Pita Maha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pinerineks (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Pinerineks (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
 
Karya-karya seni bergaya Pita Maha pada saat sekarang masih dipajang di [[Museum Puri Lukisan]] Ratna Warta di Ubud, sampai sekarang memiliki koleksi 227 lukisan dan 105 karya patung.
 
Seniman yang mengakrabi Gaya Ubud antara lain adalah I Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gde Sobrat, Ida Bagus Made Poleng, I Gusti Ketut Kobot, I Dewa Putu Bedil, Ida Bagus Nadera, Ida Bagus Rai, dll.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Zuliati|first=Zuliati|date=2016-04-29|title=Kelompok Pita Maha: Gerak Menuju Seni Lukis Modern Bali|url=http://journal.isi.ac.id/index.php/JOUSA/article/view/1479|journal=Journal of Urban Society's Arts|volume=3|issue=1|pages=44–53|doi=10.24821/jousa.v3i1.1479|issn=2355-214X}}</ref>
 
== Asal kata ==
Pita Maha berasal dari [[bahasa Kawi]] yang mempunyai arti ''“grand ancestor(s)”'' atau nenek moyang.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Zuliati|first=Zuliati|date=2016-04-29|title=Kelompok Pita Maha: Gerak Menuju Seni Lukis Modern Bali|url=http://journal.isi.ac.id/index.php/JOUSA/article/view/1479|journal=Journal of Urban Society's Arts|volume=3|issue=1|pages=44–53|doi=10.24821/jousa.v3i1.1479|issn=2355-214X}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 18 ⟶ 16:
 
Spies dan Bonnet hidup di tengah masyarakat Ubud di bawah naungan puri. Melalui dukungan dari Tjokorda Agung Sukawati, Bonnet dan Spies yang dianggap sebagai “guru” oleh seniman tradisional Bali, lebih mudah masuk dan diterima oleh seniman setempat. Karya Spies dan Bonnet kemudian dijadikan panutan sehingga memunculkan karya-karya turunan Spies dan Bonnet yang sampai saat ini banyak terlihat di daerah Ubud, Batuan, dan Sanur. Menciptakan gaya yang disebut Gaya Ubud, Gaya Batuan, dan Gaya Sanur.<ref name=":1" />
 
== Perkembangan ==
Gerakan seni Pita Maha ini kemudian memunculkan pengembangan-pengembangan yang lebih khusus pada tiga daerah, yakni gaya Ubud, gaya Batuan dan gaya Sanur.<ref name=":1" /> Sumber lain juga menambahkan gaya Keliki.<ref>{{Cite web|url=https://www.researchgate.net/publication/49287850_EKSISTENSI_SENI_LUKIS_POPULER_GAYA_KELIKIDEWASA_INI|title=EKSISTENSI SENI LUKIS POPULER GAYA KELIKI DEWASA INI|website=ResearchGate|language=en|access-date=2018-12-06}}</ref>
 
=== Gaya Ubud ===
Seniman yang mengakrabi Gaya Ubud antara lain adalah I Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gde Sobrat, Ida Bagus Made Poleng, I Gusti Ketut Kobot, I Dewa Putu Bedil, Ida Bagus Nadera, Ida Bagus Rai, dll.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Zuliati|first=Zuliati|date=2016-04-29|title=Kelompok Pita Maha: Gerak Menuju Seni Lukis Modern Bali|url=http://journal.isi.ac.id/index.php/JOUSA/article/view/1479|journal=Journal of Urban Society's Arts|volume=3|issue=1|pages=44–53|doi=10.24821/jousa.v3i1.1479|issn=2355-214X}}</ref>
 
=== Gaya Keliki ===
Lukisan khas Keliki unik karena ukurannya kecil dan obyek detail. Sehingga memerlukan waktu lama membuatnya. Pertama kali dikembangkan oleh I Ketut Sana, petani setempat pada 1970-an. Biasanya mengambil tema gambar kehidupan sehari-hari masa itu seperti di pasar, sawah, mitologi cerita Hindu, dewa-dewi, dan lainnya. Pelukis-pelukis keliki di antaranya I Wayan Ariana, I Wayan Gama, dll.<ref>{{Cite web|url=http://www.mongabay.co.id/2017/08/01/menarik-melihat-perubahan-bali-melalui-lukisan-keliki/|title=Menarik… Melihat Perubahan Bali Melalui Lukisan Keliki|date=2017-08-01|website=Mongabay Environmental News|language=en-US|access-date=2018-12-06}}</ref>
 
== Polemik ==