Orang Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Gelombang rantau: kelompok Minangkabau yang telah lama menetap di luar Sumatera Barat
Baris 235:
 
Pada masa penjajahan Hindia Belanda, migrasi besar-besaran kembali terjadi pada tahun 1920, ketika perkebunan [[tembakau]] di [[Deli Serdang]], [[Sumatera Timur]] mulai dibuka. Pada masa [[Kemerdekaan Indonesia|kemerdekaan]], Minang perantauan banyak mendiami kota-kota besar di [[Jawa]], pada tahun 1961 jumlah perantau Minang terutama di kota Jakarta meningkat 18,7 kali dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk kota itu yang hanya 3,7 kali,<ref>{{cite book|title=Religion, Politics, and Economic Behaviour in Java: The Kudus Cigarette Industry|last=Castles|first=Lance|authorlink=|coauthors=|year=1967|publisher=Yale University|location=|isbn=|pages=|url=|accessdate=|ref=Castles}}</ref> dan pada tahun 1971 etnis ini diperkirakan telah berjumlah sekitar 10% dari jumlah penduduk Jakarta waktu itu.<ref name="Syam"/> Kini Minang perantauan hampir tersebar di seluruh dunia.
 
==== Minangkabau di Pantai Barat Sumatra ====
{{Utama|Suku Aneuk Jamee|Suku Pesisir|Suku Mukomuko}}Kawasan pantai barat Sumatera telah berabad-abad menjadi wilayah tujuan rantau orang Minangkabau, di antaranya merantau ke pesisir barat [[Aceh]], [[Tapanuli]], dan [[Bengkulu]]. Oleh penduduk setempat mereka tidak disebut sebagai orang Minangkabau, melainkan [[Aneuk Jamee]] (Aceh), [[Suku Pesisir]] (Tapanuli), dan Suku Mukomuko (Bengkulu).
 
Aneuk Jamee merupakan suku bangsa yang mendiami pesisir barat Aceh. Dari segi bahasa, mereka ber[[Bahasa Jamee|bahasa Aneuk Jamee]], yang merupakan hasil asimilasi bahasa [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]] dengan bahas setempat. Menurut sejarah, mereka berasal dari Ranah Minang yang pada waktu itu masih dalam kekuasaan [[Kesultanan Aceh]]. Orang Aceh menyebut mereka sebagai ''Aneuk Jamee'' yang berarti 'anak tamu' atau 'pendatang'.<ref>M. J. Melalatoa, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995</ref> Umumnya mereka tinggal di sekitar Kabupaten [[Kabupaten Aceh Barat Daya|Aceh Barat Daya]], [[Kabupaten Aceh Selatan|Aceh Selatan]], [[Kabupaten Nagan Raya|Nagan Raya]], dan sebagian kecil [[Meulaboh]], [[Aceh Barat]].
 
Suku Pesisir (disebut juga ''Ughang Pasisia'') adalah kelompok masyarakat yang tersebar di pesisir barat [[Sumatera Utara]], terutama di [[Kota Sibolga|Sibolga]] dan [[Kabupaten Tapanuli Tengah|Tapanuli Tengah]]. Suku Pesisir merupakan penduduk Minangkabau yang bermigrasi ke Tapanuli sejak abad ke-14 dan telah bercampur baur dengan orang [[Melayu]], [[Mandailing]], dan [[Suku Batak Toba|Batak Toba]]. Penamaan Suku Pesisir untuk kelompok ini tidak pernah dikenal hingga abad ke-20. Istilah ini dipakai unutk membedakan kelompok masyrakat di pesisir barat Sumatera Utara dengan masyarakat Batak di pedalaman. Menurut ruang geografis etnisitas yang disusun oleh Collet (1925), Cunningham (1958), Reid (1979) dan Sibeth (1991), di pesisir barat Sumatera Utara terdapat kelompok masyarakat yang bukan dari etnis [[Suku Batak|Batak]]'''.<ref>Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut, École Franc̦aise d'Extrême-Orient, 1995</ref>'''
 
Suku Mukomuko merupakan bagian dari rumpun Minangkabau yang menghuni daerah [[Kabupaten Mukomuko|Mukomuko]], [[Bengkulu]].<ref>Agus Setiyanto, Elite Pribumi Bengkulu: Perspektif Sejarah Abad ke-19, Balai Pustaka, 2001</ref> Secara adat, budaya, dan bahasa, Mukomuko berkaitan erat dengan masyarakat [[Kabupaten Pesisir Selatan|Pesisir Selatan]] di [[Sumatera Barat]].<ref>Suwarno, Sintaksis Bahasa Muko-Muko, 1993</ref> Dahulu daerah Mukomuko termasuk daerah ''Riak nan Badabua'' yakni daerah sepanjang Pesisir Pantai Barat dari [[Kota Padang|Padang]] sampai [[Kabupaten Bengkulu Selatan|Bengkulu Selatan]]. Namun wilayah Mukomuko sejak masa kolonial Inggris telah dimasukkan ke dalam administratif Bengkulu (''Bengkulen''). Sejak saat itu orang Mukomuko telah terpisah dari masyarakat serumpunnya di daerah Sumatera Barat dan menjadi bagian integral dari wilayah Bengkulu. Hal ini berlangsung terus pada masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga masa kemardekaan.
 
