Maria Theresia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 67:
[[Berkas:Andreas Moeller - Erzherzogin Maria Theresia - Kunsthistorisches Museum.jpg|jmpl|ka|Adipati Wanita Utama Maria Theresia, lukisan karya [[Andreas Møller (pelukis)|Andreas Möller]].]]
 
Dalam waktu kurang dari setahun setelah kelahiran Maria Theresia, Kaisar Karl dikaruniai satu anak perempuan yang lain, yaitu [[Adipatni Utama Maria Anna dari Austria (1718–1744)|Maria Anna]], dan kemudian pada tahun 1724 lahir lagi seorang anak perempuan yang bernama Maria Amalia.{{sfn|Ingrao|2000|pp=128}} Gambar-gambar keluarga kekaisaran menunjukkan bahwa Maria Theresia menyerupai Elisabeth Christine dan Maria Anna.{{sfn|Mahan|1932|pp=23}} Duta besar Prusia menyatakan bahwa ia memiliki mata biru yang besar, rambut yang indah dengan sedikit warna merah, mulut yang lebar, dan tubuh yang cukup kuat.{{sfn|Mahan|1932|pp=228}} Tidak seperti anggota Wangsa Habsburg lainnya, orang tua Maria Theresia tidak memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, dan begitu pula kakek-neneknya.<ref group="note">Anggota Dinasti Habsburg seringkali menikahi kerabat dekatnya; contoh pernikahan sederah di Dinasti Habsburg adalah pasangan paman-keponakan [[Leopold I, Kaisar Romawi Suci|Leopold I]] dan [[Margarita Teresa dari Spanyol]], [[Felipe II dari Spanyol]] dan [[Anna dari Austria (1549–1580)|Anna dari Austria]], [[Felipe IV dari Spanyol]] dan [[Mariana dari Austria]], dll). Walaupun begitu, Maria Theresia adalah keturunan istri ketiga Leopold I yang tidak berkerabat dekat dengannya, dan orang tuanya juga tidak berkerabat dekat. Lihat {{harvnb|Beales|1987|pp=20-21}}.</ref>
 
Maria Theresia adalah anak yang serius dan pendiam, dan ia suka bernyanyi dan memanah. Ia dilarang naik kuda oleh ayahnya, tetapi kelak ia akan belajar cara untuk naik kuda untuk keperluan [[penobatan penguasa monarki Hongaria|upacara penobatan penguasa monarki Hongaria]]. Keluarga kekaisaran mengadakan opera yang seringkali dipimpin oleh Karl&nbsp;VI, dan Maria Theresia menyukai kegiatan ini.{{sfn|Crankshaw|1970|pp=19-21}} Ia dididik oleh anggota [[Yesuit]]. Orang-orang yang hidup pada zamannya merasa bahwa bahasa [[bahasa Latin|Latinnya]] cukup fasih, tetapi orang-orang Yesuit tidak mendidiknya dengan baik untuk hal-hal yang lain. Ejaan dan penggunaan tanda bacanya tidak lazim, dan ia tidak menguasai tata laku dan cara bicara resmi seperti pendahulu-pendahulunya.<ref group="note">Ia tidak bertutur dengan bahasa resmi, tetapi malah menuturkan (dan kadang-kadang menulis dalam) [[bahasa Jerman Wina]] yang ia peroleh dari pelayan-pelayan dan dayang-dayangnya. Lihat {{harvnb|Spielman|1993|pp=206}}.</ref> Maria Theresia bersahabat dengan [[Marie Karoline von Fuchs-Mollard|Gräfin Marie Karoline von Fuchs-Mollard]], yang mengajarkan etiket kepadanya. Maria Theresia mahir dalam menggambar, melukis, bermusik, dan menari; bidang-bidang ini diajarkan untuk mempersiapkan dirinya agar dapat menjadi [[permaisuri]] suatu saat nanti.{{sfn|Mahan|1932|pp=21-2}} Ia diizinkan ikut dalam pertemuan dewan negara sejak ia masih berumur 14 tahun, tetapi ayahnya tidak pernah membahas urusan negara dengannya.{{sfn|Morris|1937|pp=28}} Walaupun Kaisar Karl VI menghabiskan banyak waktu untuk memastikan agar Maria Theresia dapat menjadi pewarisnya, ia tidak pernah mempersiapkan putrinya sebagai penguasa kekaisaran.{{sfn|Browning|1994|pp=37}}
 
