Tempo (majalah): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 32:
Dalam waktu yang kurang lebih sama, Harjoko Trisnadi sedang mengalami masalah. Majalah Djaja, milik [[DKI|Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota (DKI)]] , yang dikelolanya sejak [[1962]] macet terbit. Menghadapi kondisi tersebut, karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur [[DKI]] saat itu, [[Ali Sadikin]], meminta agar Djaja diswastakan dan dikelola ''Yayasan Jaya Raya'', sebuah yayasan yang berada di bawah [[DKI|Pemerintah DKI]]. Lalu terjadi rembugan tripartite antara Yayasan Jaya Raya, yang dipimpin [[Ciputra|Ir. Ciputra]] orang-orang bekas majalah ''Ekspres'', dan orang-orang bekas majalah ''Djaja''. Disepakatilah berdirinya majalah Tempo di bawah '''PT. Grafiti Pers''' sebagai penerbitnya.
 
Dan pada tahun [[1971]], dengan peran serta dari Harjoko Trisnadi (Kho Tiang Hoen), Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan [[Bur Rasuanto]], [[Goenawan Mohamad|Goenawan]] yang kemudian dianggap sebagai "pendiri", menerbitkan majalah Tempo untuk pertama kalinya.<ref name="JANET">{{cite book|last=Steele|first=Janet|authorlink=Janet Steele|year=[[2005]]|title=War within: the story of Tempo, an independent magazine in Soeharto's Indonesia|edition=First|publisher=PT. Equinox Publishing Indonesia|id=ISBN 979-3780-08-8 }}</ref>
 
Pemakaian nama '''Tempo''', tidak lepas dari saran dari para pengecer. Di mana kata ini mudah untuk diucapkan dan memiliki jarak penerbitan yang cukup longgar, yakni mingguan. Selain itu, namanya, dianggap mirip-mirip dengan majalah terkenal dari [[Amerika]], [[Time]].<ref name="HistoryTempo"/> Dengan rata-rata umur pengelola yang masih 20-an, ia tampil beda dan diterima masyarakat. Dengan mengedepakan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka, majalah ini diterima masyarakat.