Adnan Lubis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Apundung (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 145:
}}
 
''' Al Fadhil Haji Adnan Lubis''' ({{lahirmati|Kampung Arab, Medan|10|5|1910|Medan|21|5|1966}}) adalah seorang [[Politikus]], Pendidik, Penulis dan [[Ulama]] Indonesia. Ia pernah menjabat [[Daftar anggota Konstituante|Anggota Konstituante]], Guru besar [[UISU]] dan Pendiri [[Universitas Al Washliyah]].<ref name=konsti>{{cite web |url=http://www.konstituante.net/en/profile/MASJUMI_adnan_lubis |title=Adnan Lubis Masjumi Member Profiles |publisher=www.konstituante.net}}</ref><ref name =fai>{{cite web |url=http://fai.univamedan.id/sejarah/ |publisher =fai.univamedan.id |title=Sejarah}}</ref><ref>{{cite news |title=Cerita Ketum PB Al Washliyah Baca Al Quran di Pernikahan Edy Rahmayadi |url=https://www.akses.co/politik/cerita-ketum-pb-al-washliyah-baca-al-quran-di-pernikahan-edy-rahmayadi/ |publisher=www.akses.co}}</ref>
 
== Latar belakang ==
Nama lengkapnya ialah AlFadhil Haji Adnan Lubis, ketika kecil akrab dipanggil Adnan. Lahir tanggal 10 Mei 1910 di Kampung Arab.Sebagai anak ke-3 dari 14 orang bersaudara dari orang tua bernama H. Hasan Kontas, seorang pedagang kain di Kedai Panjang, Kesawan Medan.Sejak kecil ia telah menunjukkan kemauan yang keras untuk belajar. Pada tahun 1917 ia memasuki Sekolah Inggeris Anthony School kemudian masuk SD di Jalan Padang Bulan hingga tamat tahun 1925. Selain menuntut ilmu di sekolah kepunyaan Inggris tersebut, setelah pulang sekolah mengerjakan salat Zuhur, makan lalu pergi mengajike Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) di Jalan Hindu. Ia tinggal dengan orang tuanya di Jalan Kenari 12 Kampung Sekip Medan.Jika salat Jum'at ia berusaha untuk dapat melaksanakannya di Masjid Raya yang terletak di Jalan Sisingamangaraja. Dengan berjalan kaki pulang dan pergi kebiasaan itu biasa dilakukannya sejak kecil.Karena kesibukan belajar ia jarang bergaul dan bermain dengan anak anak sebayanya yang akhirnya menempah dirinya menjadi seorang ulama.
 
