Kota Sabang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Angayubagia (bicara | kontrib)
k update
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 50:
 
'''Kota Sabang''' adalah salah satu [[kota]] di [[Aceh]], [[Indonesia]]. Kota ini berupa kepulauan di seberang utara pulau [[Sumatera]], dengan [[Pulau Weh]] sebagai pulau terbesar. Kota Sabang merupakan zona ekonomi bebas Indonesia, ia sering disebut sebagai titik paling utara Indonesia, tepatnya di [[Pulau Rondo]].
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM S.S. 'Jan Pieterszoon Coen' gemeerd aan de handelssteiger te Sabang op het eiland We Noord-Sumatra TMnr 10007920.jpg|jmpl|300px|Kapal penumpang SS "Jan Pieterszoon Coen" di Sabang pada tahun 1935]]
Kota Sabang sebelum [[Perang Dunia II]] adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan [[Temasek]] (sekarang [[Singapura]]).
 
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama [[Kolen Station]] oleh pemerintah kolonial [[Belanda]] sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, [[Firma Delange]] dibantu [[Sabang Haven]] memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah [[vrij haven]] dan dikelola [[Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station]] yang selanjutnya dikenal dengan nama [[Sabang Maatschaappij]]. [[Perang Dunia II]] ikut memengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan [[Jepang]], kemudian dibom pesawat [[Sekutu]] dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
 
Pada masa awal kemerdekaan [[Indonesia]], Sabang menjadi pusat pertahanan [[Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat]] ([[RIS]]) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui [[Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50]]. Semua aset pelabuhan [[Sabang Maatschaappij]] dibeli Pemerintah [[Indonesia]]. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan [[Kotapraja Sabang]] berdasarkan [[UU No 10/1965]] dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai [[Pelabuhan Bebas]] dan [[Kawasan Perdagangan Bebas]].
 
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya [[UU No 3/1970]] tentang Perdagangan Bebas Sabang dan [[UU No 4/1970]] tentang ditetapkannya Sabang sebagai [[Daerah Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]]. Dan atas alasan pembukaan [[Pulau Batam]] sebagai [[Kawasan Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]] [[Batam]], Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan [[UU No 10/1985]]. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk [[Kerja Sama Ekonomi Regional]] [[Indonesia]]-[[Malaysia]]-[[Thailand]] Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan [[Asia Selatan]].
 
Pada tahun 1997 di [[Pantai Gapang, Sabang]], berlangsung [[Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi]] (Iptek) yang diprakarsai [[BPPT]] dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan [[Kecamatan Pulo Aceh]] dijadikan sebagai [[Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu]] (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya, diresmikan oleh [[Presiden]] [[BJ Habibie]] dengan [[Keppes No. 171 tahun 1998]] pada tanggal 28 September 1998.
 
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai [[Kawasan Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]] oleh [[Presiden]] [[Abdurrahman Wahid|KH. Abdurrahman Wahid]] di Sabang dengan diterbitkannya [[Inpres No. 2 tahun 2000]] pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya [[Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000]] tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi [[Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000]] tentang [[Kawasan Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]] Sabang.
 
Aktivitas [[Pelabuhan Bebas]] dan [[Perdagangan Bebas]] Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena [[Aceh]] ditetapkan sebagai [[Daerah Darurat Militer]].
 
Sabang juga mengalami [[Gempa]] dan [[Tsunami]] pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di [[Teluk Sabang]] yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari [[tsunami]]. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan [[Aceh]]. [[Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi]] (BRR) [[Aceh]]-[[Nias]] menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material [[konstruksi]] dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.
 
== Geografi ==
Baris 85 ⟶ 103:
== Cuaca ==
[[Pulau Weh]] mengalami dua [[musim]], yaitu musim [[hujan]] dan musim [[kemarau]]. Musim [[hujan]] lazimnya jatuh pada bulan [[September]] sampai [[Februari]]. Musim [[kemarau]] pada bulan [[Maret]] hingga bulan [[Agustus]]. Menurut hasil pengukuran [[Stasiun Meteorologi Sabang]], curah hujan yang tercatat rata-rata 1.745 - 2.232 mm/tahun, dengan angka terendah pada bulan [[Maret]] sebesar 18 mm dan angka tertinggi pada bulan [[September]] sebesar 276 mm. Pada bulan [[September]] dan [[Oktober]] terjadi peralihan dari musim [[kemarau]] ke musim [[hujan]].
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM S.S. 'Jan Pieterszoon Coen' gemeerd aan de handelssteiger te Sabang op het eiland We Noord-Sumatra TMnr 10007920.jpg|jmpl|300px|Kapal penumpang SS "Jan Pieterszoon Coen" di Sabang pada tahun 1935]]
Kota Sabang sebelum [[Perang Dunia II]] adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan [[Temasek]] (sekarang [[Singapura]]).
 
Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama [[Kolen Station]] oleh pemerintah kolonial [[Belanda]] sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, [[Firma Delange]] dibantu [[Sabang Haven]] memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah [[vrij haven]] dan dikelola [[Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station]] yang selanjutnya dikenal dengan nama [[Sabang Maatschaappij]]. [[Perang Dunia II]] ikut memengaruhi kondisi Sabang dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan [[Jepang]], kemudian dibom pesawat [[Sekutu]] dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.
 
Pada masa awal kemerdekaan [[Indonesia]], Sabang menjadi pusat pertahanan [[Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat]] ([[RIS]]) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui [[Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50]]. Semua aset pelabuhan [[Sabang Maatschaappij]] dibeli Pemerintah [[Indonesia]]. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk pemerintahan [[Kotapraja Sabang]] berdasarkan [[UU No 10/1965]] dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai [[Pelabuhan Bebas]] dan [[Kawasan Perdagangan Bebas]].
 
Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya [[UU No 3/1970]] tentang Perdagangan Bebas Sabang dan [[UU No 4/1970]] tentang ditetapkannya Sabang sebagai [[Daerah Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]]. Dan atas alasan pembukaan [[Pulau Batam]] sebagai [[Kawasan Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]] [[Batam]], Sabang terpaksa dimatikan berdasarkan [[UU No 10/1985]]. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk [[Kerja Sama Ekonomi Regional]] [[Indonesia]]-[[Malaysia]]-[[Thailand]] Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan [[Asia Selatan]].
 
Pada tahun 1997 di [[Pantai Gapang, Sabang]], berlangsung [[Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi]] (Iptek) yang diprakarsai [[BPPT]] dengan fokus kajian ingin mengembangkan kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan [[Kecamatan Pulo Aceh]] dijadikan sebagai [[Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu]] (KAPET) yang bersama-sama KAPET lainnya, diresmikan oleh [[Presiden]] [[BJ Habibie]] dengan [[Keppes No. 171 tahun 1998]] pada tanggal 28 September 1998.
 
Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai [[Kawasan Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]] oleh [[Presiden]] [[Abdurrahman Wahid|KH. Abdurrahman Wahid]] di Sabang dengan diterbitkannya [[Inpres No. 2 tahun 2000]] pada tanggal 22 Januari 2000. Dan kemudian diterbitkannya [[Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 2000]] tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi [[Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000]] tentang [[Kawasan Perdagangan Bebas]] dan [[Pelabuhan Bebas]] Sabang.
 
Aktivitas [[Pelabuhan Bebas]] dan [[Perdagangan Bebas]] Sabang pada tahun 2002 mulai berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke kawasan Sabang. Tetapi pada tahun 2004 aktivitas ini terhenti karena [[Aceh]] ditetapkan sebagai [[Daerah Darurat Militer]].
 
Sabang juga mengalami [[Gempa]] dan [[Tsunami]] pada tanggal 26 Desember 2004, namun karena palung-palung di [[Teluk Sabang]] yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat dari [[tsunami]]. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit udara dan laut yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan [[Aceh]]. [[Badan Rekontruksi dan Rehabilitasi]] (BRR) [[Aceh]]-[[Nias]] menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman material [[konstruksi]] dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.
 
== Pemerintahan ==
Baris 111:
=== Dewan Perwakilan ===
{{utama|Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sabang}}
{{:Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sabang}}
 
{| class="wikitable" style="float:right;margin:0 0 0.5em 1em;font-size:90%"
!colspan="2" style="background:#DCDCDC;" | DPRK Sabang<br />2014-2019
Baris 148 ⟶ 150:
|-
|}
 
Pada [[pemilihan umum legislatif Indonesia 2014|Pemilu Legislatif 2014]] lalu, DPRK Sabang berjumlah 20 orang dengan perwakilan sembilan partai politik.