Zikir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
bentuk baku |
Menolak 4 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 13778052 oleh HsfBot |
||
Baris 1:
{{Islam}}
'''Zikir''' atau '''Dzikir''' ([[bahasa Arab|Arab]]: ذِکْر, ''ðɪkr'') adalah sebuah
عن جَابِر بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : (( أَفْضَلُ الذِّكْرِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ : الْحَمْدُ لِلَّهِ ))
Dari Jabir bin Abdullah berkata, “Saya mendengar rasulullah {{saw}} bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah Laa Ilaaha Illallahu dan doa yang paling utama adalah Al-hamdu Lillah.” (HR. Tirmidzi no. 3305, Ibnu Majah no. 3790, Ibnu Hibban, dan al-Hakim. Al-Hakim menshahihkannya, sedangkan syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan Tirmidzi no. 2692).</ref> Seseorang yang melakukan zikir disebut ''dzaakir'' (ذاكر).
== Etimologi ==
Secara bahasa zikir memiliki arti "menyebut", "mengingat" atau "[[doa|berdoa]]", kata zikir juga berarti memori, pengajian. Dalam bahasa agama Islam zikir sering didefinisikan dengan menyebut atau mengingat Allah
== Jenis zikir ==
=== Pertama ===
Zikir pertama adalah dengan mengingat nama dan sifat Allah
* Sekedar menyanjung Allah seperti mengucapkan “''subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar”, “subhanallah wa bihamdih”, “laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu
* Menyebut konsekuensi dari nama dan sifat Allah
=== Kedua ===
Zikir kedua dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah
* Mengingat perintah dan larangan Allah
* Mengingat perintah Allah
=== Ketiga ===
Zikir ketiga adalah dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang Allah
== Teknis berzikir ==
[[Berkas:Bertasbih-jari-kanan.jpg|jmpl|300px|Bertasbih yang dianjurkan oleh [[Nabi]] [[Muhammad
Teknis berzikir dengan tasbih yang dilakukan oleh [[Nabi]] [[Muhammad
يَا نِسَاءَ الْمُؤْمِنَينَ، عَلَيْكُنَّ بِالتَّهْلِيلِ وَالتَّسْبِيحِ وَالتَّقْدِيسِ، وَلَا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ، وَاعْقِدْنَ بِالْأَنَامِلِ فَإِنَّهُنَّ مَسْئُولَاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ
“Wahai para wanita mukminah, kalian harus rajin bertasbih, bertahlil, mensucikan nama Allah. Janganlah kalian lalai, sehingga melupakan rahmat. Hitunglah dengan jari-jari kalian, karena semua jari itu akan ditanya dan diminta untuk bicara.” (HR. Ahmad 27089, Abu Daud 1501, Turmudzi 3583, dan sanadnya dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth dan Al-Albani).</ref><ref>Dari [[Abdullah bin Amr bin Ash]], dia menceritakan,
رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُهُنَّ بِيَدِهِ
“Saya melihat, rasulullah {{saw}} menghitung dzikir dia dengan tangannya.” (HR. Ahmad 6498 dan dinilai hasan oleh Syuaib Al-Arnauth).</ref><ref>Abdullah bin Umar, dia berkata: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُ التَّسْبِيحَ قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ بِيَمِينِهِ. "Saya melihat rasulullah {{saw}} menghitung tasbih (dzikirnya); [[Ibnu Qudamah]] mengatakan dengan tangan kanannya". (Hadits riwayat Abu Dawud, Bab Tasbih bil hasha, no. 1502).</ref><ref>Abdullah bin Umar berkata: “Saya melihat nabi bertasbih dengan (jari-jari) tangan kanannya.” (Hadits riwayat Abu Dawud (2/81), At-Tarmidzi (5/521), dan lihat ‘’Shahih al-Jami`’’ (4/271, no. 4865).</ref> dan bukan dengan bantuan media, seperti kerikil, biji-bijian ataupun dengan [[biji tasbih]]. Karena menurut hadits menyebutkan bahwa ada keutamaan berzikir ketika menggunakan ruas-ruas jari, keutamaannya adalah ketika pada hari [[kiamat]] jari jemari akan diminta kesaksiannya dihadapan [[Allah
