuwangi]]. Elang adalah gelar kebangsawanan yang ada di [[Keraton Kanoman]] [[Cirebon]] yang berarti [[Raden]]. Namanya kemudian disesuaikan dengan ejaan baru menjadi Raden Suryadi Suryadarma{{sfn|Suryadarma|2017|p=2}}
 
Ia masih memiliki garis keturunan dari [[Keraton Kanoman]], [[Cirebon]]. Buyutnya adalah Pangeran Jakaria alias Aryabrata dari [[Keraton Kanoman]]. Sedangkan kakeknya adalah Dokter Pangeran Boi Suryadarma yang bertempat tinggal di [[Kuningan]], [[Jawa Barat]], dia tamatan [[STOVIA|Sekolah Dokter Jawa]] ([[STOVIA]]). Sejak kecil Suryadarma telah menjadi yatim piatu, Ia ditinggal oleh ibu kandungnya dalam usia yang masih kecil, sedangkan ayahandanya wafat ketika Suryadarma berusia sekitar empat tahun.{{sfn|Suryadarma|2017|p=2}} Sepeninggal kedua orangtuanya, Suryadarma ikut keluarga kakeknya di [[Jakarta]].
 
Tahun [[1918]], menjelang usia enam tahun, Soerjadi Soerjadarma masuk sekolah [[ELS]] (‘’[[ELS|Europeesche Lagere School]]’’) yaitu Sekolah Dasar khusus untuk anak asing (bangsa [[Eropa]] dan [[Tiongkok]]) dan anak-anak [[Indonesia]] yang miliki keturunan bangsawan atau anak pejabat yang kedudukannya bisa disamakan dengan bangsa [[Eropa]]. Sekolah dimana beliau menempuh pendidikan dasar adalah Paul Krugerschool yang merupakan cikal bakal dari [[PSKD]] ([[PSKD|Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta]]), yang terletak di daerah [[Kwitang,_Senen Senen,_Jakarta_Pusat Jakarta Pusat|Kwitang]], [[Jakarta Pusat]].{{sfn|Suryadarma|2017|p=3}}
 
Tahun [[1926]], ia menyelesaikan pendidikanya di [[ELS|Europeesche Lagere School]], yang kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya yaitu ''[[Hoogere Burgerschool te Bandoeng]]'' ([[HBS]] [[Bandung]], sekarang ditempati [[SMA Negeri 3 Bandung]] dan [[SMA Negeri 5 Bandung]]). Namun sebelum berhasil menamatkan sekolahnya di kota ini, ia harus berpindah ke [[Jakarta]] dan melanjutkan di ''[[Koning Willem III School te Batavia]]'' - [[HBS]] di [[Jakarta]], dan berhasil diselesaikan tahun [[1931]].<ref name=”TNI-AU”>{{cite web
Baris 84:
Keinginannya yang besar untuk menjadi penerbang, membuatnya pada bulan [[September]] [[1931]], beliau mendaftarkan diri masuk pendidikan perwira di [[KMA]] [[Breda]], [[Belanda]]. Keinginannya untuk menjadi anggota militer ini sebenarnya tidak disetujui oleh Dr. Boi Suryadarma, kakek yang sekaligus menjadi ayah angkatnya. Namiun setelah mendapat penjelasan dari Suryadarma, akhirnya kakeknya tidak keberatan Suryadarma menjadi [[taruna|kadet]] ([[taruna]]) [[KMA]].<ref name=”TNI-AU”/>
 
Di lingkungan [[taruna|kadet]], ia sering disebut dengan pelbagai julukan, antara lain adalah ''Browne Baron'' yang artinya Pangeran berkulit coklat. Selain itu, di kalangan rekan-rekannya di [[KMA]], ia dipanggil dengan nama Yacobus.{{sfn|Suryadarma|2017|p=12}} Selama menempuh pendidikan, ia sangat gemar membaca terutama mengenai sejarah penerbangan di [[Eropa]]. Salah satu tokoh yang sangat ia kagumi adalah [[Giulio Douhet]]. [[Giulio Douhet|Giulio]] adalah salah seorang [[Jenderal]] berkebangsaan [[Italia]] dan pernah menulis buku dengan judul ''The Command of the Air'' dan diterbitkan di tahun [[1921]]. Dalam bukunya, ia menyatakan bahwasanya kekuatan udara tidak hanya sebagai penunjang serangan [[TNI-AD|angkatan darat]], namun ia bisa dipergunakan untuk menghancurkan sasaran-sasaran yang besar dan berada jauh dari pangkalan.
 
