Sunni: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tag: Pembatalan |
||
Baris 1:
{{Islam Sunni}}{{Islam}}
'''Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah''' atau '''Ahlus-Sunnah wal Jama'ah''' ([[Bahasa Arab]]: '''أهل السنة والجماعة''') atau lebih sering disingkat '''Ahlul-Sunnah''' ([[bahasa Arab]]: أهل السنة)'''. Ahlus-Sunnah wal Jama'ah''' (Aswaja / Sunni) dikatakan juga '''as-Salafiyyuun'''<ref name=":0">{{Cite journal|date=2018-09-14|title=Salafiyah|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salafiyah&oldid=14184276|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> karena mereka mengikuti manhaj<ref>{{Cite journal|date=2017-04-01|title=Minhaj|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Minhaj&oldid=12773787|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in<ref name=":0" />. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka -di sepanjang masa-, mereka ini disebut '''Salafi''', karena dinisbatkan kepada Salaf.<ref name=":0" /> '''Salaf''' bukan kelompok atau golongan seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi merupakan manhaj ''(sistem hidup dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya)'' yang wajib diikuti oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan.<ref>'''Mauqif Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah min Ahlil Ahwaa’ wal Bida’ (I/63-64)''' karya Syaikh '''Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili, Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajis Salaf (hal. 21)''' karya '''Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali''' dan '''Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah.''' </ref>
Secara terminologi kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :<blockquote>خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ.</blockquote><blockquote>“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”<ref>'''Muttafaq ‘alaih. HR. Al-Bukhari (no. 2652)''' dan '''Muslim (no. 2533 (212)),''' dari Sahabat '''‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu.''' </ref></blockquote>Menurut al-Qalsyani: <blockquote>“Salafush Shalih adalah generasi pertama dari ummat ini yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjaga Sunnahnya. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan menegak-kan agama-Nya…”<ref>'''Al-Mufassiruun bainat Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/11).''' </ref></blockquote>Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid’ah, akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H)<ref>Beliau adalah '''Ahmad bin ‘Abdul Halim bin ‘Abdussalam bin ‘Abdillah bin Khidhir bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Abdillah bin Taimiyyah al-Harrani'''. Beliau lahir pada hari Senin, 14 Rabi’ul Awwal th. 661 H di Harran (daerah dekat Syiria). Beliau seorang ulama yang dalam ilmunya, luas pandangannya. Pembela Islam sejati dan mendapat julukan Syaikhul Islam karena hampir menguasai semua disiplin ilmu. Beliau termasuk Mujaddid abad ke-7 H dan hafal Al-Qur-an sejak masih kecil. Beliau t mempunyai murid-murid yang ‘alim dan masyhur, antara lain: Syamsuddin bin ‘Abdul Hadi (wafat th. 744 H), Syamsuddin adz-Dzahabi (wafat th. 748 H), Syamsuddin Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (wafat th. 751 H), Syamsuddin Ibnu Muflih (wafat th. 763 H) serta ‘Imaduddin Ibnu Katsir (wafat th. 774 H), penulis kitab tafsir yang terkenal, '''Tafsiir Ibnu Katsiir.'''
‘Aqidah Syaikhul Islam adalah ‘aqidah Salaf, beliau rahimahullah seorang Mujaddid yang berjuang untuk menegakkan kebenaran, berjuang untuk menegakkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman para Sahabat Radhiyallahu anhum tetapi ahlul bid’ah dengki kepada beliau, sehingga banyak yang menuduh dan memfitnah. Beliau menjelaskan yang haq tetapi ahli bid’ah tidak senang dengan dakwahnya sehingga beliau diadukan kepada penguasa pada waktu itu, akhirnya beliau beberapa kali dipenjara sampai wafat pun di penjara (tahun 728 H). Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, mencurahkan rahmat yang sangat luas dan memasukkan beliau rahimahullah dalam Surga-Nya. '''(Al-Bidayah wan Nihayah XIII/255, XIV/38, 141-145).''' </ref> berkata: “Bukanlah merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu karena manhaj Salaf tidak lain kecuali kebenaran.” <ref>'''Majmu’ Fataawaa Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah (IV/149).''' </ref>
Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Salafi / Sunni.<ref>{{Cite web|url=http://www.nu.or.id/post/read/70944/siapakah-ahlussunnah-wal-jamaah|title=Siapakah Ahlussunah wal Jamaah|last=|first=|date=|website=|publisher=|access-date=2017-10-04}}</ref> <ref name="The Royal Islamic Strategic Studies Centre p=38">{{harvnb|The Royal Islamic Strategic Studies Centre|2013|loc=dalam {{cite book | translator-last1= Boediwardoyo | translator-first1= Satriyo | editor1-last= Yudhi | editor1-first= Esha Rachman | title=500 tokoh muslim 500 tokoh muslim dunia paling berpengaruh saat ini | publisher=PT. Ufuk Publishing House | publication-place=Jakarta | year=2013 | isbn=978-602-7689-52-7 | oclc=960422789 | language=id | ref=harv | p=38 }}}}.</ref>
== Pengertian ==
===
Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam<ref>{{Cite journal|date=2018-09-05|title=Muhammad|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muhammad&oldid=14163093|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.<ref>{{Cite journal|date=2018-09-07|title=Sahabat Nabi|url=https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sahabat_Nabi&oldid=14170278|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> Disebut Ahlus Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum.
