Chairuddin Ismail: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
fix |
fix |
||
Baris 3:
|honorific-prefix =
|name = {{PAGENAME}}
|image =
|imagesize = 200px
|caption =
Baris 9:
|office = [[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]]
|president = [[Abdurrahman Wahid]]
|term_start =
|term_end = 3 Agustus 2001<br>(''de facto'')
|predecessor = [[Surojo Bimantoro]]
|successor = [[Da'i Bachtiar]]
Baris 25:
|religion =
}}
[[Jenderal Polisi]] (Purn.) '''Chairudin Ismail''' ({{lahirmati||27|12|1947}}) adalah pensiunan perwira Polri. Ia pernah menjadi Pejabat Sementara [[Kapolri]]
Pada masa kepemimpinan [[Suroyo Bimantoro]] terjadi polemik kekisruhan di tubuh [[Polri]]. Presiden dan para pendukungnya memang belakangan sukses membujuk parlemen agar menerima pengangkatan Bimantoro, meski dengan syarat.{{fact}} Tetapi belakangan, muncul ironi baru: Presiden mengulangi kekeliruan dengan "memecat" Bimantoro dan mengangkat
Hubungan baik tidak dapat diraih, keretakan semakin bertambah, dan Bimantoro semakin tidak populer di mata Presiden.{{fact}} Kasus penangkapan dua eksekutif perusahaan [[asuransi]] berkebangsaan [[Kanada]] yang diduga terlibat dalam pembelian saham ganda menjalar menjadi persoalan diplomatik Indonesia-Kanada.{{fact}} Lewat [[Menteri Luar Negeri]] [[Alwi Shihab]], Presiden gagal menghentikan persoalan ini di polisi.{{fact}} Penuntutan kasus itu baru bisa dihentikan setelah [[Jaksa Agung]] [[Marzuki Darusman]] ikut turun tangan.{{fact}} Seiring dengan memanasnya suhu politik nasional, ketika DPR menelorkan Memorandum II pada Mei lalu, lagi-lagi polisi dituding tidak bersikap adil oleh Presiden.{{fact}} Polisi, misalnya, dituding terlalu ketat melakukan razia terhadap para pendukung Presiden yang hadir ke Jakarta untuk mengikuti "doa politik" mempertahankan Presiden [[Abdurrahman Wahid]], sementara mereka membiarkan demonstran yang membawa pedang ke Istana.{{fact}} Puncak ketegangan hubungan Presiden dengan Kapolri terjadi menyusul penanganan demonstrasi para pendukung Abdurrahman Wahid di Pasuruan, Jawa Timur, Juni lalu.{{fact}} Dalam insiden itu, jatuh satu pendukung Presiden, tewas diterjang peluru aparat{{fact}}. Presiden marah besar. Ia menuduh polisi tidak proporsional menembak orang yang, kata dia, sedang berada di warung makan.
Pada awal Juni itu, hampir bersamaan waktu dengan pergantian lima menteri dan Jaksa Agung, Presiden meminta Bimantoro mengundurkan diri.{{fact}} Namun, Bimantoro menolak.{{fact}} Pada tanggal
Pengangkatan
== Referensi ==
Baris 41:
== Lihat pula ==
* [[Kepolisian Negara Republik Indonesia]]
{{kotak mulai}}
|