==== Minangkabau di Riau ====
{{Utama|Suku Kampar|Suku Kuantan}}[[Suku kampar|Suku Kampar]] atau oleh masyarakatnya disebut ''Ughang Kampar'' atau ''Ughang Ocu,'' merupakan kelompok etnik yang mendiami Kabupaten [[Kabupaten Kampar|Kampar]], [[Riau]] yang ber[[bahasa Kampar]]. Mereka dapat ditemukan juga di sebagian besar daerah Riau, serti [[Kabupaten Siak|Siak]], [[Kabupaten Bengkalis|Bengkalis]], [[Ujung Batu, Rokan Hulu|Ujung Batu]], [[Kabupaten Pelalawan|Pelalawan]], [[Selatpanjang (kota)|Selat Panjang]], dan lain-lain. Selain itu masyarakat Kampar telah banyak yang bermukim di [[Malaysia]], seperti di [[Kuantan]] ([[Pahang, Malaysia|Pahang]]), Sabak Bernam, Teluk Intan, dan [[Negeri Sembilan]].
 
Terdapat 3 pendapat mengenai suku Kampar ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa suku Kampar merupakan orang Minangkabau yang berasal dari Sumatera Barat, hal ini dikarenakan secara adat, budaya, dan bahasa memiliki kemiripan dengan masyarakat [[Kota Payakumbuh|Payakumbuh]] dan [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Limapuluh Kota]]. Pendapat kedua mengatakan bahwa suku Kampar merupakan orang Melayu Riau Daratan. Pendapat ketiga, umumnya berasal dari masyarakat Kamapr sendiri, mengatakan bahwa suku Kampar merupakan suku bangsa tersendiri, bukan Minang maupun [[Suku Melayu|Melayu]].<ref>http://kampungrison.wordpress.com/2008/07/30/ocu-sebuah-perkenalan/</ref>
 
Orang Kuantan merupakan kelompok yang tinggal di Kabupaten [[Kabupaten Kuantan Singingi|Kuantan Singingi]], [[Riau]]. Secara adat, budaya, dan bahasa memiliki persamaan dengan masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, khususnya di [[Kabupaten Sijunjung|Sijunjung]] yang berbatasan langsung dengan daerah Kuantan. Kuantan Singingi merupakan daerah rantau dari [[Luhak Tanah Data|Luhak Tanah Datar]] yang bernama ''Rantau Nan Kurang Aso Duo Puluah''. Seperti juga [[suku Kampar]], masih terdapat kontroversi mengenai keterkaitannya dengan orang Minangkabau
 
==== Minangkabau di Malaysia ====
{{Utama|Orang Minangkabau di Malaysia}}Masyarakat Minangkabau telah turun temurun mendiami [[Semenanjung Malaya]], [[Malaysia]]. Di antaranya paling banyak menghuni [[Negeri Sembilan]]. Pada awal abad ke-14, orang-orang Minangkabau datang ke Negeri Sembilan melalui [[Melaka]] hingga sampai ke Rembau. Orang Minangkabau ini hidup bersama dengan penduduk setempat yaitu, [[Orang Asli]] secara damai. Karena hal inilah, terjadi pernikahan antara orang Minangkabau dan penduduk asli sehingga keturunan mereka membentuk suku yang disebut dengan suku Biduanda. Suku Biduanda inilah yang menjadi pewaris utama Negeri Sembilan dan apabila dilakukan pemilihan pemimpin, maka hanya dari suku Biduanda inilah yang akan dipilih. Orang Minangkabau yang datang kemudian membentuk suku-suku berdasarkan daerah asal mereka di Minangkabau. Pada gelombang awal kebanyakan datang dari [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]] dan [[Kabupaten Lima Puluh Kota|Limapuluh Kota]].
 
Dari suku Biduanda inilah asalnya pembesar-pembesar Negeri Sembilan yang dipanggil 'Penghulu" dan diistilahkan menjadi ''Undang''. Sebelum terdapat institusi [[Yang Dipertuan Besar Negeri Sembilan|Yang di-Pertuan Besar]], masyarakat Negeri Sembilan berada di bawah naungan Kerajaan Melayu Johor. Dalam kesehariannya, mereka menuturkan [[Bahasa Melayu Negeri Sembilan|bahasa Negeri Sembilan]] (''baso Nogoghi'').
 
Komunitas Minangkabau lainnya di Malaysia yaitu Orang Rawa. Orang Rawa disebut juga sebagai ''Ughang Rawo'' atau ''Rawa,'' merupakan istilah yang hanya ada di Malaysia. Istilah ini merujuk kepada komunitas yang datang dari [[Rao, Pasaman|Rao Mapat Tunggul]], [[Kabupaten Pasaman|Pasaman]], [[Sumatera Barat]], antara tahun 1773 dan 1848 ke [[Negeri Sembilan]], antara tahun 1857 dan 1863 ke [[Pahang, Malaysia|Pahang]], antara 1867 dan 1873 ke [[Selangor]], dan terakhir antara 1875 dan 1876 ke [[Perak, Malaysia|Perak]] dan sebagian ke [[Kelantan]]. Daerah yang paling banyak dihuni orang Rawa adalah Gopeng, [[Perak, Malaysia|Perak]]. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Minang dialek Rao.
 
=== Perantauan intelektual ===