== Pernikahan ==
Baris 75:
 
[[Berkas:Maria Theresa and Francis Wedding Breakfast by Martin van Meytens ca 1736.jpg|jmpl|kiri|Maria Theresia dan Franz Stephan saat sedang menghadiri perjamuan makan pernikahan mereka. Lukisan karya [[Martin van Meytens]]. Karl VI (yang mengenakan topi bulu merah) duduk di tengah kursi]]
Franz Stephan tetap berada di istana kekaisaran hingga tahun 1729 ketika ia menjadi penguasa Lorraine.{{sfn|Mahan|1932|pp=27}} Namun, Maria Theresia baru dijanjikan sebagai istri secara resmi pada tanggal 31 Januari 1736 selama [[Perang Penerus Polandia|Perang Pewaris Polandia]].{{sfn|Mahan|1932|pp=37}} [[Louis XV dari Perancis|Louis XV dari Prancis]] menuntut agar tunangan Maria Theresia menyerahkan wilayah nenek moyangnya di [[Kadipaten Lorraine]] untuk memuaskan ayah mertuanya, [[Stanisław I]], yang baru saja dilengserkan dari jabatannya sebagai Raja Polandia.<ref group="note">Ayahanda Maria Theresia memaksa Franz Stephan untuk mencabut haknya atas Lorraine, dan jika ia tidak melakukannya, maka ia tidak akan dapat menikahi Maria Theresia. Lihat {{harvnb|Beales|1987|pp=23}}.</ref> Sebagai gantinya, Franz Stephan ingin memperoleh [[Keharyapatihan Toscana]] setelah kematian Haryapatih [[Gian Gastone de' Medici, Haryapatih Toscana|Gian Gastone de' Medici]] yang tidak memiliki keturunan.{{sfn|Crankshaw|1970|pp=25}} Franz Stephan dan Maria Theresia pun menikah pada tanggal 12 Februari 1736.{{sfn|Mahan|1932|pp=38}}
 
Maria Theresia sangat mencintai suaminya sampai-sampai ia berlaku posesif.{{sfn|Mahan|1932|pp=261}} Surat-surat yang dikirim oleh Maria Theresia kepada Franz Stephan tidak lama setelah mereka menikah menunjukkan bagaimana Maria sangat berhasrat menemui suaminya; di sisi lain, surat-surat yang dikirim oleh Franz Stephan bernada resmi.{{sfn|Goldsmith|1936|pp=55}}{{sfn|Mahan|1932|pp=39}} Maria Theresia sangat pencemburu dan ketidaksetiaan sang suami merupakan masalah terbesar dalam bahtera rumah tangga mereka.{{sfn|Mahan|1932|pp=261-2}} [[Maria Wilhelmina von Neipperg|Maria Wilhelmina, Putri Auersperg]], adalah wanita yang dikenal sebagai gundik Franz Stephan.{{sfn|Mahan|1932|pp=262-3}}
Baris 96:
Tidak lama setelah naik takhta, beberapa penguasa Eropa yang tadinya sudah mengakui Maria Theresia tiba-tiba melanggar janji mereka. Elektor [[Karl VII, Kaisar Romawi Suci|Karl Albrecht dari Bayern]] (yang menikah dengan sepupu Maria Theresia, Maria Amalia, dan didukung oleh Maharani Wilhelmine Amalie) dan Ratu Isabel dari Spanyol menginginkan sebagian wilayah yang diwarisi Maria Theresia.{{sfn|Morris|1937|pp=47}} Walaupun begitu, Maria Theresia mendapatkan pengakuan dari [[Carlo Emanuele III dari Sardinia]] pada November 1740, padahal ia pernah menolak mengakui ''Sanctio Pragmatica'' pada masa kekuasaan ayahanda Maria Theresia.{{sfn|Browning|1994|pp=38}}
 
