Kereta api peti kemas di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 91:
 
Mengingat angkutan peti kemas Indonesia merupakan suatu tulang punggung distribusi logistik yang penting, rute-rute baru pun dibuka. Saat ini seluruh wilayah operasional KAI, kecuali Divre II Sumatera Barat, terlayani dengan kereta api peti kemas.
 
=== Munculnya Nama Antaboga dengan Rute Surabaya-Jakarta ===
Nama Antaboga yang disematkan kepadanya, dikemudian hari hanya merujuk pada beberapa perjalanan KA, yang mengakhiri perjalanannya di Surabaya Pasarturi dan Jakarta Gudang. Sementara yang mengakhiri perjalanan di Kalimas dan Tanjungpriok hanya disebut sebagai Kurs Petikemas. Dari awal peluncurannya, KA Kontainer ini terkesan stagnan. Selama dua dekade, KA ini tampil dengan formasi lok + 20 gerbong datar, dengan terkadang tidak bermuatan penuh.
 
Dalam perjalanannya, KA ini sering menjadi bulan-bulanan KA Penumpang, yang membuat waktu tempuhnya molor. Jakarta-Surabaya bisa ditempuh sekitar 13 jam lebih dengan KA ini, meskipun lebih cepat dari Angkutan Roda Karet. Nasib Antaboga sedikit lebih baik karena Antaboga adalah pemegang nomor puncak KA Barang. Namun setidaknya nasib KA ini lebih baik dari KA Angkutan Ternak yang bisa menempuh Jakarta-Surabaya selama 21 jam, bahkan lebih. KA ini sendiri pernah terlibat beberapa insiden yang bisa dibilang fatal. Pernah ditahun 1996, KA Kontainer bertabrakan dengan KA Angkutan Ternak di Cikarang. Akibat tabrakan dari belakang, beberapa gerbong KA Ternak anjlok dan menutupi rel arah berlawanan, sementara rangkaian Kontainer juga kacau balau. Dari arah berlawanan, lewatlah KA JS950 Argobromo. JS950 langsung menghajar gerbong-gerbong KA Ternak yang menutupi rel. Akibat PLH ini, dua lok anjlok, beberapa gerbong anjlok dan puluhan ekor ternak mati. Selain itu, pernah juga KA Kontainer menuju Surabaya beradu kepala dengan KA Kontainer dari Gedebage. Adu kepala ini terjadi karena Kontainer menuju Surabaya melanggar sinyal masuk saat berjalan sepur kiri. Akibatnya, KA langsung menghajar Kontainer dari Gedebage yang sedang menunggu di emplasemen Cikarang. Kemudian pada 2009, Antaboga ditabrak KA Rajawali di emplasemen stasiun Kapas, akibat KA Rajawali melanggar sinyal masuk stasiun Kapas.
 
KA ini juga sempat berdampingan dengan KA Barang Cepat (KABAT/BC). Berbeda dengan Petikemas, BC menggunakan gerbong tertutup dan memiliki nomor di bawah Antaboga. Barang Cepat sendiri sudah ada sekitar 20 tahun sebelum KA Petikemas muncul, meski rute awalnya Jakarta-Surabaya lewat Yogyakarta. Namun sekitar 2011 akhir, Antaboga dan Barang Cepat dihapus, seiring dipusatkannya kegiatan bongkar muat di Tanjungpriok. Sementara di Surabaya, kegiatan bongkar muat juga dipusatkan ke Kalimas. Selain itu, dibuka juga tempat bongkar muat baru di Cikarang Dry Port. Frekuensi KA bertambah, meski panjang rangkaian masih tetap. Kemudian dibuka juga Kontainer relasi Cilegon-Kalimas, yang sayangnya hanya berjalan singkat. Di Surabaya, perubahan kembali terjadi dengan dibukanya Waru sebagai stasiun bongkar muat.
 
KA ini melakukan pergantian kru di Cirebon Prujakan, Semarang Poncol dan Cepu. Namun kemudian pergantian kru dipindah dari Cirebon Prujakan ke Waruduwur. Saat double track Jakarta-Surabaya selesai, waktu tempuh KA ini terpangkas, dan permintaan angkutan semakin meningkat. Namun sayangnya, Waru ditutup untuk bongkar muat saat bongkar muat petikemas dipusatkan ke Kalimas. Sekitar 2015, dijalankan KA Kontainer "Ranjang (Rangkaian Panjang)" yang membawa 30 gerbong dengan kapasitas 60 TEUs (TEU : Satuan Kontainer, 1 TEU = 1 kontainer ukuran 20 feet). KA ini ditarik oleh CC206, dengan tonase berkisar 900 hingga 1100 ton. Perpanjangan rangkaian ini juga disambut dengan reaktivasi rel menuju TPS (Terminal Petikemas Surabaya) dan JICT (Jakarta International Container Terminal). Beberapa waktu lalu juga dilakukan ujicoba KA Petikemas JICT-Cikarang Dry Port dengan stamformasi 30 GD. Bahkan sempat juga dilakukan ujicoba KA Petikemas dengan stamformasi 40an GD, meski akhirnya tidak diregulerkan. Tren 30 GD juga merambat ke Angkutan Semen Tiga Roda dari Nambo. Namun bagi saya pribadi, ada problem baru yang muncul. KA dengan stamformasi 30 gerbong ini "susah" untuk disusul KA Penumpang karena tidak semua stasiun mampu menampung rangkaian sepanjang 30 GD. Alhasil, jika ada KA Penumpang yang berada dibelakang rangkaian 30 GD, terkadang harus memelankan kecepatan untuk menjaga jarak dengan si 30 GD, sembari menunggu si 30 GD masuk ke stasiun yang memungkinkan terjadi penyusulan. Namun kasus tersebut cukup jarang terjadi, tapi tetap saja bukan alasan untuk tidak menambah panjang emplasemen stasiun-stasiun yang "pendek", seperti Kapas.
 