Akhirnya pada bulan [[September]] tahun [[1934]], Soerjadi Soerjadarma lulus dari [[KMA|Akademi Militer]] [[Breda]], [[Belanda]], dengan pangkat [[Letnan Dua]]. Pendidikan di [[KMA]] diselesaikannya selama tiga tahun. Setelah lulus, ia ditempatkan di Satuan Angkatan Darat [[Belanda]] di [[Nijmegen]]. Baru satu bulan kemudian, tepatnya di bulan [[Oktober]], [[1934]], ia dipindahkan ke Batalyon I [[Infanteri]] di [[Magelang]] sampai bulan [[Nopember]] [[1936]]<ref name=”TNI-AU”/>
Baris 102:
| doi =
| id =
| isbn = }}</ref>
 
Suryadi turut serta dalam operasi pengeboman kapal-kapal tentara [[Jepang]], yang berjumlah tidak kurang dari 50 buah di atas langit yang cerah di pulau [[Tarakan]], [[Borneo]], tanggal [[13 Januari]] [[1942]]. <ref name=”CNNIndonesia”/>Dalam operasi pengeboman ini, Suryadi bertindak sebagai navigator dan berpangkat ''Luitenant Waarnemer''. Dari ketiga pesawat [[Martin B-10|Glenn Martin]], [[Belanda]].Dari tiga buah pesawat udara yang dikirimkan untuk operasi ini, hanya satu yang selamat dan diawaki oleh Suryadarma. Atas jasa keberanian yang luar biasa ini, Suryadi Suryadarma mendapatkan medali ‘’[[Bronze Kruis|Het Bronze Kruis]]’’ atau ‘’[[Bronze Kruis|The Bronze Cross]]’’, sebuah tanda jasa khusus dalam bidang militer dan hanya dianugerahkan untuk mereka yang memperlihatkan keberanian luar biasa terhadap musuh.{{sfn|Suryadarma|2017|p=xiii - xv}}
 
Suryadi mendapatkan berita bahwa Sekolah Penerbang (''Vliegschool'') di [[Kalijati,_Subang Subang|Kalijati]] membukan pendaftaran bagi tentara [[Hindia Belanda]], setelah bertugas beberapa lama di Batalion 1 Infanteri, Magelang. Proses seleksi awalnya ia mengalami kegagalan pada fase tes kesehatan, dimana ia dinyatakan menderita malaria dan sedang kambuh. Tahun depannya, ia melamar lagi, namun ditolak dengan alasan belum sembuh dari sakit malarianya. Dan baru pada kesempatan ketiga, ia lolos dari tes kesehatan dan memulai pendidikan penerbang di Sekolah Penerbang [[Kalijati,_Subang Subang|Kalijati]], pada [[Desember]] [[1937]].<ref name=”TNI-AU”/>
 
Ia diterima sebagai navigator tetapi Suryadarma konon berbakat sebagai penerbang namun tidak diizinkan karena ia pribumi. Suryadarma punya segudang pengalaman dengan terlibat dalam operasi-operasi udara AU Belanda, terutama ketika Belanda terdesak oleh invasi Jepang pada awal 1940-an. Ia terkenal akan keberaniannya sebagai navigator (sebagai letnan penerbang intai) dengan tiga pesawat pembom Glenn Martin B-10, yang mengebom armada Jepang di Tarakan tanpa disertai ''fighter escort'' pada tanggal 13 Februari 1942. Mereka berhasil mengebom dua kapal penjelajah (cruiser) Jepang, namun kemudian mereka diserang oleh pesawat-pesawat Zero, sehingga hanya bomber yang dipimpin oleh Suryadarma yang berhasil kembali meskipun dalam keadaan rusak dan penerbangnya luka parah. Karena jasanya, Pemerintah Belanda menganugerahi "The Bronze Cross" atas keberaniannya menghadapi musuh dan ''Medals for Distinguished Service During Combat'' untuk Jan Lukkien yang menjadi pilot pesawat tersebut dan sebagai Komandan Skawadron Glen Martin B-10.