Shinto Negara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 30:
 
Beberapa otoritas Shinto kontemporer menolak konsep Negara Shinto, dan berniat untuk merestorasi unsur-unsur dari praktek tersebut, seperti menamakan periode-periode waktu berdasarkan pada Kaisar.<ref name="Earhart">{{cite book|last1=Earhart|first1=H. Byron|title=Religion in the Japanese experience: sources and interpretations|date=1974|publisher=Dickenson Pub. Co.|location=Encino, Calif.|isbn=0822101041|edition=3rd }}</ref>{{rp|119}} Pandangan tersebut seringkali memandang "Negara Shinto" secara murni sebagai penemuan "Pengarahan Shinto" dari Amerika Serikat.<ref name="Keene" />{{rp|119}}
 
==Shinto sebagai ideologi politik==
Dalam esensi Barat-nya, praktek "keagamaan" belum diketahui di Jepang sebelum restorasi Meiji.<ref name="Isomae" /> "[[Agama]]" diartikan menjadi serangkaian kepercayaan tentang iman dan kehidupan setelah kematian, selain juga sangat diasosiasikan dengan kekuatan Barat.<ref name="Zhong" />{{rp|55–56}} Restorasi Meiji menjadikan kembali [[Kaisar Meiji|Kaisar]], seorang figur "keagamaan", sebagai kepala negara Jepang.<ref name="Earhart" />{{rp|8}}
 
Kebebasan beragama awalnya merupakan tanggapan untuk tuntutan-tuntutan pemerintah Barat.<ref name="Hardacre" />{{rp|115}} Jepang mengijinkan [[Misi (Kristen)|para misionaris Kristen]] di bawah tekanan dari pemerintah-pemerintah Barat, meskipun memandang Kristen sebagai ancaman asing.<ref name="Zhong" />{{rp|61–62}} Negara tersebut berniat untuk mendirikan penafsiran suprarelijius dari Shinto yang menginkorporasikan dan mempromosikan garis keilahian Kaisar.<ref name="Earhart" />{{rp|8}}<ref name="Zhong">{{cite journal|last1=Zhong|first1=Yijiang|title=Freedom, Religion and the Making of the Modern State in Japan, 1868–89|journal=Asian Studies Review|date=March 2014|volume=38|issue=1|pages=53–70|doi=10.1080/10357823.2013.872080|url=http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a9h&AN=94358562&site=ehost-live|accessdate=3 January 2016|issn=1035-7823|postscript={{subscription needed|via=[https://www.ebsco.com EBSCO]'s Academic Search Complete}}}}</ref>{{rp|59}} Dengan menjadikan Shinto sebagai bentuk unik dari praktek budaya "suprarelijius", ini akan terhindari dari hukum-hukum Meiji yang melindungi kebebasan beragama.<ref name="Keene" />{{rp|120}}<ref name="Hardacre" />{{rp|117}}
 
Ideologi "Negara Shinto" menganggap Shinto sebagai suatu hal yang tak sekadar agama, "sebuah penyatuan pemerintah dan ajaran ... [yang] bukanlah sebuah agama."<ref name="Hardacre" />{{rp|66}} Alih-alih praktek agama, Shinto dimengerti sebagai bentuk pendidikan, yang "terdiri dari tradisi-tradisi [[Wangsa Kekaisaran Jepang|wangsa kekaisaran]], bermula pada zaman para dewa dan berlanjut sepanjang sejarah."<ref name="Hardacre" />{{rp|66}}
 
[[Berkas:Yasukuni 1st Torii 20060122.jpg|thumb|Sebuah gerbang torii di kuil Yasukuni]]
Para cendekiawan seperti Sakamoto Koremaru, berpendapat bahwa sistem "Negara Shinto" hanya berdiri antara 1900 dan 1945, selaras dengan pembentukan negara dari Biro Kuil-kuil. Biro tersebut membedakan Shinto dari agama-agama yang diurus oleh Biro Kuil dan Biara, yang menjadi Biro Agama.<ref name=":0" />{{rp|547}} Dipisahkan melalui birokrasi negara tersebut, Shinto dibedakan dari kuil-kuil Buddha dan gereja-gereja [[Kekristenan di Jepang|Kristen]], yang dirumuskan sebagai agama. Ini menandai permulaan penyebutan resmi negara terhadap kuil-kuil Shinto sebagai "suprarelijius" atau "non-relijius".<ref name=":0" />{{rp|547}}<ref name="Sakamoto" />
 
Negara Shinto tak dianggap sebagai "agama negara" pada era Meiji.<ref>{{cite book|last1=Maxey|first1=Trent E.|title=The "greatest problem": religion and state formation in Meiji Japan|date=2014|publisher=Harvard University Asia Center|location=Cambridge, MA|isbn=0674491998|page=19}}</ref><ref>{{cite book|last=Josephson|first=Jason Ānanda|title=The Invention of Religion in Japan|year=2012|publisher=University of Chicago Press|isbn=0226412342|page=133}}</ref> Sebagai gantinya, Negara Shinto dianggap merupakan penunjangan Shinto tradisional melalui dukungan keuangan negara untuk [[kuil Shinto|kuil-kuil]] yang bersekutu dalam hal ideologi.<ref name="Keene">{{cite book|last1=Keene|first1=comp. by Ryusaku Tsunoda; Wm. Theodore de Bary; Donald|title=Sources of Japanese tradition|date=2006|publisher=Columbia Univ. Press|location=New York|isbn=9780231139182|edition=2nd }}</ref>{{rp|118}}<ref name="Beckford" />{{rp|700}}
 
==Referensi==