== Pendidikan di luar negeri ==
 
Melihat bakat dan kemauan yang demikian kedua orangtuanya menyuruh supaya melanjutkan studinya ke Mekkah.<ref>Anggapan masyarakat Muslim hingga sekarang, jika belajar di Haramain memiliki
Melihat bakat dan kemauan yang demikian kedua orangtuanya menyuruh supaya melanjutkan studinya ke Mekkah. Ketika pada tahun 1926 ia berumur 16 tahun, ia pun berangkat ke Mekkah bersama-sama dengan Syekh Nawawy yang kemudian menjadi Syekh jama'ah di Mekkah. Di Makkah ia memasuki Sekolah Madrasah Shalatiyah sampai tamat kelas VI (setingkat Tsanawiyah) pada tahun 1931 sambil terus menghafal Al Qur'an hingga khatam. Biaya hidup dan pendidikan tetap dikirim orang tuanya walaupun kurang mencukupi.Guru-gurunya ketika itu antara lain: Syekh Hasan al-Masysyath, Syekh Abdullah al-Bukhary, Syekh Said Mukhsin, Syekh Mansurdan Syekh Zubier. Pada tahun 1934 Nadwah Colleges (Darul Ulum Nadwatul Ulama) Lucknow United Propince India, menyiarkan berita bahwa bagi mereka yang tamat kelas VI dapat memperoleh beasiswa di perguruan tersebut. Maka ia pun mencalonkan diri dan berhasil memperoleh beasiswa.Sedangkan teman-temannya seperti H. Miskuddin dan H. Mukhtar melanjutkan ke Kairo.Lucknow merupakan sebuah kota bersejarah bagi Hindu, dan pada awal abad ke 20 telah mempunyai beberapa Institut antara lain Lucknow University, juga telah mempunyai industri-industri besar serta merupakan pusat Muslim Syi'ah bagi India. Ia berlayar menuju Bombay sendirian dari Mekkah, Setelah berlabuh perjalanan dilanjutkan dengan kereta api lebih kurang 2000&nbsp;km dari Bombay. Di tengah jalan seorang India yang tidak dikenal bermurah hati mengajak beliau bermalam dirumahnya, kemudian dilanjutkan sampai ke Lucknow suatu kota yang masih sangat asing baginya yang mengharuskannya untuk menyesuaikan diri dengan mempelajari bahasa Urdu. Sepanjang hari ia mengunakan waktu untuk belajar, memulai karier mengarang atau menerjemahkan disamping harus memenuhi keperluan sehari-hari. Lima tahun lamanya ia belajar di Lucknow memperdalam berbagai ilmu pengetahuan agama dan bahasa Arab, demikian juga ilmu-ilmu ekonomi dan politik, hingga akhirnya ia lulus ujian dan karena itu ia mendapat gelar Al Fadhil (gelar yang diberikan bagi orang yang menguasai ilmu agama dan ilmu umum). Guru-guru yang mengajar ketika itu antara lain: Syekh Mas’ud al-Lam, Syekh asy-Syibli, Syekh Sulaiman an-Nadwy dan Syekh Tarmizi.
derajat yang lebih tinggi ketimbang belajar di tempat lain, dalam {{cite book |author=Mastuki HS dan M. Ishom El-Saha, |title=Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Pertumbuhan Pesantren |publisher=Diva Pustaka, 2003 |page=2}}</ref>
Ketika pada tahun 1926 ia berumur 16 tahun, ia pun berangkat ke Mekkah bersama-sama dengan Syekh Nawawy yang kemudian menjadi Syekh jama'ah di Mekkah. Di Makkah ia memasuki Sekolah Madrasah Shalatiyah<ref>Madrasah Shaulatiyah Mekah sangat populer di kalangan ulama Sumatera Utara,
Melihatkarena bakatsebahagian dan kemauan yang demikian kedua orangtuanya menyuruh supaya melanjutkanbesar studinyamerupakan kepara Mekkahalumninya. KetikaDidirikan pada tahun 19261874 iaoleh berumurseorang 16wanita tahun,India iabernama punShaulah berangkatal-Nisa kedan Mekkahmenyerahkan bersama-samakepemimpinannya dengankepada Syekhseorang Nawawyulama yangIndia kemudianmilitan menjadidan Syekhsangat jama'ahdihormati diRahmatullahi Mekkahb. DiKhalil Makkahal-Ustmani. iaIbid., memasuki Sekolah Madrasah Shalatiyah sampai tamat kelas VIh.11</ref> (setingkat Tsanawiyah) pada tahun 1931 sambil terus menghafal Al Qur'an hingga khatam. Biaya hidup dan pendidikan tetap dikirim orang tuanya walaupun kurang mencukupi.Guru-gurunya ketika itu antara lain: Syekh Hasan al-Masysyath, Syekh Abdullah al-Bukhary, Syekh Said Mukhsin, Syekh Mansurdan Syekh Zubier. Pada tahun 1934 Nadwah Colleges (Darul Ulum Nadwatul Ulama) Lucknow United Propince India, menyiarkan berita bahwa bagi mereka yang tamat kelas VI dapat memperoleh beasiswa di perguruan tersebut. Maka ia pun mencalonkan diri dan berhasil memperoleh beasiswa.Sedangkan teman-temannya seperti H. Miskuddin dan H. Mukhtar melanjutkan ke Kairo.Lucknow merupakan sebuah kota bersejarah bagi Hindu, dan pada awal abad ke 20 telah mempunyai beberapa Institut antara lain Lucknow University, juga telah mempunyai industri-industri besar serta merupakan pusat Muslim Syi'ah bagi India. Ia berlayar menuju Bombay sendirian dari Mekkah, Setelah berlabuh perjalanan dilanjutkan dengan kereta api lebih kurang 2000&nbsp;km dari Bombay. Di tengah jalan seorang India yang tidak dikenal bermurah hati mengajak beliau bermalam dirumahnya, kemudian dilanjutkan sampai ke Lucknow suatu kota yang masih sangat asing baginya yang mengharuskannya untuk menyesuaikan diri dengan mempelajari bahasa Urdu. Sepanjang hari ia mengunakan waktu untuk belajar, memulai karier mengarang atau menerjemahkan disamping harus memenuhi keperluan sehari-hari. Lima tahun lamanya ia belajar di Lucknow memperdalam berbagai ilmu pengetahuan agama dan bahasa Arab, demikian juga ilmu-ilmu ekonomi dan politik, hingga akhirnya ia lulus ujian dan karena itu ia mendapat gelar Al Fadhil (gelar yang diberikan bagi orang yang menguasai ilmu agama dan ilmu umum). Guru-guru yang mengajar ketika itu antara lain: Syekh Mas’ud al-Lam, Syekh asy-Syibli, Syekh Sulaiman an-Nadwy dan Syekh Tarmizi.
 
== Kembali ke Tanah air ==
Baris 162 ⟶ 165:
== Riwayat karier ==
 
Karier dan kegiatannya antara lain sebagai berikut:<ref name=konsti/>
 
1. Kepala Jawatan Agama [[Kabupaten Labuhanbatu]] Rantau Prapat kemudian berhenti karena ia merasa kurang menyukai jabatan ini.(1948-1952)
Baris 174 ⟶ 177:
5. Dekan pertama Fakultas Syari'ah UISU dan guru Besar pada berbagai mata kuliah. (1954-1966)
 
6. Ketua Panitia Pembangun Gedung [[Universitas Al Washliyah|UNIVA]] dan turut membangun Kantor Pendidikan Agama Ketenteraan Bagian Islam di Medan dan ia juga aktif sebagai panitia pembangunan kantor wilayah Kementerian Agama Sumatera Timur. (1956)<ref name=fai/>
 
7. Anggota konstituante dari partai [[Masyumi]]. Tahun 1957 ia ikut dalam Kongres Alim Ulama se-In-donesia di Palembang yang membahas tentang [[atheisme]], fungsi ulama dan dustur negara(sesuai dengan kedudukannya pada waktu itu sebagai anggota Konstituante RI).(1956-1959)