Abdul Aziz bin Syuaib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-  + )
Baris 1:
'''Abdul Aziz bin Syuaib bin Umar al-Qurthubi''' ({{lang-ar|عبد العزيز بن شعيب القرطبي}}), juga dikenal dengan nama  '''Kouroupas''' ({{Lang-el|Κουρουπᾶς}}) dalam sumber-sumber  [[Kekaisaran Romawi Timur|Bizantium]], adalah  [[Keamiran Kreta|Emir]]  (penguasa keturunan Arab) terakhir [[pulau Kreta]], yang berkuasa sejak tahun 949 hingga  penaklukan Bizantium  atas pulau itu pada tahun 961.
 
Catatan-catatan yang masih ada mengenai sejarah internal dan para penguasa  [[Keamiran Kreta]] sangat sedikit dan tersebar. Menurut studi George C. Miles dengan bantuan bukti  [[numismatik]], ia untuk sementara diidentifikasi sebagai putra amir kedelapan, Syuaib II, yang memerintah antara k. 940-943, yang mana ia sendiri adalah cucu canggah dari penakluk [[Kreta]] dan pendiri [[Keamiran Kreta]], [[Abu Hafs Umar]]. Awal pemerintahannya diperkirakan sejak 949, sebagai penerus dari pamannya, Ali.{{Sfn|Miles|1964}}{{Sfn|Canard|1986}} Oleh para penulis sejarah Bizantium, ia terutama disebut dengan nama "Kouroupas", yang kelihatannya diserap dari nama  [[nisbah]]  bahasa Arab  ''Al-Qurtubi'', artinya "dari  [[Kordoba, Spanyol|Kordoba]]", yaitu asal dari keluarga tersebut sebelumnya.{{Sfn|PmbZ}}
 
Pada abad ke-14, sejarawan Mesir Al-Nuwayri  melaporan bahwa kaisar Bizantium Romanos II mengirimkan tiga utusan ke pulau itu untuk mengusahakan terjadinya perjanjian damai dengan imbalan tahunan sejumlah uang kepada Abdul Aziz, sebagai siasat untuk menyembunyikan persiapan yang sedang dilangsungkan untuk menaklukan kembali pulau itu. Laporan ini dianggap oleh sebagian besar peneliti mutakhir sebagai hanya legenda belaka.{{Sfn|PmbZ}} Dengan mengepalai sejumlah besar armada dan tentara, [[Nikephoros II Phokas|Nikephoros Phokas]] berlayar pada bulan Juni atau Juli tahun 960, kemudian mendarat di pulau itu dan mengalahkan perlawanan awal dari pihak Muslim. Selanjutnya berlangsung pengepungan panjang atas ibu kota keamiran di  [[Heraklion|Chandax]], yang berlangsung melewati musim dingin hingga masuk tahun 961. Kota itu akhirnya diserbu pada 6 Maret 961.{{Sfn|Canard|1986}} Pada saat itu, Abdul Aziz digambarkan oleh Theodosios Diakon  sebagai seseorang yang bertubuh kecil, bermuka pucat, botak, dan sedang sakit parah, tapi merupakan orator fasih dan memikat.{{Sfn|PmbZ}} Dengan sia-sia, sang amir berusaha meminta bantuan kepada [[Kekhalifahan Fatimiyah]] di [[Ifriqiya]] dan [[Keamiran Kordoba]] di Spanyol; para penguasa Muslim tersebut mengirimkan utusan kepadanya, tapi karena terkesan dengan kekuatan Bizantium, mereka tidak turun tangan melakukan intervensi.{{Sfn|PmbZ}}
 
Setelah Chandax berhasil direbut, Abdul Aziz dibawa sebagai tawanan bersama keluarganya ke [[Konstantinopel]], di mana mereka diarak dalam [[Kemenangan Romawi|posesi kemenangan]] Nikephoros Phokas. Mereka kemudian diberikan hadiah-hadiah mahal dan sebuah lahan untuk tempat tinggal oleh Romanos II, dan sumber-sumber Bizantium melaporkan bahwa kaisar mempertimbangkan untuk mengangkat Abdul Azis sebagai seorang [[Senat Romawi Timur|senator]], namun Abdul Aziz menolak untuk masuk agama Kristen.{{sfn|PmbZ|loc=ʻAbdalʻazīz b. Šuʻayb b. ʻUmar al-Qurṭubī (#20009)}} Namun, salah seorang anaknya Al-Nu'man, yang disebut Anemas dalam bahasa Yunani, bersedia melakukannya dan mengemban tugas untuk pihak Bizantium hingga akhirnya ia terbunuh dalam peristiwa [[Pengepungan Dorostolon]] pada tahun 971.{{sfn|PmbZ|loc=ʻAbdalʻazīz b. Šuʻayb b. ʻUmar al-Qurṭubī (#20009); Anemas (#20421)}} Beberapa peneliti modern menganggap bahwa mungkin saja keluarga aristokrat Anemas dari masa Bizantium akhir merupakan para keturunannya.{{sfn|ODB|loc="Anemas" (A. Kazhdan), p. 96}}