Mojomati, Jetis, Ponorogo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k fix edit
Zulfanrf (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Peta Desa Mojomati.jpg|jmpl|Peta Desa Mojomati]]
{{Desa
'''Mojomati''' adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan [[Jetis, Ponorogo|Jetis]], Kabupaten [[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]. Desa Mojopurno terdiri dari 2 dusun dengan jumlah penduduk sebesar 1.113 jiwa merupakan salah satu dari 14 ( sebelas ) desa di Kecamatan  Jetis  yang terletak di bagian timur Wilayah Kecamatan Jetis. Batas Wilayah Desa Mojomati Kecamatan Jetis sebagai berikut :
|peta =
 
|nama =Mojomati
# Sebelah Utara :      berbatasan dengan Desa Mojorejo
|provinsi =Jawa Timur
# Sebelah Timur     :      berbatasan dengan Desa Coper
|dati2 =Kabupaten
# Sebelah Selatan  :       berbatasan dengan Desa Bulu dan Campursari Kec. Sambit
|nama dati2 =Ponorogo
# Sebelah Barat     :       berbatasan dengan Desa Kradenan
|kecamatan =Jetis
 
|kode pos =63473
Jarak tempuh ke Ibu Kota Kabupaten    :        14  km
|nama pemimpin =-
 
|luas =... km²
Waktu tempuh ke Ibu Kota Kabupaten  :     0,50 jam
|penduduk =... jiwa
 
|kepadatan =... jiwa/km²
Jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan    :          4 km
}}
 
'''Mojomati''' adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan [[Jetis, Ponorogo|Jetis]], Kabupaten [[Ponorogo]], [[Jawa Timur]].
Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan  :     0,20 jam
 
== Asal Usul Desa Mojomati ==
Menurut Riwayat pada zaman dulu sekitar tahun 1680 M di sebelah barat Desa Mojomati terdapat sebuah  Kademangan yang di pimpin seorang Demang yang bernama atau bergelar  Ki Ageng Kutu, karena beliau  tidak mau tunduk kepada Adipati Ponorogo yaitu Raden Batoro Katong untuk menjadi bawahannya,  maka terjadi peperangan antara Adipati Betoro Katong dan Dengan Demang Ki Ageng Kutu. Peperangan ini berlangsung lama , dengan berbagai daya upaya dan siasat akirnya Adipati Betoro Katong dapat mengalahkan Ki Ageng Kutu.  Ki Ageng Kutu lari ke arah timur melewati beberapa Desa dan akirnya beliau bersembunyi di Desa Mojomati yang pada saat  itu masih berupa hutan Mojo yang sangat lebat, karena kesulitan mencari dan menemukan Ki Ageng Kutu  lalu Adipati Raden Betoro Katong menyuruh  para  prajuritnya untuk membakar hutan Mojo tersebut dan akirnya hutan Mojo tersebut hangus terbakat dan semua Mati dan untuk Petilasan Raden Betoro Katong berpidato kepada para Prajuritnya bahwa Kalau Jaman Sudah ramai daerah bekas hutan Mojo yang sudah  hangus terbakar dan di Sekitarnya untuk Di beri nama Desa MOJOMATI.
 
                          Ki Ageng kutu kemudian lari kearah selatan menuju daerah Pegunungan dan Bersembunyi di sebuah Gua. Karena ditunggu beberapa lama tidak keluar dari dalam Gua dan terasa bau Bacin yang sangat mnyengat akirnya Adipati Betoro Katong  mengangap Ki Ageng Kutu sudah mati di dalam Gua.  Kemudian beliau dan para prajuritnya kembali ke Kadipaten Ponorogo.
 
                          Setelah beberapa lama  daerah  bekas hutan Mojo yang terbakar sudah di tumbuhi semak belukar, kemudian datang   2 ( dua ) orang bersaudara  yaitu IRO POTRO dan IRO PATI yang sedang mengembara membabat dan membersihkn belukar yang ada lalu untuk di tempati beberapa pengikutnya dan kemudian  juga menamakan daerah tersebut dengan nama  '''Desa Mojomati'''. Kemudian dua orang tersebut melanjutkan Pengembaraan dan  tidak menetap di Desa Mojomati . Menurut riwayat untuk mengenang dua orang Bersaudara tersebut para pengikutnya yang tinggal didesa Mojomati Membuat Makam dan yang di kubur adalah tongkat atau Jubah beliau, wallohu a`lam. Hanya Alloh SWT yang Maha tahu.
 
                          Agama Islam  masuk di Desa Mojomati sekitar tahun 1830 M di bawa oleh Seorang Ulama yaitu H. Mansur dan istrinya bernama  Nyai Turonggo seto, mereka mendirikan Pondok pesantren yang terletak di Desa Mojomati bagian barat, selang beberapa tahun  kemudian  H. Mansur menikah lagi dengan Nyai Kuti Sari .Beberapa lama kemudian  H. Mansur meninggal dunia dan dimakamkan dimakam keluarga belakang Masjid Pondok Pesantren tersebut demikian juga istri-istrinya dimakamkn disamping Beliau .  Makam tersebut dapat di Ziarahi di Makam keluarga sampai sekarang.
 
                          Karena tidak ada Penerus yang mempunyai Karisma seperti beliau  atau karena sebab-sebab lain , maka Pondok pesantren tersebut lama kelamaan mulai surut dan hilang  ditinggal para santri-santrinya, dan daerah bekas pondok pesantren tersebut dinamakan dukuh Ndok malang  ( Pondok Malang ) yang sekarang dinamakan Dusun   Mojomati I.
 
                          Walaupun demikian daerah bekas pondok tersebut dan disekitar Makam Keluarga tersebut, masih mempunyai Yoni atau aura yang sangat kuat, bahkan kalau ada orang hajatan dan  membunyikan Sound Sistem atau Speaker yang dihadapkan ke Makam tersebut tidak dapat berbunyi. Walaupun saat ini mitos tersebut sudah berkurang.
 
{{Jetis, Ponorogo}}