Abdurrahman Wahid: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
LordLazark (bicara | kontrib)
k Penambahan adik kandung dari Abdurrahman Wahid
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Membatalkan suntingan berniat baik oleh LordLazark (bicara): Tanpa sumber. (Twinkle ⛔)
Tag: Pembatalan
Baris 39:
Ia lahir dengan nama '''Abdurrahman Addakhil'''. "Addakhil" berarti "Sang Penakluk".<ref name="latar gus">[http://gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_content&task=view&id=21&Itemid=63 Latar belakang keluarga Gus Dur], GusDur.net</ref> Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan '''Gus Dur'''. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "''abang''" atau "''mas''".<ref name="latar gus"/>
 
Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah [[K.H. Hasyim Asyari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]] (NU), sementara kakek dari pihak ibu, [[K.H. Bisri Syansuri]], adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan.<ref>Barton (2002), halaman 38-40.</ref> Ayah Gus Dur, [[K.H. Wahid Hasyim]], terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi [[Daftar Menteri Agama Republik Indonesia|Menteri Agama]] tahun 1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri [[Pondok Pesantren]] Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Aisyah Hamid Baidlowi, [[Salahuddin Wahid]], Dr. Umar Wahid, Sp.P,dan [[Lily Wahid]] dan Hasyim Wahid. Ia menikah dengan [[Sinta Nuriyah]] dan dikaruniai empat putri: Alisa, [[Yenny Wahid|Yenny]], Anita, dan Inayah.
 
Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah [[Tionghoa]].<ref>{{cite web