Dikalangan umat Muslim sebagian adapula yang menggunakan media penghitung zikir, seperti tasbih atau alat penghitung (''counter''), dikarenakan lebih utama dan mudah menurut sebagian ulama.<ref>Ibnu Nujaim Al-Hanafi dalam kitab Al-Bahri Ar-Raaiq terhadap hadits tentang berdzikir dengan biji-biji tasbih berkomentar: "Nabi tidak melarangnya. Dia hanyalah menunjukkan cara yang lebih mudah dan utama, seandainya makruh tentu dia akan menjelaskan hal itu kepada wanita tersebut. Dari kandungan hadits ini, dapat kita pahami bahwa subhah (biji tasbih) tidak lebih dari kumpulan bijian yang dirangkai dengan benang. Masalah seperti ini tidak berdampak pada pelarangan. Maka, bukan pula kesalahan jika ikut menggunakannya sebagaimana sekelompok kaum sufi yang baik dan selain mereka. Kecuali jika di dalamnya tercampur muatan riya dan sum’ah, tetapi kami tidak membahas hal ini." (Ibnu ‘Abidin, Raddul Muhtar, Juz 5 hal. 54).</ref>
Imam Muhammad Abdurrauf Al Munawi menjelaskan dalam kitab ''"Faidhul Qadir Syarh Al Jami’ Ash Shaghir"'', ketika menerangkan hadits Yusairah: Hadits ini merupakan dasar terhadap sunahnya ''subhah'' (untaian biji tasbih) yang sudah dikenal. Hal itu dikenal pada masa [[sahabat nabi|sahabat]], Abdullah bin Ahmad telah meriwayatkan bahwa [[Abu Hurairah
Dalam riwayat [[Ad-Dailami]]: “Sebaik-baiknya dzikir adalah subhah,” tetapi mu’allif (Imam As-Suyuthi) mengutip dari sebagian ulama belakangan, Al Jalal Al Bulqini, dari sebagian mereka bahwa menghitung tasbih dengan jari jemari adalah lebih utama sesuai zhahir hadits.<ref>Faidhul Qadir, Juz 4 hal. 468. Cet. Ke-1, 1415H-1994M. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut .</ref>
Baris 47:
* '''Salat wajib (''fardhu'')'''
** Istighfar 3 kali: ''Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah'',
** ''Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qadiir. Allahumma laa maani’a lima a’thaita wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfau dzal jaddi minkal jaddu.''<ref>“Tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mampu mencegah sesuatu yang telah Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi sesuatu yang Engkau cegah. Tidak bermanfaat kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya untuk (menebus) siksaan-Mu.” (Sahih; H.R. Bukhari, no. 6862; Muslim, no. 593; An-Nasa’i, no. 1341).</ref>
** [[Tasbih]] 33 kali ''Subhanallah'' (سبحان الله),
** [[Tahmid]] 33 kali ''Alhamdulillah'' (الحمد لله),
Baris 64 ⟶ 65:
* '''Salat Maghrib dan Subuh'''
** ''Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumiit wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.'' <ref>Dari Abu Dzar. Nabi {{saw}} bersabda: “Barangsiapa setelah solat Maghrib dan Subuh membaca:... Allah akan menulis setiap sekali dengan 10 kebaikan, dihapus 10 keburukan, diangkat 10 derajat, dan Allah melindunginya dari setiap keburukan, dan Allah melindunginya dari gangguan setan yang terkutuk.” HR. Ahmad 4/227, 5/420 dan at-Timirdzi no. 3474.</ref>
* '''Salat Subuh'''
** ''Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyiba, wa ‘amalan mutaqobbala.''<ref>HR. Ibnu Majah (no. 925), Shahih Ibnu Majah (1/152, no. 753), dan Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah (no. 54, 110), dari Ummu Salamah.</ref>
=== Bertasbih, bertahmid dan bertakbir dengan jumlah lain ===
Terdapat pula kisah yang menyatakan bahwa berzikir dengan jumlah lain telah pula dilakukan oleh
معقبات لا يخيب قائلهن أو فاعلهن دبر كل صلاة مكتوبة ثلاث وثلاثون تسبيحة وثلاث وثلاثون تحميدة وأربع وثلاثون تكبيرة
“Ada beberapa amalan penyerta yang barangsiapa mengucapkannya atau melakukannya setelah usai shalat wajib maka dirinya tidak akan merugi, yaitu bertasbih sebanyak 33x, bertahmid sebanyak 33x, dan bertakbir sebanyak 34x.” (HR. Muslim no. 596).</ref> atau dengan cara “''subhanallah, walhamdulillah, wallahu-akbar''” sekaligus sebanyak 33 kali.<ref>Cara ketiga ini dilandaskan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yang mengisahkan bagaimana rasulullah menanggapi keluhan orang-orang miskin yang merasa kalah beramal dengan orang-orang kaya karena harta mereka. Rasulullah {{saw}} bersabda,
Baris 164 ⟶ 166:
* [http://www.arrahmah.com/kajian-islam/doa-dzikir Doa Dzikir di Arrahmah.com]
* [http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/05/20/116506-sebuah-cara-untuk-menenangkan-hati Sebuah Cara Untuk Menenangkan Hati di Republika.co.id]
{{islam-stub}}▼
[[Kategori:Ibadah Islam]]
[[Kategori:Istilah Islam]]
▲{{islam-stub}}
|