=== '''Etimologi''' ===
As-Sunnah menurut bahasa (etimologi) adalah jalan atau cara, apakah jalan itu baik atau buruk.<ref>'''Lisaanul ‘Arab (VI/399).'''</ref>
=== '''Terminologi''' ===
'''As-Sunnah :''' Sedangkan menurut ulama ‘aqidah (terminologi), As-Sunnah adalah petunjuk yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan ini adalah As-Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan orang yang menyalahinya akan dicela.<ref>'''Buhuuts fii ‘Aqidah Ahlis Sunnah''' (hal. '''16''').</ref>
Pengertian As-Sunnah menurut Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah (wafat 795 H): “As-Sunnah ialah jalan yang ditempuh, mencakup di dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i’tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan. Itulah As-Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu generasi Salaf terdahulu tidak menamakan As-Sunnah kecuali kepada apa saja yang mencakup ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H), Imam al-Auza’i (wafat th. 157 H) dan Imam Fudhail bin ‘Iyadh (wafat th. 187 H).”<ref>'''Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam''' (hal. '''495''') oleh '''Ibnu Rajab''', '''tahqiq''' dan '''ta’liq Thariq bin ‘Awadhullah bin Muhammad''', cet. '''II-Daar Ibnul Jauzy-th. 1420 H.'''</ref>
'''Al-Jama'ah''' : Disebut al-Jama’ah, karena mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau berpecah-belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam (yang berpegang kepada) al-haqq (kebenaran), tidak mau keluar dari jama’ah mereka dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful Ummah.<ref>'''Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah.'''</ref>
Jama’ah menurut ulama ‘aqidah (terminologi) adalah generasi pertama dari ummat ini, yaitu kalangan Sahabat, Tabi’ut Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan hingga hari Kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran.<ref>Syarhul '''‘Aqiidah al-Waasithiyyah''' (hal. '''61''') oleh '''Khalil Hirras.'''</ref>
Imam Abu Syammah asy-Syafi’i rahimahullah (wafat th. 665 H) berkata: <blockquote>“Perintah untuk berpegang kepada jama’ah, maksudnya adalah berpegang kepada kebenaran dan mengikutinya. Meskipun yang melaksanakan Sunnah itu sedikit dan yang menyalahinya banyak. Karena kebenaran itu apa yang dilaksanakan oleh jama’ah yang pertama, yaitu yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya tanpa melihat kepada orang-orang yang menyimpang (melakukan kebathilan) sesudah mereka.”</blockquote>Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu:<ref>Beliau adalah seorang Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, nama lengkapnya '''‘Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib al-Hadzali, Abu ‘Abdirrahman''', pimpinan Bani Zahrah. Beliau masuk Islam pada awal-awal Islam di Makkah, yaitu ketika Sa’id bin Zaid dan isterinya -Fathimah bintu al-Khaththab- masuk Islam. Beliau melakukan dua kali hijrah, mengalami shalat di dua Kiblat, ikut serta dalam perang Badar dan perang lainnya. Beliau termasuk orang yang paling ‘alim tentang Al-Qur-an dan tafsirnya sebagaimana telah diakui oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dikirim oleh ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu ke Kufah untuk mengajar kaum Muslimin dan diutus oleh ‘Utsman Radhiyallahu anhu ke Madinah. Beliau Radhiyallahu 'anhu wafat tahun 32 H. Lihat '''al-Ishaabah (II/368''' no. '''4954'''). </ref><blockquote>اَلْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ.</blockquote><blockquote>“Al-Jama’ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian.”<ref>'''Al-Baa’its ‘alaa Inkaaril Bida’ wal Hawaadits''' hal. '''91-92, tahqiq''' oleh '''Syaikh Masyhur bin Hasan Salman dan Syarah Ushuulil I’tiqaad karya al-Lalika-i''' (no. '''160'''). </ref></blockquote>Jadi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-perkara yang baru dan bid’ah dalam agama.
Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba’ (mengikuti) kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba’. Di samping itu, mereka juga dikatakan sebagai ath-Thaa-ifatul Manshuurah (golongan yang mendapatkan per-tolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah (golongan yang selamat), Ghurabaa’ (orang asing).
Tentang ath-Thaa-ifatul Manshuurah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda:<blockquote>لاَتَزَالُ مِنْ أُمَّتِيْ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ.</blockquote><blockquote>“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang selalu menegakkan perintah Allah, tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolong mereka dan orang yang menyelisihi mereka sampai datang perintah Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu.”<ref>'''HR. Al-Bukhari (no. 3641) dan Muslim (no. 1037 (174))''', dari '''Mu’awiyah Radhiyallahu anhu.''' </ref></blockquote>Tentang al-Ghurabaa’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<blockquote>بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْباً، وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْباً، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ.</blockquote><blockquote>“Islam awalnya asing, dan kelak akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah bagi al-Ghurabaa’ (orang-orang asing).”<ref>'''HR. Muslim (no. 145)''' dari Sahabat '''Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.''' </ref></blockquote>Sedangkan makna al-Ghurabaa’ adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu ketika suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan tentang makna dari al-Ghurabaa’, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<blockquote>أُنَاسٌ صَالِحُوْنَ فِيْ أُنَاسِ سُوْءٍ كَثِيْرٍ مَنْ يَعْصِيْهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيْعُهُمْ.</blockquote><blockquote>“Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek, orang yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada yang mentaati mereka.”<ref>'''HR. Ahmad (II/177, 222), Ibnu Wadhdhah no. 168'''. Hadits ini dishahihkan oleh '''Syaikh Ahmad Syakir''' dalam '''tahqiq Musnad Imam Ahmad (VI/207 no. 6650)'''. Lihat juga '''Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajas Salaf hal. 125.''' </ref></blockquote>Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda mengenai makna al-Ghurabaa’:<blockquote>اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ.</blockquote><blockquote>“Yaitu, orang-orang yang senantiasa memperbaiki (ummat) di tengah-tengah rusaknya manusia.”<ref>'''HR. Abu Ja’far ath-Thahawi''' dalam '''Syarah Musykilil Aatsaar (II/170 no. 689), al-Lalika-i dalam Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah (no. 173)''' dari Sahabat '''Jabir bin ‘Abdillah a.''' Hadits ini '''shahih li ghairihi''' karena ada beberapa syawahidnya. Lihat Syarah '''Musykilil Aatsaar (II/170-171)''' dan '''Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1273).''' </ref></blockquote>Dalam riwayat yang lain disebutkan:<blockquote>…الَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِي مِنْ سُنَّتِي.</blockquote><blockquote>“Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) sesudah dirusak oleh manusia.”<ref>'''HR. At-Tirmidzi (no. 2630),''' beliau berkata, '''“Hadits ini hasan shahih.”''' Dari Sahabat '''‘Amr bin ‘Auf Radhiyallahu anhu''' </ref></blockquote>Ahlus Sunnah, ath-Tha-ifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah semuanya disebut juga Ahlul Hadits. Penyebutan Ahlus Sunnah, ath-Thaifah al-Manshurah dan al-Firqatun Najiyah dengan Ahlul Hadits suatu hal yang masyhur dan dikenal sejak generasi Salaf, karena penyebutan itu merupakan tuntutan nash dan sesuai dengan kondisi dan realitas yang ada. Hal ini diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari para Imam seperti: ‘Abdullah Ibnul Mubarak: ‘Ali Ibnul Madini, Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, Ahmad bin Sinan dan yang lainnya, رحمهم الله.<ref>'''Sunan at-Tirmidzi: Kitaabul Fitan no. 2229'''. Lihat '''Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah''' karya '''Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany rahimahullah (I/539 no. 270)''' dan '''Ahlul Hadiits Humuth Thaa-ifah al-Manshuurah''' karya '''Syaikh Dr. Rabi’ bin Hadi al-Madkhali.''' </ref>