Pada bulan Desember, [[Friedrich II dari Prusia]] menyerbu [[Kadipaten Silesia|Kadipaten Schlesien]] dan menuntut agar Maria Theresia menyerahkan wilayah tersebut. Maria Theresia memutuskan untuk mempertahankan wilayah yang kaya mineral ini.{{sfn|Crankshaw|1970|pp=43}} Friedrich sendiri menawarkan jalan tengah: ia bersedia membela hak Maria Theresia asalkan ia mau menyerahkan sebagian wilayah Schlesien. Franz Stephan mau mempertimbangkan tawaran tersebut, tetapi Maria Theresia dan penasihat-penasihatnya menolak mentah-mentah, karena mereka merasa khawatir bahwa pelanggaran ''Sanctio Pragmatica'' akan membatalkan seluruh isi dokumen tersebut.{{sfn|Browning|1994|pp=43}} Berkat ketegasan Maria Theresia, Franz Stephan pun menjadi yakin bahwa mereka harus berjuang mempertahankan Schlesien,<ref group="note">Sehari setelah pasukan Prusia memasuki Schlesien, Franz Stephan berseru kepada utusan Prusia Mayor Jenderal Borcke: "Lebih baik ada orang Turki di hadapan Wina, lebih baik menyerahkan Belanda kepada Prancis, lebih baik memberikan segala kelonggaran kepada Bayern dan Sachsen, daripada melepaskan Schlesien!" Lihat {{harvnb|Browning|1994|pp=43}}.</ref> dan Maria Theresia sendiri percaya bahwa ia akan mampu mempertahankan "zamrud Wangsa Austria".{{sfn|Browning|1994|pp=42, 44}} Maka meletuslah [[Perang Schlesien Pertama]]. Serangan Friedrich memulai permusuhan antara dirinya dengan Maria Theresia, dan Maria Theresia bahkan menyebutnya "orang jahat itu".{{sfn|Holborn|1982|pp=218}}
 
Austria sendiri kekurangan panglima perang, sehingga Maria Theresia membebaskan [[Wilhelm Reinhard von Neipperg|Marsekal Neipperg]] yang sebelumnya dijebloskan ke penjara oleh ayahnya akibat ketidakcakapannya selama perang melawan Utsmaniyah.{{sfn|Browning|1994|pp=44}} Neipperg mulai memimpin pasukan Austria pada bulan Maret. Namun, Austria mengalami kekalahan besar dalam [[Pertempuran Mollwitz]] pada April 1741.{{sfn|Browning|1994|pp=52-3}} Prancis lalu mulai merencanakan pembagian wilayah Austria bersama dengan Prusia, Bayern, Sachsen, dan Spanyol: Böhmen dan [[Austria Hulu]] akan diberikan kepada Bayern, dan sang Elektor akan menjadi Kaisar, sedangkan [[Moravia|Mähren]] dan [[Schlesien Hulu]] akan diberikan kepada [[Elektorat Sachsen]], [[Schlesien Hilir]] dan [[Kłodzko|Glatz]] kepada Prusia, dan seluruh wilayah Habsburg di [[Kadipaten Milan|Lombardia]] kepada Spanyol.{{sfn|Crankshaw|1970|pp=56}} Pasukan Prancis yang dipimpin oleh [[Charles Louis Auguste Fouquet, duc de Belle-Isle|Marsekal Belle-Isle]] bertemu dengan pasukan Friedrich di Olmütz. Pemerintah Austria pun geger, karena tidak ada satu pun dari para penasihat Maria Theresia yang menduga bahwa Prancis akan mengkhianati mereka. Franz Stephan mendesak Maria Theresia agar ia mengembalikan hubungan baik dengan Prusia, dan Britania Raya juga memberikan pernyataan serupa.{{sfn|Crankshaw|1970|pp=57}} Walaupun sebenarnya enggan, Maria Theresia bersedia berunding.{{sfn|Crankshaw|1970|pp=58}}
Baris 104:
Pada bulan Juli, upaya untuk menyelesaikan sengketa dengan damai telah gagal. Elektor Sachsen yang tadinya merupakan sekutu Maria Theresia tiba-tiba berbalik melawannya,{{sfn|Crankshaw|1970|pp=75}} sementara Georg&nbsp;II dari [[Elektorat Braunschweig-Lüneburg]] menyatakan netral.{{sfn|Crankshaw|1970|pp=77}} Maka dari itu, ia membutuhkan pasukan dari Hongaria. Walaupun ia sudah membuat kagum rakyat Hongaria, jumlah sukarelawan yang mau mengorbankan nyawa untuknya hanya ratusan. Ia butuh ribuan atau bahkan puluhan ribu pasukan, sehingga ia memutuskan untuk mendatangi Dewan Hongaria pada tanggal 11 September 1741 sembari mengenakan [[Mahkota Santo István]]. Ia mulai berbicara di hadapan dewan dengan menggunakan [[bahasa Latin]], dan ia menegaskan: "Keberlangsungan Kerajaan Hongaria, diri kita dan anak-anak kita, dan takhta kita, sedang terancam. Setelah kami ditinggalkan oleh yang lain, kami sangat bergantung pada kesetiaan dan keberanian bangsa Hongaria."{{sfn|Mahan|1932|pp=121}} Pada awalnya sang ratu dipertanyakan oleh anggota dewan dan bahkan dicela; ada satu anggota dewan yang berteriak bahwa Maria Theresia "sebaiknya meminta bantuan dari setan daripada orang Hongaria."{{sfn|Mahan|1932|pp=122}} Namun, ia berhasil menunjukkan bakatnya dalam menggelegarkan kerumunan dengan memegang putranya, [[Joseph II, Kaisar Romawi Suci|Joseph]], sembari menangis.{{sfn|Mahan|1932|pp=122}} Tindakan ini berhasil menarik simpati dari para anggota dewan, dan mereka bahkan mengumandangkan bahwa mereka siap mati demi Maria Theresia.{{sfn|Mahan|1932|pp=122}}{{sfn|Morris|1937|pp=74}}
 
