Filsafat Buddhis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Baris 149:
# '''Kebenaran tentang penderitaan (dukkha)''' : Dalam ''Dhammacakkappavattana Sutta'' dijelaskan bahwa dukkha meliputi lima proses atau aspek yang dialami manusia di dunia, yaitu : kelahiran , proses penuaan, hingga kematian; kesedihan serta keputus-asaan; disatukan dengan yang tidak dicintai; perpisahan dengan yang dicintai; dan tidak memperoleh yang diinginkan; kelima hal yang melekat pada diri manusia tersebut adalah dukkha.<ref name=":0" /><ref name=":1" /><ref>{{Cite web|url=https://www.accesstoinsight.org/ptf/dhamma/sacca/sacca1/index.html|title=The First Noble Truth: The Noble Truth of dukkha|website=www.accesstoinsight.org|language=en|access-date=2017-10-18}}</ref>
# '''Kebenaran tentang asal mula penderitaan (samudaya''') :Samudaya secara harafiah berarti sebab. Setiap penderitaan di dunia ini menurut ajaran Buddha memiliki sebab, contohnya : penyebab seorang manusia dilahirkan kembali adalah adanya keinginan untuk hidup. Sumber dari dukkha atau penderitaan menurut ajaran Buddha adalah ''tanhâ'', yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Nafsu ini dibagi terwujud dalam tiga bentuk yang disebut sebagai tiga akar kejahatan yang didalamnya terdapat keserakahan, kebodohan, dan kebencian.<ref name=":2" /><ref name=":0" /><ref name=":3">Emmanuel M. Steven (2013). ''A Companion to Buddhist Philosophy''. Willey-Blackwell. hlm 13-46</ref>
# '''Kebenaran tentang terhentinya penderitaan (nirodha)''' :Kebenaran mulia yang ketiga berkaitan dengan teori tentang terhentinya dukkha. Menurut ajaran Buddha, cara menghentikan penderitaan atau dukkha ialah dengan menghentikan sumber dari penderitaan tersebut, yaitu ''tanhâ'' yang dibahas pada kebenaran mulia yang kedua. Secara singkat, jika kita menghentikan sebab maka tidak akan ada akibat yang kita peroleh dari dukkha itu sendiri.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/437204503|title=An Introduction to Buddhist Philosophy.|last=J.|first=Laumakis, Stephen|date=2008|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780511385896|location=Leiden|oclc=437204503}} Hlm. 57. "The Third Noble Truth is concerned with the cessation of dukkha and is rather straightforward and obvious in theory, if not in practice. According to the Buddha, the way to stop dukkha is to stop its cause, tanha. In short, if you want to avoid the fruit of an action or intention, avoid the action or ....." </ref> Setelah terbebas dari dukkha, maka kita akan menuju nirvana ; ketiadaan yang abadi.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/7835226|title=Selfless persons : imagery and thought in Theravāda Buddhism|last=1951-|first=Collins, Steven,|date=1982|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521397261|location=Cambridge|oclc=7835226}} Hlm.82-84</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/15790547|title=Linguistic approach to Buddhist thought|last=1915-|first=Sasaki, Genjun,|date=1986|publisher=Motilal Banarsidass|isbn=9788120800380|location=Delhi|oclc=15790547}} Hlm. 124-125</ref>
# '''Kebenaran tentang jalan menuju terhentinya penderitaan (magga) :''' Kebenaran mulia yang terakhir berkaitan dengan jalan atau praktik penghentian dukkha.<ref name=":3" /> Jalan ini dinamakan jalan tengah atau jalan mulia berunsur delapan.