Diaspora Jawa di Aceh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
Vinka-chan (bicara | kontrib) memerbaiki kalimat tidak efektif |
||
Baris 1:
{{referensi}}
'''Suku Jawa di Aceh''' adalah [[suku Jawa]] yang tinggal di provinsi [[Aceh]], orang Jawa juga menyebut orang jawa di aceh dengan Jawa Sabrang Lor (jawa sebrang utara) diambil dari julukan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor karena meninggal saat bertempur bersama pasukan [[Kesultanan Aceh]] melawan
== Masa kesultanan ==
Kerjasama dan perpindahan penduduk secara tradisional sebelum kerajaan [[Sriwijaya]] dan [[Majapahit]] tidak banyak sumber yang didapatkan. Namun,
=== Masa penjajahan ===
Berawal dari
Pasca runtuhnya [[Kesultanan Aceh]] tahun 1904, [[Belanda]] mulai mendirikan perkebunan seperti perkebunan [[kopi]], [[tebu]] dan [[teh]] di Aceh yang banyak mendatangkan pekerja dari Jawa dan kebanyakan dari keturunannya masih menetap sampai sekarang dan dilanjutkan kemudian oleh penjajahan [[Jepang]] yang juga mendatangkan pekerja dari Jawa.
=== Setelah kemerdekaan ===
Program transmigrasi di Aceh yang pada 1964 dimulai dengan menempatkan 100 KK warga transmigran di Blang Peutek, [[Padang Tiji, Pidie|Padang Tiji]], [[Kabupaten Pidie]]. Namun, warga transmigran di kawasan kaki [[Gunung Seulawah Agam]] itu tidak bertahan lama.
Transmigrasi di Aceh, setelah Blang Peutek, tidak lantas berhenti. Pada 1973 pembukaan kawasan baru pun dirintis di [[Aceh Utara]]. Lalu, pada tahun 1975/1976 program transmigrasi kembali hadir di Aceh dengan ditempatkan 300 KK warga transmigran di [[Cot Girek, Aceh Utara|Cot Girek]] yang hampir bersamaan bilangan tahunnya dengan penempatanan petani [[tebu]] di [[Silih Nara, Aceh Tengah|Silih Nara]] dan karyawan Pabrik Gula Mini (PGM) Silih Nara yang didatangkan pekerja dari Pulau Jawa.
== Penyebaran ==
|