Imam asy-Syafi’i<ref>Lihat kembali biografi beliau t pada catatan kaki no. 14.</ref> (wafat th. 204 H) rahimahullah berkata: <blockquote>“Apabila aku melihat seorang ahli hadits, seolah-olah aku melihat seorang dari Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mudah-mudahan Allah memberikan ganjaran yang terbaik kepada mereka. Mereka telah menjaga pokok-pokok agama untuk kita dan wajib atas kita berterima kasih atas usaha mereka.”<ref>Lihat '''Siyar A’laamin Nubalaa’ (X/60).''' </ref></blockquote>Imam Ibnu Hazm azh-Zhahiri (wafat th. 456 H) rahimahullah menjelaskan mengenai Ahlus Sunnah: <blockquote>“Ahlus Sunnah yang kami sebutkan itu adalah ahlul haqq, sedangkan selain mereka adalah Ahlul Bid’ah. Karena sesungguhnya Ahlus Sunnah itu adalah para Sahabat Radhiyallahu anhum dan setiap orang yang mengikuti manhaj mereka dari para Tabi’in yang terpilih, kemudian ashhaabul hadits dan yang mengikuti mereka dari ahli fiqih dari setiap generasi sampai pada masa kita ini serta orang-orang awam yang mengikuti mereka baik di timur maupun di barat.”<ref>'''Al-Fishal fil Milal wal Ahwaa’ wan Nihal (II/271), Daarul Jiil, Beirut.''' </ref></blockquote>
== Sejarah Istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ==
{{Unreferenced section}}
Penamaan istilah Ahlus Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitu generasi Sahabat, Tabi’in dan Tabiut Tabi’in. ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhuma<ref>Beliau adalah seorang Sahabat yang mulia dan termasuk orang pilihan. Nama lengkapnya adalah ‘Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib al-Hasyimi al-Qurasyi, anak paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, penafsir Al-Qur-an dan pemuka kaum Muslimin di bidang tafsir. Dia diberi gelar ulama dan lautan ilmu, karena luas keilmuannya dalam bidang tafsir, bahasa dan syair Arab. Beliau dipanggil oleh para Khulafaur Rasyidin untuk dimintai nasehat dan pertimbangan dalam berbagai perkara. Beliau Radhiyallahu anhuma pernah menjadi gubernur pada zaman ‘Utsman a tahun 35 H, ikut memerangi kaum Khawarij bersama ‘Ali, cerdas dan kuat hujjahnya. Menjadi ‘Amir di Bashrah, kemudian tinggal di Thaif hingga meninggal dunia tahun 68 H. Beliau lahir tiga tahun sebelum hijrah. Lihat '''al-Ishaabah (II/330, no. 4781).'''</ref> berkata ketika menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla:<blockquote>يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ</blockquote><blockquote>“Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): ‘Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu.’” [Ali ‘Imran: 106]</blockquote><blockquote>“Adapun orang yang putih wajahnya mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, adapun orang yang hitam wajahnya mereka adalah Ahlul Bid’ah dan sesat.”<ref>Lihat '''Tafsiir Ibni Katsiir (I/419,''' cet. '''Darus Salam'''), '''Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (I/79 no. 74).''' </ref></blockquote>Kemudian istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh kebanyakan ulama Salaf رحمهم الله, di antaranya:
# Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah (wafat th. 131 H), ia berkata: “Apabila aku dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus Sunnah seolah-olah hilang salah satu anggota tubuhku.”
# Sufyan ats-Tsaury rahimahullah (wafat th. 161 H) berkata: “Aku wasiatkan kalian untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah al-ghurabaa’. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”<ref>'''Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (I/71 no. 49 dan 50).''' </ref>
# Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah<ref>Beliau adalah Fudhail bin ‘Iyadh bin Mas’ud at-Tamimi rahimahullah, seorang yang terkenal zuhud, berasal dari Khurasan dan bermukim di Makkah, tsiqah, wara’, ‘alim, diambil riwayatnya oleh '''al-Bukhari dan Muslim'''. Lihat '''Taqriibut Tahdziib (II/15, no. 5448), Tahdziibut Tahdziib (VII/264, no. 540)''' dan '''Siyar A’laamin Nu-balaa’ (VIII/421).''' </ref> (wafat th. 187 H) berkata: “…Berkata Ahlus Sunnah: Iman itu keyakinan, perkataan dan perbuatan.”
# Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam rahimahullah (hidup th. 157-224 H) berkata dalam muqaddimah kitabnya, al-Iimaan<ref>Tahqiq dan takhrij '''Syaikh al-Albani rahimahullah.''' </ref> : “…Maka sesungguhnya apabila engkau bertanya kepadaku tentang iman, perselisihan umat tentang kesempurnaan iman, bertambah dan berkurangnya iman dan engkau menyebutkan seolah-olah engkau berkeinginan sekali untuk mengetahui tentang iman menurut Ahlus Sunnah dari yang demikian…”
# Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah<ref>Beliau rahimahullah adalah seorang Imam yang luar biasa dalam kecerdasan, kemuliaan, keimaman, kewara’an, kezuhudan, hafalan, alim dan faqih. Nama lengkapnya Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal bin Hilal bin Asad asy-Syaibani, lahir pada tahun 164 H. Seorang Muhaddits utama Ahlus Sunnah. Pada masa al-Ma’mun beliau dipaksa mengatakan bahwa Al-Qur-an adalah makhluk, sehinga beliau dipukul dan dipenjara, namun beliau menolak mengatakannya. Beliau tetap mengatakan Al-Qur-an adalah Kalamullah, bukan makhluk. Beliau wafat di Baghdad. Beliau menulis beberapa kitab dan yang paling terkenal adalah '''al-Musnad fil Hadiits (Musnad Imam Ahmad)'''. Lihat '''Siyar A’laamin Nubalaa’ (XI/177 no. 78).''' </ref> (hidup th. 164-241 H), beliau berkata dalam muqaddimah kitabnya, As-Sunnah: “Inilah madzhab ahlul ‘ilmi, ash-haabul atsar dan Ahlus Sunnah, yang mereka dikenal sebagai pengikut Sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya, dari semenjak zaman para Sahabat Radhiyallahu anhumg hingga pada masa sekarang ini…”
# Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (wafat th. 310 H) berkata: “…Adapun yang benar dari perkataan tentang keyakinan bahwa kaum Mukminin akan melihat Allah pada hari Kiamat, maka itu merupakan agama yang kami beragama dengannya, dan kami mengetahui bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa penghuni Surga akan melihat Allah sesuai dengan berita yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”<ref>Lihat kitab '''Shariihus Sunnah''' oleh '''Imam ath-Thabary rahimahullah.''' </ref>
# Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad ath-Thahawi rahimahullah (hidup th. 239-321 H). Beliau berkata dalam muqaddimah kitab ‘aqidahnya yang masyhur (al-‘Aqiidatuth Thahaawiyyah): “…Ini adalah penjelasan tentang ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”
Dengan penukilan tersebut, maka jelaslah bagi kita bahwa lafazh Ahlus Sunnah sudah dikenal di kalangan Salaf (generasi awal ummat ini) dan para ulama sesudahnya. Istilah Ahlus Sunnah merupakan istilah yang mutlak sebagai lawan kata Ahlul Bid’ah. Para ulama Ahlus Sunnah menulis penjelasan tentang ‘aqidah Ahlus Sunnah agar ummat faham tentang ‘aqidah yang benar dan untuk membedakan antara mereka dengan Ahlul Bid’ah. Sebagaimana telah dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Barbahari, Imam ath-Thahawi serta yang lainnya.
Dan ini juga sebagai bantahan kepada orang yang berpendapat bahwa istilah Ahlus Sunnah pertama kali dipakai oleh golongan Asy’ariyyah, padahal Asy’ariyyah timbul pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah.<ref>Lihat kitab '''Wasathiyyah Ahlis Sunnah bainal Firaq''' karya '''Dr. Muhammad Baa Karim Muhammad Baa ‘Abdullah (hal. 41-44).''' </ref>
Pada hakikatnya, Asy’ariyyah tidak dapat dinisbatkan kepada Ahlus Sunnah, karena beberapa perbedaan prinsip yang mendasar, di antaranya:
# Golongan Asy’ariyyah menta’wil sifat-sifat Allah Ta’ala, sedangkan Ahlus Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti sifat istiwa’ , wajah, tangan, Al-Qur-an Kalamullah, dan lainnya.
# Golongan Asy’ariyyah menyibukkan diri mereka dengan ilmu kalam, sedangkan ulama Ahlus Sunnah justru mencela ilmu kalam, sebagaimana penjelasan Imam asy-Syafi’i rahimahullah ketika mencela ilmu kalam.
