Mahayana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bettychen84 (bicara | kontrib)
k https://kbbi.web.id/biku
Baris 15:
Buddha berbicara dengan semua kalangan manusia: raja dan pangeran, brahmana, petani, pengemis, kaum terpelajar dan orang biasa. Ajarannya disesuaikan dengan pengalaman, tingkat pemahaman dan kapasitas mental pendengarnya. Apa yang diajarkannya dinamakan Buddha Vacana. Saat itu tidak dikenal dengan apa yang dinamakan Theravada atau Mahayana.
 
Setelah terbentuknya persekutuan BhikhuBiku dan BhikhuniBikuni, Buddha menggariskan aturan-aturan disiplin tertentu yang disebut Vinaya sebagai pedoman bagi persekutuan tersebut. Semua ajarannya disebut Dhamma, termasuk juga wacana, sutra, khotbah kepada BhikhuBiku, BhikhuniBikuni dan orang biasa.
 
== Persamuan Agung Pertama ==
Tiga bulan setelah Buddha Mahaparinibbana, pengikut terdekatnya menyelenggarakan persamuan di Rajagaha. Maha Kassapa, BhikhuBiku yang paling dihormati dan dituakan, memimpin persamuan tersebut. Hadir pula, 2 (dua) orang pengikut yang berkemampuan istimewa pada dua ajaran – Dhamma dan Vinaya(disiplin, etika). Satunya adalah Ananda, teman terdekat dan pengikut Buddha selama 25 tahun. Dikaruniai ingatan yang luar biasa, Ananda mampu mengulangi apa yang disampaikan oleh Buddha. Lainnya adalah Upali yang mengingat semua aturan-aturan Vinaya.
 
Hanya dua ajaran tersebut – Dhamma dan Vinaya – yang dibawakan dalam Persamuan Pertama. Walaupun tidak ada perbedaan pendapat mengenai Dhamma (tidak termasuk Abhidhamma), terdapat beberapa diskusi mengenai aturan-aturan Vinaya. Sebelum Buddha parinibbana, ia memberitahu Ananda bahwa apabila Sangha ingin memperbaiki atau mengubah beberapa aturan tidak mendasar, mereka dapat melakukannya. Akan tetapi pada saat itu, Ananda sedang sangat berduka karena Buddha akan segera parinibbana sehingga Ia tidak menanyakan kepada Buddha aturan-aturan mana yang dimaksudnya tersebut. Karena anggota-anggota dari persamuan tidak mencapai kata sepakat mengenai apa yang dimaksud dengan aturan-aturan tidak mendasar, Maha Kassapa akhirnya menetapkan bahwa aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Buddha tidak diubah dan tidak ada aturan baru yang ditambahkan. Tidak ada alasan-alasan yang diberikan untuk itu. Maha Kassapa mengatakan sesuatu, bahwa: “ Bila kita mengubah aturan-aturan, orang-orang akan berkata bahwa pengikut Yang Mulia Gautama telah mengubah aturan-aturan bahkan sebelum api pemakaman dinyalakan”.
Baris 25:
 
== Persamuan Agung Kedua ==
Seratus tahun kemudian, persamuan kedua diadakan untuk mendiskusikan aturan-aturan Vinaya. Tidak ada kebutuhan untuk mengubah aturan-aturan tiga bulan setelah parinibbana-nya Buddha karena kecilnya perubahan politik, ekonomi atau sosial dalam periode sesingkat ini pada masa itu. Tetapi 100 tahun kemudian, beberapa bhikhubiku melihat kebutuhan untuk mengubah beberapa aturan tidak mendasar. Biku yang ortodoks mengatakan bahwa tidak ada yang perlu diubah sedangkan lainnya ingin mengubah aturan-aturan tersebut. Akhirnya, sekelompok Biku meninggalkan persamuan dan mendirikan Mahasanghika – Kelompok Besar. Saat ketika masih dinamakan Mahasanghika, tidak dikenal yang namanya Mahayana. Dan pada persamuan kedua, hanya hal berhubungan dengan Vinaya yang yang didiskusikan dan tidak ada perdebatan mengenai Dhamma.
 
== Persamuan Agung Ketiga ==
Pada abad ke-3 SM masa pemerintahan Raja Asoka, persamuan ketiga diadakan untuk mendiskusikan perbedaan pendapat di antara BhikhuBiku dari aliran-aliran berbeda. Pada persamuan ini, perbedaan-perbedaan tidak hanya dibatasi pada Vinaya tetapi juga berhubungan dengan Dhamma. Pada akhir dari persamuan ini, ketua persamuan, Monggaliputta Tissa, menulis satu buku berjudul Kathavatthu. Buku ini membuktikan adanya kesalahan mendasar serta pandangan dan teori yang salah yang dianut beberapa aliran. Ajarannya ini disetujui dan diterima persamuan ini sebagai Theravada. Abhidhamma Pitaka telah dimasukkan saat persamuan ini.
 
Setelah persamuan ketiga, anak Asoka, BhikhuBiku Mahinda, membawa Tripitaka beserta penjelasan yang telah dibahas dalam persamuan ketiga ini ke Sri Lanka. Teks yang dibawa ini masih tersimpan sampai saat ini di Sri Lanka tanpa kehilangan satu halaman-pun. Teks tersebut ditulis dalam Pali. Teks ini berpedoman pada bahasa Magadhi yang digunakan Buddha. Belum dikenal dengan apa yang dinamakan Mahayana hingga periode ini.
 
Beberapa sumber mengatakan bahwa diadakan persamuan Agung tandingan di pihak aliran bakal calon-Mahayana. Namun faktanya aliran tersebut di kemudian hari termasuk ke dalam aliran-aliran yang "kurang" mendukung Mahayana, bahkan dapat dikatakan bersaing dengan Mahayana di India utara.