Jurnalisme kuning: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
 
== Sejarah ==
Istilah Jurnalisme Kuning atau ''Yellow Journalism'' merujuk pada persaingan surat kabar di Amerika Serikat<ref>{{Cite journal|date=2018-09-18|title=Amerika Serikat|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amerika_Serikat&oldid=14196979|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>. berasal dari penggambaran tokoh ''Yellow Kid'' oleh R. F. Outcault. Outcault menggambarkan ''Yellow Kid''<ref>{{Cite journal|date=2013-04-30|title=The Yellow Kid|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=The_Yellow_Kid&oldid=6804746|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> sebagai seorang anak laki-laki yang tidak sopan, terlalu banyak bicara serta berkunjung ke rumah-rumah petak di New York (Campbell, 2001: 25). Outcault kemudian direkrut oleh ''[[New York World]]'' bersama ''[[New York Journal-American|New York Journal]]'' dan memuat karakter ''Yellow Kid'' (Malik, 2017: 3). Persaingan antara kedua media tersebut kemudian melahirkan istilah ''yellow press'' setelah keduanya menerbitkan saingan karakter mereka, ''Yellow Kids'' (Campbell, 2001: 26).
 
Setelah ditemukan mesin cetak pada sekitar tahun 1980an, teknologi ''printing'' bertumbuh pesat sehingga semakin mudah untuk memperluas jaringan komunikasi dan penyeberan berita. Teknologi percetakan memunculkan perusahaan media surat kabar sehingga banyak terjadi persaingan. Surat kabar internasional mengacu pada jurnalisme kuning (Rahmitasari, 2013:99-101).
Outcault kemudian direkrut oleh ''New York World'' bersama ''New York Journal'' dan memuat karakter ''Yellow Kid'' (Malik, 2017: 3). Persaingan antara kedua media tersebut kemudian melahirkan istilah ''yellow press'' setelah keduanya menerbitkan saingan karakter mereka, ''Yellow Kids'' (Campbell, 2001: 26).
 
Sebelumnya, ''Yellow Journalism'' menggambarkan persaingan bisnis<ref>{{Cite journal|date=2018-02-01|title=Bisnis|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bisnis&oldid=13669653|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> antarsurat kabar, namun terjadi perubahan makna ''Yellow Journalism''. ''Yellow Journalism'' kini beralih untuk mengungkapkan ejekan terhadap adanya berita yang berlebihan dan sensasional. Ditambah pula ''Yellow Journalism'' tidak melalui proses ''gatekeeping''<ref>{{Cite journal|date=2018-10-16|title=Gatekeeping (communication)|url=https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Gatekeeping_(communication)&oldid=864364847|journal=Wikipedia|language=en}}</ref> sehingga ada beberapa fakta yang meleset.
Setelah ditemukan mesin cetak pada sekitar tahun 1980an, teknologi ''printing'' bertumbuh pesat sehingga semakin mudah untuk memperluas jaringan komunikasi dan penyeberan berita.
 
Salah satu contoh ''Yellow Journalism'' adalah pada masa Perang Dunia I (PD I) yakni sebuah foto seseorang tehanan yang menghadapi regu tembak pada saat hukuman mati. Foto tersebut dimuat pertama kali di sebuah surat kabar ''Daily Mirror''<ref>{{Cite journal|date=2018-01-19|title=Daily Mirror|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daily_Mirror&oldid=13582110|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> pada tahun 1914 oleh Albert Rhys Williams<ref>{{Cite web|url=https://spartacus-educational.com/|title=Spartacus Educational|website=Spartacus Educational|language=en|access-date=2018-10-21}}</ref>. Tujuan beredarnya foto tersebut adalah keinginan untuk memberitahukan kepada semua orang bahwa hukuman mati pada waktu itu benar-benar nyata. Sebelumnya, foto eksekusi hukuman mati tidak memiliki kisah nyata di baliknya.
Teknologi percetakan memunculkan perusahaan media surat kabar sehingga banyak terjadi persaingan. Surat kabar internasional mengacu pada jurnalisme kuning (Rahmitasari, 2013:99-101).
 
Sebelumnya, ''Yellow Journalism'' menggambarkan persaingan bisnis<ref>{{Cite journal|date=2018-02-01|title=Bisnis|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bisnis&oldid=13669653|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> antarsurat kabar, namun terjadi perubahan makna ''Yellow Journalism''. ''Yellow Journalism'' kini beralih untuk mengungkapkan ejekan terhadap adanya berita yang berlebihan dan sensasional.
 
Ditambah pula ''Yellow Journalism'' tidak melalui proses ''gatekeeping''<ref>{{Cite journal|date=2018-10-16|title=Gatekeeping (communication)|url=https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Gatekeeping_(communication)&oldid=864364847|journal=Wikipedia|language=en}}</ref> sehingga ada beberapa fakta yang meleset.
 
Salah satu contoh ''Yellow Journalism'' adalah pada masa Perang Dunia I (PD I) yakni sebuah foto seseorang tehanan yang menghadapi regu tembak pada saat hukuman mati. Foto tersebut dimuat pertama kali di sebuah surat kabar ''Daily Mirror''<ref>{{Cite journal|date=2018-01-19|title=Daily Mirror|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Daily_Mirror&oldid=13582110|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> pada tahun 1914 oleh Albert Rhys Williams<ref>{{Cite web|url=https://spartacus-educational.com/|title=Spartacus Educational|website=Spartacus Educational|language=en|access-date=2018-10-21}}</ref>.
 
Tujuan beredarnya foto tersebut adalah keinginan untuk memberitahukan kepada semua orang bahwa hukuman mati pada waktu itu benar-benar nyata. Sebelumnya, foto eksekusi hukuman mati tidak memiliki kisah nyata di baliknya.
 
== Era Internet ==