Teknologi biomedis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 17:
''Biomedical Engineering'' atau lebih dikenal dengan teknologi kedokteran merupakan salah satu komponen penting dalam sistem kesehatan publik. Tidak mengherankan jika kemajuan sistem kesehatan publik sebuah negara ditentukan seberapa canggih teknologi kedokteran yang dipergunakan. Di Indonesia, meski teknologi kedokteran sudah dikenal luas dan telah menjadi bagian integral dalam sistem kesehatan publik kita, sebagai sebuah disiplin keilmuan Teknologi Biomedis ‘baru’ diadopsi dalam sistem pendidikan tinggi kita dalam dua dekade terakhir.
 
Tulisan ini ini membahas tentang teknologi biomedis secara umum; sejarah singkat, ruang lingkup, keberadaannya dalam dunia akademis Indonesia serta pengaruhnya terhadap pengembangan industri biomedis nasional. Permasalahan alat kesehatan sebagai bagian dari teknologi biomedis yang bersentuhan langsung dengan kepentingan publik juga akan dibahas berikut tawaran solusinya. Pada bagian akhir, kesimpulan serta rekomendasi akan diberikan untuk kemajuan dunia teknologi Biomedis di tanah air.
 
== Pengenalan Teknologi Biomedis ==
Di Indonesia, ''Biomedical Engineering'' dikenal setidaknya dengan 3 nama yang berbeda; Teknik Biomedis, Teknologi Biomedika (TB) atau Teknologi Kedokteran. Meski istilah tersebut memiliki arti harfiah dan penekanan yang berbeda, namun ketiganya sering digunakan secara bergantian ''(interchangebly)'' untuk mengacu pada hal yang sama.
 
Menurut ''National Institute of Heath'' (1997), ''Biomedical Engineering'' merupakan penerapan prinsip-prinsip dan konsep rekayasa pada dunia kedokteran; yang menyangkut diagnosa, pengawasan dan terapi. Bidang ini merupakan ''melting-pot'' dari berbagai cabang keilmuan; rekayasa/teknik, biologi, fisika, kimia dan tentunya kedokteran. Menurut perbedaan titik beratnya, TB dibagi menjadi beberapa sub-divisi antara lain<ref>Abu-Faraj, Z. O. (2008). Bioengineering/Biomedical Engineering Education and Career Development: Literature Review, Definitions, and Constructive Recommendations. ''International_Journal_of_Engineering_Education Education, 24''(5), 990-1011
</ref>:
 
a. Biomekanik, mempelajari struktur dan fungsi organ biologis dari sudut pandang mekanika (gerak, bentuk dan sifat). Orthopedik merupakan bagian dari Biomekanik yang khusus mempelajari sistem gerak; otot, ligament dan persendian.
 
b. Biomaterial, mempelajari tentang bahan/material yang akan digunakan/bersentuhan pada organ biologis.
 
c. Bioinstrument, mempelajari tentang rekayasa (konsep, design dan manufacturing) alat kedokteran secara umum. Biointrument merupakan bagian dari Teknologi Biomedis yang bersentuhan langsung dengan klinis/publik.
 
d. Bioimaging, merupakan bagian dari penting bioinstrumen dengan fokus utama pada bidang teknologi pencitraan (image) medis seperti: ''Magnetic Resonance Imaging'' (MRI), ''Computed Tomography (CT) Scan''.
 
e. Bioteknologi, mempelajari tentang peningkatan peran guna organ biologis untuk kepentingan lainnya. Tissue Engineering dan Mutasi Genetika merupakan dua cabang Bioteknologi yang telah banyak dikenal publik.
 
Dari sub-divisi di atas, terminologi ‘Teknologi Biomedis’ melingkupi domain yang jauh lebih besar daripada ‘hanya’ Bioinstrument dan Bio-imaging. Namun dalam bahasa populer – dan demikian pula dalam tulisan ini – istilah Teknologi Biomedis juga mengacu pada Bio-instrument.
 
== Sejarah Teknologi Biomedis ==
Baris 42:
Pada abad modern, sejarah TB dimulai sekitar 200 tahun yang lalu. Ketika itu, tepatnya pada tahun 1848, melalui publikasinya yang terkenal “Ueber de tierische Elektrizitaet”, Dubois Reyomnd dan rekannya Herman von Helmholtz mengidentifikasi prinsip tahanan dan arus listrik lemah pada otot dan nervous system katak – yang kemudian dikenal dengan electrophysiology. ''Milestone'' penemuan teknologi biomedis terjadi pada penghujung abab 19, ketika serangkaian peralatan medis diciptakan dalam selang waktu yang berdekatan; Spygmomanomemeter (1881) oleh Samuel Segfried Karl von Basch, Sinar X (1885) oleh Wilhem Rontgen, serta Electrocardiograph (ECG, 1885) oleh Willem Einhoven. Tren ini berlanjut pada awal abad ke 20 dengan beberapa penemuan alat medis yang masih digunakan sampai sekarang; ginjal buatan (artificial kydney) oleh Abel, Rountree dan Turner (1913), haemodialisis oleh (1924).
 