=== Munculnya Nama Petikemas Gedebage ===
Petikemas Gedebage-Tanjungpriok kebanyakan dijejali dengan barang-barang berorientasi ekspor hasil produksi Bandung, maupun barang impor yang memasuki Bandung. KA ini lebih pendek dari saudaranya di utara, KA ini hanya membawa rangkaian dengan stamformasi 15 GD. Puncak keemasan KA ini adalah saat jabatan Menteri Perhubungan dipegang oleh Azwar Anas, yang menerbitkan kebijakan pengalihan angkutan petikemas ke KA. Di era itu, KA ini memiliki 5 trip perjalanan dengan setiap perjalanan rangkaian selalu terisi penuh, bahkan terkadang diperlukan lokomotif lain untuk mendorong rangkaian menanjak. Selain itu, terkadang rangkaian juga dipecah di Purwakarta agar KA tidak terlalu berat sehingga menyebabkan larat (rem blong). Sisa rangkaian yang ditinggal di Purwakarta kemudian dijemput lok lain dan berjalan menuju Gedebage dengan nama Sisa Muatan (SiMut). SiMut biasanya hanya terdiri dari 2-5 gerbong. Berbeda dengan saudaranya di utara, KA ini biasanya berjalan malam atau menjelang pagi, sehingga tidak terlalu menjadi bulan-bulanan KA Penumpang.
 
Namun, keadaan berbalik ketika tol Cipularang dibuka. Para pengusaha lebih memilih mengangkut petikemasnya dengan truk. Hal ini membuat frekuensi perjalanan KA ini turun, menjadi hanya satu trip sehari, dengan kebanyakan tripnya kosong alias tanpa muatan. Keadaan memprihatinkan ini terus terjadi hingga sekarang, meski sekarang tidak separah beberapa tahun lalu. Terminal Petikemas di Gedebage yang dahulu ramai, kini sepi. Aktivitas bongkar muat hanya dua kali, dan tidak banyak petikemas yang diangkut, meski terkadang KA ini juga berjalan full muatan. Namun KA ini tidak bisa seperti dulu akibat kalah saing dengan roda karet. Namun, perpindahan moda angkutan dari KA ke truk menimbulkan masalah baru, yaitu kepadatan lalu lintas di Tol Cipularang. Meski lalu lintas semakin padat, namun kebanyakan petikemas masih diangkut truk, belum dialihkan ke KA. Entah dikemudian hari muncul kebijakan pengalihan angkutan petikemas atau tidak... Yang jelas, kita hanya bisa menunggu KA ini kembali ke masa jayanya...
 
=== Munculnya KA Kontainer di era Tahun 1980-an ===
==== KA Kontainer dengan Rute Jebres-Gudang PP ====
Sekitar tahun 90an, pernah ada relasi ini... Namun ya, hanya bertahan singkat...
==== KA Kontainer dengan Rute Rambipuji-Kalimas PP ====
Relasi ini muncul era 1980an, mengangkut tembakau hasil produksi petani untuk diekspor. Namun mati di era 90an.
==== KA Kontainer dengan Rute Tonjongbaru-Kalimas PP ====
Bukan Tonjong yang ada di Brebes, tapi Tonjong yang ada di Banten. Jadi, dibuatkan jalur cabang baru dari Tonjongbaru menuju Pelabuhan. Sayangnya, relasi ini juga tidak awet. Bahkan kini rel yang menuju pelabuhan sudah dicabuti, hanya menyisakan railbednya saja.
 
=== Munculnya KA Petikemas di Divre 1 Medan ===
28 April 2016 kemarin, DIVRE I menjalankan KLB V1/10971 ujicoba KA Petikemas dari Dolok Merangir ke Belawan. Ujicoba ini dilakukan dari area bongkar muat PT Sumatera Tobacco Trading Company menuju Pelabuhan Belawan. Hal ini menandai kebangkitan KA Petikemas di DIVRE I yang 10 tahun mati. KLB terdiri dari 10 GD bermuatan kontainer 40 feet yang ditarik CC201 05. Ujicoba berjalan lancar, tinggal menunggu kelanjutannya, jalan reguler atau tidak... Semoga sih, jalan reguler...
 
== Teknis ==