Pada tahun 1741, pemerintah Austria memberitahukan kepada Maria Theresia bahwa rakyat Böhmen lebih menginginkan Karl Albrecht sebagai penguasa. Maria Theresia yang saat itu sedang disulitkan oleh kehamilannya menulis surat kepada adik perempuannya dengan penuh kesedihan: "Aku tidak tahu apakah suatu kota akan tetap setia padaku saat aku sedang melahirkan."{{sfn|Browning|1994|pp=65}} Ia lalu bersumpah bahwa ia akan mengerahkan segalanya untuk mempertahankan kerajaannya dalam surat yang ia tulis kepada kanselir Böhmen, [[Philipp Kinsky|Graf Philipp Kinsky]]: "Tekadku sudah bulat. Kita harus mempertaruhkan segalanya untuk menyelamatkan Böhmen."{{sfn|Duffy|1977|pp=151}}<ref group="note">Ia terus menjelaskan tekadnya kepada Graf Philipp: "Aku baru akan menyerahkan sejengkal tanah jika semua pasukanku, semua pasukan Hongariaku sudah tewas." Lihat {{harvnb|Browning|1994|pp=76}}.</ref> Pada tanggal 26&nbsp;Oktober, Karl Albrecht menyatakan dirinya sebagai Raja Böhmen dan merebut ibu kotanya di [[Praha]]. Maria Theresia yang saat itu sedang berada di Hongaria menangis setelah mendengar kabar mengenai jatuhnya Böhmen.{{sfn|Browning|1994|pp=79}} Karl Albrecht terpilih sebagai Kaisar Romawi Suci dengan suara bulat pada tanggal 24&nbsp;Januari 1742, padahal jabatan tersebut selalu dududuki oleh anggota Wangsa Habsburg semenjak tahun 1440.{{sfn|Beller|2006|pp=86}} Maria Theresia menganggap pemilihan ini sebagai sebuah malapetaka,{{sfn|Browning|1994|pp=88}} tetapi ia berhasil bangkit dan mengejutkan musuh-musuhnya dengan memaksa pasukannya mengobarkan perang pada musim dingin;{{sfn|Browning|1994|pp=92}} pada hari yang sama dengan pemilihan Karl Albrecht sebagai kaisar, pasukan Austria di bawah kepemimpinan [[Ludwig Andreas von Khevenhüller]] berhasil merebut ibu kota Bayern di [[München]].{{sfn|Crankshaw|1970|pp=93}}
 