Perang Dunia I dan II – yang melibatkan lebih dari 60 negara dari 5 benua - mempunyai peran yang signifikan dalam penyemaian bidang ini ke berbagai belahan dunia. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan kebutuhan prostesis (pengantian organ – umumnya kaki dan tangan) dari para tentara yang cacat sebagai akibat perang. Jumlah laboratorium, bengkel maupun lembaga riset yang mulai tertarik mengembangkan penelitian dibidang ini pun semakin banyak, baik untuk bidang orthopedik, prosthesis maupun bidang terkait lainnya. Dari sekian banyak lembaga ridet tersebut, satu-satunya institusi yang menawarkan bidang teknologi biomedis secara formal adalah ''the Oswalt Institute for Physics in Medicine'' yand didirikan oleh Fredrich Dessauer pada tahun 1921 di Jerman ("History of Biomedical Engineering," 2013). Dalam perjalanannya, istitusi ini berubah nama menjadi Max Plank Institute fur Biophysik. Setelah perang dunia kedua berakhir, TB mulai diperkenalkan pada sistem pendidikan di Amerika; Drexel Univeristy (1959), Case Western Reserve University (1968), North Western University (1969), MIT and Harvard University (1970) dan Illinouis University (1973) hingga Boston University (1973) (Abu-Faraj, 2008). Dengan diperkenalkannya Biomedical Engineering ke dalam sistem pendidikan formal tersebut terbukti efektif pada penciptaan prosthesis dan penemuan alat-alat kedokteran modern yang kita warisi saat ini: pacemakers, CT Scan (1972), MRI (1972), ''coclear implant'' (1978), ''artificial heart'' (1982), prosthetics arms (2009) dan sebagainya.
 
== Teknologi Biomedis dalam Pendidikan Tinggi di Indonesia ==
Baris 60:
Tidak hanya produktifitas dan dukungan kebijakan pemerintah yang rendah, bidang TB pun sangat rentan terhadap korupsi. Namun demikian, korupsi di bidang ini tidak mudah diketahui publik. Kecuali korupsi alat kesehatan (alkes) di Tangsel yang terungkap lebih dikarenakan politik dinasti daripada objek korupsinya, sangat sedikit catatan korupsi alkes yang dapat diketahui publik. Mari kita amati kembali catatan korupsi bidang ini pada masa lampau.
 
Pasca desentralisasi, tercatat ‘hanya’ ada lima kasus korupsi yang terungkap ke publik. Pada tahun 2006, kasus korupsi alkes wabah flue burung yang melibatkan terdakwa Soetedjo Yuwono, Sekretaris Menko Kesra yang saat itu dijabat oleh Aburiza Bakrie. Tahun berikutnya, korupsi alkes melibatkan terpidana Ratna Dewi Umar – juga pada kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) flu burung dengan kerugian negara 50.477 milliar rupiah. Kasus ini pula menyeret dua mantan menteri Kesehatan; Siti Fadillah Supari dan Endang Rahayu Setyaningsih. Masih pada tahun 2007, korupsi alkes lainnya melibatkan mantan Kepala Pusat Penanggulan Krisis Kemenkes, Rustam Syarifuddin Pakaya dengan kerugian negara 2,47 milyar, kasus alat bantu Belajar Rumah Sakit (2009). Pada tahun 2010, dugaan korupsi alat kesehatan tak bertuan ‘merambah’ ke Bangli, Bali. Dan, yang teranyar adalah korupsi alat kesehatan di RS International Universitas Udayana, Bali (2015).
 
Dari berbagai kasus korupsi di atas, ditemukan beberapa permasalahan yang lebih teknis seperti:
Baris 66:
''Permainan Regulasi''
 
Secara konten, peraturan saat ini alkes saat ini; Peraturan Menteri Kesehatan No 1189 dan 1190 tahun 2010 masing-masing mengatur tentang Sertifikat Produksi dan ijin Edar Alat Kesehatan, menyatakan bahwa distribusi alat kesehatan harus seijin Menteri dengan usia minimal pelaku usaha minimal 2 tahun), sudah memadai. Namun dalam penerapannya, masih terdapat celah pengaturan peserta pemenang lelang. Sebagaimana modus operandi korupsi pengadaan barang umum, pemenang lelang alat kesehatan juga ditentukan secara transaksional dan mengabaikan aturan yang baku.
 
