Kerajaan Saunggalah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syusuf2016 (bicara | kontrib)
perbaikan dan tambahan. mks
Syusuf2016 (bicara | kontrib)
tambah referensi. nuhun. Wsslmkm
Baris 52:
Dikisahkan Rakeyan Darmasiksa bertakhta di Saunggalah selama 12 tahun. Setelah itu, ia pindah ke Pakuan, bertakhta di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, dan memerintah selama 110 tahun di Pakuan Pajajaran.
 
''Memeh angkat ka Pakwa(n) ngadegkeun premana di Saunggalah ku Rak[y]ean [[Darmasiksa]]. Ti inya angkat sabumi ka Pakwan. Datang ka Pakwan mangadeg di kadaton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. ….Kacarita Rak[y]ean Darmasiksa heubeul siya ngadeg di Pakwan saratus sapuluh tahun. Heubeul siya adeg ratu di Pakwan Pajajaran, pun.''
 
Kata-kata ''“ngadegkeun premana di Saunggalah”'', bisa diartikan sebagai “mendirikan tempat istimewa di Saunggalah”. Apakah ini berarti bahwa oleh Rakeyan Darmasiksa Saunggalah dijadikan ibukota? Atau ia hanya mendirikan semacam tempat [[kabuyutan]], yang oleh [[Carita Parahyangan|Carita Parahyanga]]<nowiki/>n disebut ''Sanghyang Binajapanti''? Bila benar yang terakhir, maka status Saunggalah tidak pernah menjadi ibukota, melainkan tetap begitu adanya sejak masa Rahyangtang Kuku—berada dalam wilayah Galunggung.
 
Ayah Rakeyan Darmasiksa sendiri menurut [[naskah Wangsakerta]] adalah Prabu Dharmakusumah (1157-1175), seorang raja Sunda yang berkedudukan di Kawali, atau Sang Lumahing Winduraja (Yang Didarmakan di Winduraja) menurut ''Fragmen Carita Parahyangan''. Menurut [[naskah Wangsakerta]], Rakeyan Darmasiksa memerintah di Saunggalah karena menggantikan mertuanya yang merupakan penguasa Saunggalah, karena ia menikan dengan putri Saunggalah.
 
Prabuguru [[Darmasiksa]], Menurut pendapat lain, pertama bertahta beberapa tahun di Saunggalah I ([[Kuningan]]), kemudian diserahkan kepada putranya Prabu Purana/ Premana, [[Kuningan]] dan pindah ke Saunggalah II (Mangunreja/ Sukapura), [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya]], sekarang di kecamatan [[Mangunreja, Tasikmalaya]] di kaki [[Gunung Galunggung]]. <ref>https://artshangkala.wordpress.com/2009/09/23/amanat-galunggung-prabuguru-darmasiksa-leluhur-sunda/ diakses 28 Nopember 2018</ref> Selanjutnya tahta Saunggalah II diserahkan kepada putranya yang lain, yaitu Prabu Ragasuci. Dan Prabuguru memerintah [[Kerajaan Sunda Galuh]] dari Pakuan, [[Bogor]].<ref>http://id.rodovid.org/wk/Orang:330115/ diakses 28 Nopember 2018</ref>
 
Ketika Darmasiksa memerintah di [[Pakuan Pajajaran|Pakuan]] Pajajaran, Saunggalah diberikan kepada putranya yang bernama Ragasuci (''Fragmen Carita Parahyanga'' menyebutnya Rajaputra). Sebagai penguasa Saunggalah, Ragasuci dijuluki ''Rahyantang Saunggalah'' (1175-1298). Ia memperistri Dara Puspa, putri seorang raja Melayu. Pada tahun [[1298]] M, Ragasuci diangkat menjadi Raja Sunda menggantikan ayahnya (1298-1304). Kedudukannya di Saunggalah digantikan putranya bernama Citraganda. Pada masa Citraganda, menurut [[naskah Wangsakerta]], Pakuan untuk kesekian kalinya menjadi ibukota [[Kerajaan Sunda]]