{{quote box|align=left|width=25em|Seperti yang Anda ketahui, ia sangat membenci Prancis, dan ia paling sulit menjaga hubungan baik dengan negara tersebut, tetapi ia dapat mengendalikan amarah ini kecuali saat ia merasa bahwa penunjukan amarah tersebut akan menguntungkan dirinya. Ia membenci Yang Mulia, tetapi ia mengakui kecakapan Anda. Ia tidak dapat melupakan lepasnya Schlesien, dan begitu pula kesedihannya akan pasukan yang gugur dalam perang melawan Anda.|Surat Duta Besar Prusia kepada [[Friedrich II dari Prusia]]<ref group="note">Pada akhir Perang Pewaris Austria, Graf Podewils dikirim sebagai duta besar untuk Austria oleh Raja Friedrich II dari Prusia. Podewils menjabarkan penampilan Maria Theresia dan bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari. Lihat {{harvnb|Mahan|1932|pp=230}}.</ref>''}}
[[Perjanjian Breslau]] yang ditandatangani pada Juni 1742 mengakhiri perang antara Austria dan Prusia, dan berdasarkan ketentuan perjanjian tersebut, Austria harus menyerahkan sebagian besar wilayah Schlesien. Sesudah itu, Maria Theresia berjuang merebut kembali wilayah Böhmen.{{sfn|Browning|1994|pp=114}} Pasukan Prancis melarikan diri dari Böhmen pada musim dingin pada tahun yang sama. Pada tanggal 12&nbsp;Mei 1743, Maria Theresia dimahkotai sebagai Ratu Böhmen di [[Katedral Santo Vitus]].{{sfn|Crankshaw|1970|pp=96-7}}
 
Baris 125:
[[Berkas:Maria Theresa of Austria family.jpg|jmpl|ka|Maria Theresia dan keluarganya merayakan Hari [[Santo Nikolas]]. Lukisan ini merupakan karya [[Maria Christina dari Teschen|Adipati Wanita Utama Maria Christina]].]]
=== Agama ===
Seperti halnya anggota [[Wangsa Habsburg]] lainnya, Maria Theresia adalah seorang [[Katolik]], dan ia merupakan seorang penganut yang taat. Ia berkeyakinan bahwa kesatuan agama diperlukan demi kehidupan yang damai, sehingga ia menolak mentah-mentah gagasan toleransi beragama. Ia bahkan menganjurkan agar agama Katolik dijadikan agama negara.<ref group="note">Dalam suratnya yang dialamatkan kepada Joseph, Maria Theresia menulis: "Apa, tanpa agama yang dominan? Toleransi, keacuhan, adalah cara-cara yang paling tepat untuk merusak segalanya... Apakah ada batasan lain? Tidak ada. Tidak ada tempat menggantung ataupun [[roda hukuman]]... Aku berbicara secara politik, bukan sebagai seorang Kristen. Agama sangatlah penting dan berfaedah. Apakah kamu akan mengizinkan semua orang bertindak sesuai dengan khayalannya? Jika tidak ada agama yang ditetapkan, tidak ada kepatuhan kepada Gereja, mau ke mana kita? Hukum kekuatan akan ditegakkan." Lihat {{harvnb|Crankshaw|1970|pp=302}}</ref> Akibatnya, para pengelana pada zaman itu menganggap rezimnya fanatik, tidak toleran, dan penuh dengan takhayul.{{sfn|Beales|2005|pp=69}} Namun, ia tidak pernah mengizinkan gereja ikut campur dalam wewenang penguasa monarki dan ia juga menjaga jaraknya dari Roma. Ia juga mengendalikan proses pemilihan uskup agung, uskup, dan [[abbas]].{{sfn|Mahan|1932|pp=251}} Secara keseluruhan, kebijakan Maria Theresia yang berkenaan dengan gereja dimaksudkan untuk memastikan keutamaan negara dalam hubungannya dengan gereja.{{sfn|Kann|1980|pp=187}} Ia juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan [[Jansenisme]], dan salah satu hal yang dianjurkan oleh ajaran tersebut adalah kebebasan maksimal gereja-gereja nasional dari Roma. Walaupun Austria dari sebelumnya sudah selalu berupaya untuk menegakkan hak negara dalam hubungannya dengan gereja, Jansenisme memberikan pembenaran teoretis yang baru.{{sfn|Holborn|1982|pp=223}}
 