''Standarisasi''
Baris 105:
# Elfani, M., & Putra, N. K. (2013). Biomedical Engineering and its potential for Employment in Indonesia. ''International Journal of Technology, 1'', 34-44.
# Harris, T. R., Bransford, J. D., & Brophy, S. P. (2002). Roles for learning sciences and learning technologies in biomedical engineering education: a review of recent advances. ''Annu Rev Biomed Eng, 4'', 29-48. doi: 10.1146/annurev.bioeng.4.091701.125502
# History of Biomedical Engineering. (2013). ''Univeristy of Limerick.'' Retrieved 1 Juli, 2015, from <nowiki>http://www.ecestudents.ul.ie/</nowiki>
# ITS Buka Jurusan Biomedical Engineering Pertama di Indonesia. (2007). Retrieved 1 Juli, 2015, from <nowiki>http://old.its.ac.id/berita.php?nomer=4096</nowiki>
# Markets, R. a. (2015). The Medical Device Market: Indonesia. Retrieved 1 Juli, 2015, from <nowiki>http://www.researchandmarkets.com/reports/3164215/the-medical-device-market-indonesia</nowiki>
# Pandjaitan, M. (2012). Indonesia Belanja Alat Kesehatan ke Luar Negeri Rp95 Triliun Pertahun. ''Tribunnews''. Retrieved from <nowiki>http://www.tribunnews.com/kesehatan/2012/11/03/indonesia-belanja-alat-kesehatan-ke-luar-negeri-rp95-triliun-pertahun</nowiki>
# Sadwika, I W (2015), Teknologi Biomedis di Indonesia; Pengenalan, Tantangan dan Solusi - Persembahan Anak Bangsa Indonesia, Pra Mahasiswa Pasca Sarjana dan Alumni Universitas di Australia (AIPPSSA), Amara Books ISBN 978-602-8783-70-5
# Sejarah Teknik Elektromedik. (2015). Retrieved 9 Juli, 2015, from <nowiki>http://www.poltekkesjkt2.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=86&Itemid=93</nowiki>
# Siting a Biomanufacturing Facility in Singapore. (2013). ''Singapore Medtech Portal.'' Retrieved 1 Juli 2015, from <nowiki>http://www.medtech.sg/siting-a-biomanufacturing-facility-in-singapore/</nowiki>
# . ''Statistical Yearbook of Indonesia 2011, BPS – Statistics Indonesia''. (2011).
# Teknik Biomedika; Kelompok Keilmuan. (2015). Retrieved 8 July 2015, 2015, from <nowiki>https://stei.itb.ac.id/kelompok-keilmuan/teknik-biomedika</nowiki>
----[[:Berkas:///C:/Users/iMac i7/Dropbox/AKADEMIS/MEdical Device/AIPPSA/Teknologi Biomedis di Indonesia - Revisi 1.docx# ftnref1|[1]]] Tidak ada pembagian yang baku bidang TB ini. Berbagai literatur bisa jadi sub-divisi yang berbeda.
 
[[:Berkas:///C:/Users/iMac i7/Dropbox/AKADEMIS/MEdical Device/AIPPSA/Teknologi Biomedis di Indonesia - Revisi 1.docx# ftnref2|[2]]] Standar profesi teknisi elektromedis tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 371 tahun 2007 dengan tugas utama untuk mendukung peran klinis yang dijalankan oleh paramedis (dokter) berupa pemeliharaan dan perbaikan alat medis/kesehatan.
 
[[:Berkas:///C:/Users/iMac i7/Dropbox/AKADEMIS/MEdical Device/AIPPSA/Teknologi Biomedis di Indonesia - Revisi 1.docx# ftnref3|[3]]] Istilah ‘umum’ diberikan penekanan mengingat ATRO yang telah lebih dulu menawarkan bidang ini, merupakan istitusi pendidikan di bawah Kementrian Kesehatan, bukan di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, melihat kenyataan bahwa tenaga kerja potensial industri adalah lulusan S1 titik berat bahasan TB dalam bidang ini adalah institusi yang menawarkan TB sebagai jurusan mandiri pada level sarjana (S1). (Sebagian besar mahasiswa pasca sarjana merupakan dosen atau mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetap).{{teknologi}}