Kota Kuno Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up, removed stub tag
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:Istana Kaibon.jpg|250px|thumbjmpl|Gapura di Istana Kaibon di Banten Lama]]
'''Kota Kuno Banten''' atau '''Banten Lama''' adalah situs yang merupakan sisa kejayaan [[Kerajaan Banten]]. Letaknya relatif tidak jauh dari kota [[Jakarta]], dapat ditempuh sekitar 2 jam dari [[Jakarta]].
 
Baris 8:
== Tempat-Tempat di Kota Kuno Banten ==
=== Istana Keraton Kaibon ===
[[Berkas:Istana-kaibon-300x225.jpg|180px|leftkiri|thumbjmpl|Situs Istana Kaibon]]
Istana Kaibon adalah sebuah [[Istana]] tempat tinggal [[Ratu Aisyah]], ibunda dari [[Sultan Syaifuddin]]. Bentuknya hanyalah tinggal [[Reruntuhan]] saja. Disampingnya ada sebuah [[Pohon]] besar dan sebuah [[Kanal]]. Menurut penduduk sekitar, dulunya ini adalah sebuah [[Istana]] yang sangat megah. Namun, Pada tahun [[1832]], [[Belanda]] menghancurkannya saat terjadi peperangan melawan [[Kerajaan Banten]].
 
=== Istana Keraton Surosowan ===
[[Berkas:Keraton Surosowan.jpg|180px|thumbjmpl|Situs Keraton Surosoan]]
Tidak Jauh dari Istana Keraton Kaibon, terdapat sebuah [[Situs]] Istana Surosoan yang merupakan Kediaman para [[Sultan]] [[Banten]], dari [[Sultan Maulana Hasanudin]] hingga [[Sultan Haji]] yang pernah berkuasa pada tahun [[1672]]-[[1687]], Istana ini dibangun pada tahun [[1552]]. Dibanding Istana Kaibon yang terlihat masih berupa bangunan, Istana Surosoan, hanya tinggal berupa sisa-sisa bangunannya saja. Sisa bangunan megah ini berupa [[Benteng]] yang terbuat dari batu merah dan batu karang dengan tinggi 0,5 – 2 meter. Ditengahnya terdapat kolam persegi empat. Konon, kolam tersebut adalah bekas pemandian para putri termasuk [[Rara Denok]]. Dengan luas sekitar 4 hektare. Bangunan sejarah ini dihancurkan oleh [[Belanda]] pada masa kekuasaan [[Sultan Ageng Tirtayasa]] tahun [[1680]].
 
=== Masjid Agung Banten ===
{{main|Masjid Agung Banten}}
[[Berkas:Mesjid-agung-banten.jpg|180px|thumbjmpl|leftkiri|Masjid Agung Banten]]
Masjid Agung Banten terletak di Kompleks bangunan masjid di [[Desa Banten Lama]], [[Kecamatan Kasemen]], sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh [[Sultan Maulana Hasanuddin]] (1552-1570), sultan pertama [[Kesultanan Demak]]. Ia adalah putra pertama [[Sunan Gunung Jati]].
 
Baris 31:
 
=== Benteng Spellwijk ===
[[Berkas:Benteng Speelwijk..jpg|180px|thumbjmpl|leftkiri|Benteng Spellwijk]]
Lokasi tidak jauh dari [[Masjid Agung Banten]], benteng ini dibangun sekitar tahun [[1585]] (menurut informasi lainnya tahun [[1682]]). Dahulunya Benteng Spellwijk digunakan sebagai [[Menara]] [[Pemantau]] yang berhadapan langsung ke [[Selat Sunda]] dan sekaligus berfungsi sebagai penyimpanan [[Meriam|meriam-meriam]] dan alat pertahanan lainnya. Di tempat ini juga terdapat sebuah [[Terowongan]] yang katanya terhubung dengan Keraton Surosowan.
 
=== Museum Kepurbakalaan Banten Lama ===
[[Berkas:Museum Kepurbakalaan Banten Lama.JPG|180px|thumbjmpl|Museum Kepurbakalaan Banten Lama]]
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama mempunyai luas tanah kurang lebih 10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2. Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat seperti yang terlihat pada bentuk atapnya. Museum yang terletak antara Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-benda purbakala. Dilihat dari bentuk bangunannya Museum Situs Kepurbakalaan lebih mirip seperti sebuah rumah yang kemudian dialihfungsikan menjadi museum.
 
Baris 49:
 
=== Tasik Kardi ===
[[Berkas:Danau-tasikardi.jpg|180px|thumbjmpl|Tasik Kardi]]
Danau ini terletak tidak jauh dari Istana Kaibon, Konon, [[danau]] tersebut luasnya 5 hektare dan bagian dasarnya dilapisi oleh [[batu bata]], Pada masa itu danau ini dikenal dengan nama "Situ Kardi" yang memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air di Ci Banten yang digunakan sebagai [[pengairan]] [[Sawah|persawahan]], danau ini juga dimanfaatkan sebagai pasokan [[air]] bagi keluarga keraton dan masyarakat sekitarnya. Air dialirkan dari [[Pipa|pipa-pipa]] yang terbuat dari [[terakota]] berdiameter 2–40 cm. Sebelum digunakan air danau harus disaring dan diendapkan di penyaringan khusus yang dikenal dengan ''Pengindelan Abang'' atau ''Penyaringan Merah'', ''Pengindelan Putih'' atau ''Penyeringan Putih'', dan ''Pengeindelan Emas'' atau ''Penyaringan Emas''.