Maria Theresia mendukung [[Gereja-Gereja Katolik Timur|Katolik Yunani]] dan menegaskan bahwa mereka berkedudukan sama dengan Katolik Roma.{{sfn|Himka|1999|pp=5}} Walaupun Maria Theresia adalah orang yang sangat taat beragama, ia juga memberlakukan kebijakan yang melarang pemameran kesalehan yang berlebihan, seperti pelarangan tindakan mencambuk diri di muka umum. Selain itu, ia mengurangi jumlah hari libur keagamaan dan ordo-ordo kebiaraan.{{sfn|Holborn|1982|pp=222}}
Baris 208:
 
[[Berkas:Mariatheresiaoldfamily.jpg|jmpl|kiri|Ibu suri Maria Theresia bersama dengan keluarganya. Lukisan dari tahun 1776 karya [[Heinrich Füger]]]]
Setelah ulang tahunnya yang ke-50 pada Mei 1767, Maria Theresia tertular [[variola]] dari menantunya, [[Maria Josepha dari Bayern]].{{sfn|Crankshaw|1970|pp=273}} Ia berhasil pulih, tetapi Maria Josepha dari Bayern (yang telah menjadi maharani berkat pernikahannya dengan Joseph II) tutup usia. Maria Theresia lalu memaksa putrinya, Adipati Wanita Utama Maria Josepha, untuk berdoa bersama dengannya di [[Kaisergruft]] di sebelah makam Maharani Maria Josepha yang belum disegel. Bercak-bercak variola mulai bermunculan di tubuh sang Adipati Wanita Utama dua hari setelah mengunjungi makam tersebut, dan tak lama kemudian ia menjemput ajalnya. Maria Karolina lalu menggantikannya sebagai calon pasangan Raja [[Ferdinando I dari Dua Sisilia|Ferdinando IV dari Napoli]]. Maria Theresia menyalahkan dirinya sendiri hingga akhir hayatnya, karena kebanyakan orang pada masa itu masih belum mengenal konsep [[masa inkubasi]] berkepanjangan, alhasil mereka mengira bahwa Maria Josepha tertular variola dari jenazah sang maharani.{{sfn|Hopkins|2002|pp=64}}<ref group="note">Perlu waktu paling tidak seminggu agar bercak variola dapat muncul di sekujur tubuh orang yang tertular. Bercak baru muncul dua hari setelah Maria Josepha berziarah ke Kaisergruft, sehingga sang Adipati Wanita Agung kemungkinan sudah tertular sebelum ia mendatangi makam tersebut. Lihat {{harvnb|Hopkins|2002|pp=64}}</ref>
 
Pada April 1770, putri bungsu Maria Theresia, [[Marie Antoinette|Maria Antonia]], menikahi [[Louis XVI dari Perancis|Louis, Dauphin Prancis]], di [[Wina]], walaupun pasangan Maria Antonia tidak hadir dalam pernikahan tersebut. Maria Antonia kurang terdidik, dan ketika Raja Prancis menyatakan ketertarikannya kepadanya, Maria Theresia berupaya mengajarkan kepada Maria Antonia tentang [[Istana Versailles]] dan budaya Prancis. Maria Theresia terus berbalas surat dengan Maria Antonia (yang kemudian dijuluki Marie Antoinette setelah ia menikah), tetapi dalam surat-surat tersebut sang ibu seringkali menegur Marie akibat kemalasan dan kelakuan sembrononya. Ia juga memarahinya karena ia tak kunjung dikaruniai seorang anak.{{sfn|Beales|1987|pp=194}}