Teungku Abdullah Tanjong Bungong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- + ) |
||
Baris 4:
'''Teungku H. Abdullah Tanjong Bungong''' dilahirkan pada 7 Muharram 1359 atau pada hari Jumat, 16 Februari 1940 di desa Tanjong Bungong, Ulee Glee, [[Kabupaten Pidie Jaya|Pidie Jaya]]. Ayahnya bernama Ibrahim yang berasal dari Panteue Brueh, Tanah Luas, [[Kabupaten Aceh Utara|Aceh Utara]], yang kemudian kawin ke Ulee Glee dan mendirikan dayah Tanjong Bungong di Ulee Glee Kecamatan Bandar Dua, [[Kabupaten Pidie Jaya|Pidie Jaya]].
Pendidikan awal didapatkannya dari orang tuanya di Dayah Tanjong Bungong, kemudian pada tahun 1946 ia masuk ke Sekolah Rakyat hingga lulus pada tahun 1953. Setelah lulus dari Sekolah Rakyat, ia melanjutkan pendidikannya di Dayah Gampong Muelum Samalanga selama dua tahun. Ia keluar dari dayah tersebut karena ayahnya meninggal pada tahun 1955 sehingga ia harus pulang ke kampungnya. Setelah masa berkabung selesai, ia melanjutkan pendidikannya ke pesantren Madinatul Ma’arif, Aron, [[Kota Lhokseumawe|Lhokseumawe]] pimpinan Teungku Syafi’i yang merupakan menantu dari Teungku Hasan Kumbang,
Di dayah Bustanul Huda ini ia hanya bertahan selama dua tahun karena kondisi keamanan Aceh yang masih belum kondusif akibat gerakan DI/TII, maka '''Teungku H. Abdullah Tanjong Bungong''' kembali pindah ke dayah Teungku Abdullah Hanafi Tanoh Mirah yang baru saja dibuka. Di dayah ini ia belajar hingga tahun 1959 untuk kemudian kembali ke kampungnya dan membantu mengajar di dayah yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Pada tahun 1971, '''Teungku H. Abdullah Tanjong Bungong''' menjadi pimpinan dayah Tanjong Bungong hingga sekarang.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.harianmoslem.net/2018/08/tgk-h-abdullah-tanjong-bungong-ulama.html|title=Tgk. H. Abdullah Tanjong Bungong Ulama Ahli Astronomi di Aceh|last=Moeslem|first=Harian|website=HARIAN MOSLEM|access-date=2018-12-19}}</ref>
Baris 11:
Pada saat ini '''Teungku H. Abdullah Tanjong Bungong''' menjadi pusat rujukan untuk hal-hal ibadah yang memerlukan penentuan waktu atau arah seperti penentuan awal dan akhir puasa serta penentuan arah kiblat. Pengakuan akan keahliannya ini selain datang dari pemerintah Aceh juga datang dari para ulama lainnya di Aceh.
Proses untuk menjadi seorang ahli ilmu falak dimulai oleh '''Teungku H. Abdullah Tanjong Bungong''' dengan belajar pada Teungku Muhammad Isa
Selain kepada dua orang tersebut, '''Teungku H. Abdullah Tanjong Bungong''' juga belajar ilmu falak kepada Abu Teupin Raya dengan menggunakan metode lama yaitu menggunakan rumus-rumus dan peralatan dari kayu. Metode yang digunakan oleh Abu Teupin Raya tersebut tertulis pada kitab Majmul Al-Falati atau Zahwatul Qubra.<ref name=":1">{{Cite web|url=http://aceh.tribunnews.com/2012/08/07/tgk-h-abdullah-ibrahim-kuasai-ilmu-falaq|title=Tgk H Abdullah Ibrahim Kuasai Ilmu Falaq|date=2012-08-07|website=Serambi Indonesia|language=id-ID|access-date=2018-12-19}}</ref> Hal ini berbeda dengan metode yang digunakan oleh Drs. Teungku Ali Muda. Metode Drs. Teungku Ali Muda menggunakan teknologi sehingga titik koordinat untuk mencari arah kiblat, hilal, dan penentuan waktu salat menjadi lebih mudah. Untuk membantu menghitung koordinat secara lebih cepat dan akurat maka saat ini '''Teungku H. Abdullah Tanjong Bungong''' menggunakan alat bantu berupa GPS.<ref name=":0" />
|