# Golongan Asy’ariyyah menolak kabar-kabar yang shahih tentang sifat-sifat Allah, mereka menolaknya dengan akal dan qiyas (analogi) mereka.<ref>Lihat pembahasan tentang berbagai perbedaan pokok antara Ahlus Sunnah dengan Asy’ariyyah dalam kitab '''Manhaj Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah wa Manhajil Asyaa’irah fii Tamhiidillaahi Ta’aalaa''' oleh '''Khalid bin ‘Abdil Lathif bin Muhammad Nur dalam 2 jilid, cet. I/ Maktabah al-Ghuraba’ al-Atsariyyah, th. 1416 H.''' </ref>
== Teologi ==
=== A. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ===
‘Aqidah (اَلْعَقِيْدَةُ) menurut [[bahasa Arab]] ([[etimologi]]) berasal dari kata al-‘aqdu (الْعَقْدُ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(التَّوْثِيْقُ) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (اْلإِحْكَامُ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (الرَّبْطُ بِقُوَّةٍ) yang berarti mengikat dengan kuat.<ref>'''Lisaanul ‘Arab (IX/311: عقد)''' karya '''Ibnu Manzhur''' (wafat th. 711 H) t dan '''Mu’jamul Wasiith (II/614: عقد).''' </ref>
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid<ref>'''Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah,''' dan '''Asma’ wa Shifat Allah.''' </ref> dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.<ref>Lihat '''Buhuuts fii ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 11-12)''' oleh '''Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql, cet. II/ Daarul ‘Ashimah/ th. 1419 H, ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah (hal. 13-14)''' karya '''Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd''' dan '''Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah''' oleh '''Dr. Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql.''' </ref>
=== B. Objek Kajian Ilmu ‘Aqidah ===
# ‘Aqidah jika dilihat dari sudut pandang sebagai ilmu ''[[Sunni|-sesuai konsep Ahlus Sunnah wal Jama’ah-]]'' meliputi topik-topik: [[Tauhid]], [[Iman]], [[Islam]], masalah ghaibiyyaat (hal-hal ghaib), [[Nabi Islam|kenabian]], [[takdir]], berita-berita (tentang hal-hal yang telah lalu dan yang akan datang), dasar-dasar hukum yang qath’i (pasti), seluruh dasar-dasar agama dan keyakinan, termasuk pula sanggahan terhadap ahlul ahwa’ wal bida’ (pengikut hawa nafsu dan ahli bid’ah), semua aliran dan sekte yang menyempal lagi menyesatkan serta sikap terhadap mereka.
Disiplin ilmu ‘aqidah ini mempunyai nama lain yang sepadan dengannya, dan nama-nama tersebut berbeda antara Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah (golongan-golongan) lainnya.
* Penamaan ‘Aqidah Menurut Ahlus Sunnah: Di antara nama-nama ‘aqidah menurut ulama Ahlus Sunnah adalah:
# Al-Iman. ‘Aqidah disebut juga dengan al-Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena ‘aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al-Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits Jibril Alaihissallam. Dan para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut istilah ‘aqidah dengan al-Iman dalam kitab-kitab mereka.<ref>Seperti '''Kitaabul Iimaan''' karya '''Imam Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam''' (wafat th. 224 H), '''Kitaabul Iimaan''' karya '''al-Hafizh Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah''' (wafat th. 235 H), '''al-Imaan''' karya '''Ibnu Mandah''' (wafat th. 359 H) dan '''Kitabul Iman''' karya '''Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah''' (wafat th. 728 H), رحمهم الله . </ref>
# ‘Aqidah (I’tiqaad dan ‘Aqaa-id). Para ulama Ahlus Sunnah sering menyebut ilmu ‘aqidah dengan istilah ‘Aqidah Salaf: ‘Aqidah Ahlul Atsar dan al-I’tiqaad di dalam kitab-kitab mereka.<ref>Seperti '''‘Aqiidatus Salaf Ash-haabil Hadiits''' karya '''ash-Shabuni''' (wafat th. 449 H), '''Syarah Ushuul I’tiqaad Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah''' (hal. 5-6) oleh '''Imam al-Lalika-i''' (wafat th. 418 H) dan '''al-I’tiqaad''' oleh '''Imam al-Baihaqi''' (wafat th. 458 H), رحمهم الله. </ref>
# Tauhid. ‘Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ wa Shifat. Jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu ‘aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid secara umum menurut ulama Salaf.<ref>Seperti '''Kitaabut Tauhiid dalam Shahiihul Bukhari''' karya '''Imam al-Bukhari''' (wafat th. 256 H), '''Kitaabut Tauhiid wa Itsbaat Shifaatir Rabb karya Ibnu Khuzaimah''' (wafat th. 311 H), '''Kitaab I’tiqaadit Tauhiid oleh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Khafif''' (wafat th. 371 H), '''Kitaabut Tauhiid oleh Ibnu Mandah''' (wafat th. 359 H) dan '''Kitaabut Tauhiid oleh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab''' (wafat th. 1206 H), رحمهم الله. </ref>
# As-Sunnah. As-Sunnah artinya jalan. ‘Aqidah Salaf disebut As-Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum di dalam masalah ‘aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama.<ref>Seperti '''kitab as-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hanbal''' (wafat th. 241 H), '''as-Sunnah karya ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal''' (wafat th. 290 H), '''as-Sunnah karya al-Khallal''' (wafat th. 311 H) dan '''Syarhus Sunnah''' karya '''Imam al-Barba-hari''' (wafat th. 329 H), رحمهم الله. </ref>
# Ushuluddin dan Ushuluddiyanah Ushul artinya rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan masalah-masalah yang qath’i serta hal-hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.