Catherine Parr: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Di hari +Pada hari)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Perancis +Prancis)
Baris 19:
Catherine menikmati hubungan dekat dengan ketiga anak Henry yang lahir dari tiga istri pertamanya, dan secara pribadi terlibat dalam pendidikan Elizabeth dan Edward. Salah satu pengaruhnya dalam masalah pemerintahan adalah memasukkan kembali dua putri Henry, Mary dan Elizabeth dalam daftar pewaris takhta, setelah sebelumnya mereka dikeluarkan dari daftar lantaran hancurnya pernikahan masing-masing kedua orangtua mereka.
 
Catherine ditetapkan sebagai [[wali penguasa]] dari Juli sampai September 1544 saat Henry melancarkan kampanye militer di PerancisPrancis. Bilamana Henry gugur dalam kampanye tersebut, Catherine ditetapkan sebagai wali bagi Edward muda sampai usianya cukup untuk berkuasa sendiri.
 
Setelah Henry mangkat pada 1547, Catherine diperkenankan mempertahankan perhiasan dan gaun yang diberikan untuknya dan mungkin juga diperkenankan untuk tetap menyandang gelar "permaisuri janda" sampai kematian Catherine sendiri. Enam bulan setelah Henry meninggal, Catherine menikah, keempat dan terakhir kali, dengan Thomas Seymour, paman dari [[Edward VI, Raja Inggris|Edward]] yang saat itu telah menjadi raja. Dengan demikian, dia menjadi ibu tiri sekaligus bibi bagi sang raja muda. Catherine meninggal pada 1548, selang beberapa hari setelah prosesi melahirkan anak tunggalnya.
Baris 26:
Catherine lahir pada tahun 1512, kemungkinan pada bulan Agustus.{{sfn|James|2012}} Dia adalah anak tertua yang hidup sampai usia dewasa dari pasangan Thomas Parr dan Maud Green. Thomas Parr sendiri masih keturunan [[Edward III dari Inggris|Raja Edward III]]. Catherine memiliki adik laki-laki, William, yang kemudian dinobatkan sebagai Marquess Northampton pertama. Dia juga memiliki adik perempuan yang bernama Anne, yang menjadi dayang istana bagi enam istri Henry VIII, termasuk pada masa Catherine sendiri. Thomas Parr adalah sekutu dekat Henry VIII dan dia diberi berbagai tanggung jawab dari Sang Raja. Maud Green sendiri adalah dayang dan teman dekat Permaisuri [[Katherine dari Aragon]] dan sangat mungkin nama Catherine Parr mengikuti nama Sang Permaisuri yang juga merupakan ibu baptisnya tersebut.{{sfn|Porter|2011|p=25}} Thomas Parr meninggal saat Catherine masih sangat muda dan dia dekat dengan ibunya seiring saat beranjak dewasa.
 
Pendidikan awal Catherine sama dengan yang rata-rata diterima wanita dari keluarga kelas atas, tetapi dia tetap mengembangkan minat belajarnya sepanjang hidupnya. Dia fasih dalam bahasa PerancisPrancis, Latin, dan Italia, dan mulai belajar bahasa Spanyol setelah menjadi permaisuri.{{sfn|Starkey|2004|p=690}} Ada cerita bahwa Catherine kecil tidak menyukai menjahit dan sering berkata kepada ibunya bahwa tangannya tercipta untuk menyentuh mahkota, bukan jarum. Namun Linda Porter, penulis riwayat hidup Catherine, menyatakan bahwa cerita tersebut tidak berdasar.{{sfn|Porter|2011|p=37}}
 
== Lady Burgh ==
Baris 54:
 
[[Berkas:Queen Catherine Parr.jpg|jmpl|kiri|Catherine Parr]]
Saat Henry pergi berperang di PerancisPrancis pada Juli sampai September 1544, Catherine diangkat sebagai [[wali penguasa]|wali raja]] untuk memerintah Inggris. Dikarenakan majelis perwaliannya terdiri dari orang-orang yang mendukung Sang Permaisuri, Catherine dapat memiliki kendali kuat atas pemerintahan. Dia juga menangani persediaan barang dan keuangan untuk kampanye militer Henry di PerancisPrancis, juga menjalin komunikasi secara teratur dengan letnannya di perbatasan utara terkait rumitnya keadaan dengan Skotlandia. Perannya sebagai wali raja dalam berkuasa, sifat dan wataknya yang kuat dan bermartabat, juga keyakinan agamanya, sangat mengilhami [[Elizabeth I, Ratu Inggris|Elizabeth]] di masa-masa selanjutnya.{{sfn|Porter|2011|p=348}}
 
Pandangan keagamaan Catherine menjadi sasaran kecurigaan para pejabat anti-Protestan. Meski dibesarkan sebagai seorang Katolik, dia juga menaruh simpati dan ketertarikan kepada "agama baru". Pada pertengahan 1540-an, beberapa pihak curiga bahwa dia sebenarnya adalah seorang Protestan. Pandangan ini didukung melalui buku kedua yang ditulis Catherine yang terbit pada akhir tahun 1547. Buku tersebut mengemukakan pemahaman iman ''[[sola fide]]'' yang dipandang bid'ah oleh Gereja Katolik. Simpati Catherine terhadap Anne Askew, wanita martir Protestan yang dibakar hidup-hidup pada 1546, juga dianggap sebagai salah satu tanda bahwa dia tidak hanya sekadar simpati kepada umat Protestan.