Seni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pinerineks (bicara | kontrib)
Pinerineks (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
Istilah "seni rupa", "seni musik", "seni teater", "seni sastra" dll. dalam bahasa Indonesia ditengarai memperlihatkan gejala [[Adverbia|adverbial]]. Gejala ini menunjukkan kata-kata penting (rupa, musik, tari, sastra) hanya sekadar kata keterangan (adverb) untuk kata seni. Keutamaan pada istilah-istilah itu terletak pada kata "seni"-nya. Istilah "seni" sendiri dalam bahasa Indonesia tidak membawa sifat kebendaan, walaupun merupakan kata benda abstrak. Dengan demikian, semua ungkapan seni punya kedudukan sejajar. Seni menjadi istilah yang 'terbuka'. Ungkapan seni bahkan tidak dibatasi pada seni rupa, seni tari, seni musik, dan seni teater saja (dikenal menampilkan ungkapan pribadi). Deretan istilah ini bisa diperpanjang dengan seni [[keris]], seni [[batik]], seni [[ronggeng]] (dan sebagainya) yang dikenal sebagai kesenian di dunia tradisi. Maka, kata seni tidak memiliki bentuk dan merupakan kondisi mental yang bisa berwujud banyak hal selama memiliki gejala seni. Gejala tersebut membuat pengertian seni dalam bahasa Indonesia lebih dekat kepada [[estetika]]. <ref>{{Cite web|url=http://mbewthea.angelfire.com/ideology.html|title=ideology|website=mbewthea.angelfire.com|access-date=2018-10-29}}</ref><ref name=":1" /> Oleh karenanya, terdapat banyak kesulitan dalam menyeimbangkan perkembangan wacana seni di Indonesia dan Barat, misalkan seni tari jika diterjemahkan secara formal menjadi ''dance art'' tidak akan masuk akal bagi pemakai bahasa Inggris, juga seperti seni ukir, seni musik, dsj. Bahasa Inggris dan beberapa bahasa lain juga membedakan antara istilah ''art'' dan (''the) arts''.
 
Istilah ''seni'' kemungkinan besar lahir dari pemikiran [[S. Sudjojono]] melalui [[Persatuan Ahli Gambar Indonesia]] (PERSAGI) yang kala itu sangat giat mencari padanan istilah berbahasa Indonesia. Istilah baru yang juga diperkenalkan antara lain seni lukis, lukisan, pelukis, lukisan kampas (kanvas), pematung, seni rupa, cukilan, alam benda, potret diri, watak, sanggar, [[Sketsa (gambar)|sketsa]], [[etsa]], seniman, [[Ketelanjangan|telanjang]] dan lain-lain. Sementara itu, istilah seniman (untuk menyebut pelaku seni) muncul pada akhir 1930-an di dalam tulisan-tulisan S Sudjojono mengenai seni lukis Indonesia. S Sudjojono mengakui bahwa istilah ”seniman” ini pertama kali diusulkan oleh [[Ki Sarmidi Mangunsarkoro|Ki Mangunsarkoro]]—mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.<ref>{{Cite web|url=http://hyphen.web.id/seniman-atau-seniman-11-september-2-oktober-2011/|title=Hyphen — » Seniman atau “seniman”? (11 September-2 Oktober 2011)|website=hyphen.web.id|access-date=2018-10-28}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=didIDwAAQBAJ&pg=PA66&lpg=PA66&dq=ki+mangun+sarkoro+istilah+seni&source=bl&ots=lp-soTPiyb&sig=g8tgeC3QLFMnFcsHgNDQbD2HDaQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwib8vC4xKneAhXJQo8KHQqjBggQ6AEwBXoECAgQAQ#v=onepage&q=istilah%20seni&f=false|title=Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya|last=Sudjojono|first=S.|date=2017-06-12|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=9786024243074|language=id}}</ref> Tulisan-tulisan S.Sudjojono juga membantu istilah-istilah tersebut semakin populer, khususnya buku ''Seni lukis, kesenian, dan seniman'' yang terbit pertama kali 1946.
 
== Sejarah ==
Baris 24:
 
Banyak tradisi besar dalam seni memiliki akar dari salah satu peradaban besar kuno, yakni [[Mesir Kuno]], [[Mesopotamia]], [[Kekaisaran Persia|Persia]], [[India]], [[Sejarah Tiongkok|Tiongkok]], [[Yunani Kuno]], [[Romawi Kuno|Romawi]], juga [[Kerajaan Inka|Inka]], [[Peradaban Maya|Maya]] dan [[Olmek]]. Tiap-tiap pusat peradaban awal ini mengembangkan gaya khas dalam keseniannya. Dikarenakan ukuran dan usia peradaban-peradaban tersebut, terdapat lebih banyak karya seni yang terselamatkan dan lebih banyak pengaruh yang disebarluaskan kepada budaya-budaya yang datang kemudian. Sebagian dari peradaban tersebut bahkan memiliki catatan terawal bagaimana seniman bekerja. Sebagai contoh, seni zaman Yunani melihat pemujaan bentuk tubuh manusia dan pengembangan keterampilan yang berimbang untuk menunjukkan proporsi otot, ketenangan, kecantikan, dan anatomi yang tepat.<ref>Gombrich, p.83, pp.75-115 pp.132-141, pp.147-155, p.163, p.627.</ref>
 
Dalam seni peradaban [[Byzantium|Bizantium]] dan [[Abad Pertengahan]] Barat, banyak seni berfokus pada ekspresi subjek tentang budaya [[Alkitab]] dan keagamaan, dan menggunakan gaya yang menunjukkan kemuliaan yang lebih tinggi bagi dunia surgawi, seperti penggunaan emas pada latar belakang lukisan, atau kaca dalam mosaik atau jendela, yang juga menyajikan figur-figur dalam bentuk yang ideal, berpola (datar). Namun demikian, tradisi realis klasik bertahan dalam karya-karya kecil Bizantium, dan [[Realisme (seni rupa)|realisme]] terus tumbuh dalam [[seni Katolik]] Eropa.<ref>Gombrich, pp.86-89, pp.135-141, p.143, p.179, p.185.</ref>
 
Seni [[Abad Renaisans|Renaisans]] kemudian berkembang dengan lebih menekankan pada penggambaran realistik dunia bendawi, dan tempat manusia di dalamnya. Hal itu tercermin dari penggambaran jasmani tubuh manusia, dan perkembangan metode sistematis penggambaran jauh-dekat dari sudut pandang grafis untuk mendapatkan kesan ruang tiga dimensi.<ref>Tom Nichols (1 Desember 2012). ''Renaissance Art: A Beginner's Guide. Oneworld Publications''. <nowiki>ISBN 978-1-78074-178-9</nowiki>.</ref>
 
== Definisi ==