<ref>Seperti '''kitab Ushuuluddin karya al-Baghdadi''' (wafat th. 429 H), '''asy-Syarh wal Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah''' karya '''Ibnu Baththah al-Ukbari''' (wafat th. 387 H) dan '''al-Ibaanah ‘an Ushuuliddiyaanah''' karya '''Imam Abul Hasan al-Asy’ari''' (wafat th. 324 H), رحمهم الله. </ref>
# Al-Fiqhul Akbar. Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al-Fiqhul Ashghar, yaitu kumpulan hukum-hukum ijtihadi.<ref>Seperti '''kitab al-Fiqhul Akbar''' karya '''Imam Abu Hanifah''' rahimahullah (wafat th. 150). </ref>
# Asy-Syari’ah. Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya berupa jalan-jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (masalah-masalah ‘aqidah).<ref>Seperti '''kitab asy-Syarii’ah oleh al-Ajurri''' (wafat th. 360 H) dan '''al-Ibaanah ‘an Syarii’atil Firqah an-Naajiyah''' karya '''Ibnu Baththah.''' </ref>
Itulah beberapa nama lain dari ilmu ‘Aqidah yang paling terkenal, dan adakalanya kelompok selain Ahlus Sunnah menamakan ‘aqidah mereka dengan nama-nama yang dipakai oleh Ahlus Sunnah, seperti sebagian aliran Asyaa’irah (Asy’ariyyah), terutama para ahli hadits dari kalangan mereka.
* Penamaan ‘Aqidah Menurut Firqah (Sekte) Lain: Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah (sekte) selain Ahlus Sunnah sebagai nama dari ilmu ‘aqidah, dan yang paling terkenal di antaranya adalah:
# Ilmu Kalam. Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin (pengagung ilmu kalam), seperti aliran Mu’tazilah, Asyaa’irah<ref>Seperti '''Syarhul Maqaashid fii ‘Ilmil Kalaam karya at-Taftazani''' (wafat th. 791 H).</ref> dan kelompok yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena ilmu Kalam itu sendiri merupa-kan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan mempunyai prinsip taqawwul (mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan tidak dilandasi ilmu. Dan larangan tidak bolehnya nama tersebut dipakai karena bertentangan dengan metodologi ulama Salaf dalam menetapkan masalah-masalah ‘aqidah.
# Filsafat. Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena dasar filsafat itu adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal yang ghaib.
# Tashawwuf. Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta orang-orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam ‘aqidah, karena merupakan pe-namaan yang baru lagi diada-adakan. Di dalamnya terkandung igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan pengakuan-pengakuan khurafat mereka yang dijadikan sebagai rujukan dalam ‘aqidah. Penamaan Tashawwuf dan Shufi tidak dikenal pada awal Islam. Penamaan ini terkenal (ada) setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan keyakinan selain Islam.
Dr. Shabir Tha’imah memberi komentar dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan: “Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh kehidupan para pendeta Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan setiap negeri dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan memperbaiki tata cara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam.”<ref>'''Ash-Shuufiyyah Mu’taqadan wa Maslakan''' (hal. '''17'''), dikutip dari '''Haqiiqatuth Tashawwuf''' karya '''Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah al-Fauzan (hal. 18-19).''' </ref>
Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam bukunya at-Tashawwuful-Mansya’ wal Mashaadir: “Apabila kita memperhatikan dengan teliti tentang ajaran Shufi yang pertama dan terakhir (belakangan) serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab Shufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Shufi dengan ajaran Al-Qur-an dan As-Sunnah. Begitu juga kita tidak pernah melihat adanya bibit-bibit Shufi di dalam perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau Radhiyallahu anhum, yang mereka adalah (sebaik-baik) pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari para hamba-Nya (setelah para Nabi dan Rasul). Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa ajaran Tashawwuf diambil dari para pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi, serta ke-zuhudan Budha, konsep asy-Syu’ubi di Iran yang merupakan Majusi di periode awal kaum Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platonisme, yang dilakukan oleh orang-orang Shufi belakangan.”<ref>'''At-Tashawwuf al-Mansya’ wal Mashaadir''' (hal. '''50'''), cet. '''I/ Idaarah Turjumanis Sunnah, Lahore-Pakistan, th. 1406 H.''' </ref> Syaikh ‘Abdurrahman al-Wakil rahimahullah berkata di dalam kitabnya, Mashra’ut Tashawwuf: “Sesungguhnya Tashawwuf itu adalah tipuan (makar) paling hina dan tercela. Syaithan telah membuat hamba Allah tertipu dengannya dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya Tashawwuf adalah (sebagai) kedok Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang ahli ibadah, bahkan juga kedok semua musuh agama Islam ini. Bila diteliti lebih mendalam, akan ditemui bahwa di dalam ajaran Shufi terdapat ajaran Brahmanisme, Budhisme, Zoroasterisme, Platoisme, Yahudi, Nasrani dan Paganisme.”<ref>'''Mashra’ut Tashawwuf''' (hal. '''10'''), cet. '''I/ Riyaasah Idaaratil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’, th. 1414 H.''' </ref>
4. Ilaahiyyat (Teologi). Illahiyat adalah kajian ‘aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah nama yang dipakai oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan para pengikutnya. Ini juga merupakan penamaan yang salah sehingga nama ini tidak boleh dipakai, karena yang mereka maksud adalah filsafatnya kaum filosof dan penjelasan-penjelasan kaum mutakallimin tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala menurut persepsi mereka.
5. Kekuatan di Balik Alam Metafisik. Sebutan ini dipakai oleh para filosof dan para penulis Barat serta orang-orang yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena hanya berdasar pada pemikiran manusia semata dan bertentangan dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Banyak orang yang menamakan apa yang mereka yakini dan prinsip-prinsip atau pemikiran yang mereka anut sebagai keyakinan sekalipun hal itu palsu (bathil) atau tidak mempunyai dasar (dalil) ‘aqli maupun naqli. Sesungguhnya ‘aqidah yang mempunyai pengertian yang benar yaitu ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang bersumber dari Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih serta Ijma’ Salafush Shalih.
== Ideologi ==
Baris 82 ⟶ 137:
{{utama|Mazhab Hambali}}
Dimulai oleh para murid [[Imam Ahmad bin Hambal]]. Mazhab ini diikuti oleh sekitar 5% muslim di dunia dan dominan di daerah [[semenanjung Arab]]. Mazhab ini merupakan mazhab yang saat ini dianut di [[Arab Saudi]].{{fact}}
Baris 121 ⟶ 158:
== Bacaan lebih lanjut ==
# Branon Wheeler, [http://books.google.com.pk/books?id=slLpouSlzPcC&printsec=frontcover&source=gbs_atb Applying the Canon in Islam: The Authorization and Maintenance of Interpretive Reasoning in Ḥanafī Scholarship], [[SUNY Press]], 1996
#Disalin dari kitab [http://pustakaimamsyafii.com/syarah-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jamaah-id.html Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas], Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M
# {{cite book | translator-last1= Boediwardoyo | translator-first1= Satriyo | editor1-last= Yudhi | editor1-first= Esha Rachman | title=500 tokoh muslim 500 tokoh muslim dunia paling berpengaruh saat ini | publisher=PT. Ufuk Publishing House | publication-place=Jakarta | year=2013 | isbn=978-602-7689-52-7 | oclc=960422789 | language=id | ref=harv | p=38 }}
== Lihat pula ==
Baris 136 ⟶ 173:
== Pranala luar ==
{{NIE Poster|year=1905|Sunnites}}
*[https://muslim.or.id/20978-ahlus-sunnah-wal-jamaah-bukan-sekedar-pengakuan.html Muslim.or.id]
*[http://www.islam.org.uk Islam.org.uk]
* [http://www.myunitedummah.com/Quran/Browse International Quran]
*[https://rumaysho.com/132-salafi-adalah-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html Rumaysho.com]
* [http://www.hakikatkitabevi.com.tr/english/english.htm Books relating to belief of ahl as-Sunnat]
*[http://Tauhid.or.id Tauhid.or.id]
* [http://www.ourreligionislam.com/detail.asp?Aid=4279 Ahl as-sunnat belief]
*[https://muslimah.or.id/5660-bagaimana-ahlus-sunnah-berinteraksi-dengan-kelompok-sesat.html Muslimah.or.id]
* [http://www.classicalislamgroup.co.uk/index.php?view=tafseer Translation and Detailed Commentary on Quran]
* [http://www.sunnipath.com/ SunniPath – Study Islam Online]
*[https://muslimafiyah.com/beberapa-kesalahan-yang-sering-dilakukan-ikhwan-akhwat-baru-ngaji.html Muslimafiyah.com]
* {{en}} [http://www.raza.co.za/ Penerbit Buku Ahlus-Sunnah terbesar di Afrika Selatan]
* {{en}} [http://www.scribd.com/doc/140263014/I-TIQAT-AHLUSSUNNAH-WAL-JAMAAH/ I'tiqat Ahlussunnah wal Jama'ah di Scribd.com]
*[https://almanhaj.or.id/3429-pengertian-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html Almanhaj.or.id]
{{Pembagian mazhab}}
|