Batara Guru: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Bangbambang (bicara | kontrib)
Togog
Baris 8:
Betara Guru (Manikmaya) diciptakan dari cahaya yang gemerlapan oleh [[Sang Hyang Tunggal]], bersamaan dengan cahaya yang berwarna kehitam-hitaman yang merupakan asal jadinya Ismaya ([[Semar]]). Oleh Hyang Tunggal, diputuskanlah bahwa Manikmaya yang berkuasa di Suryalaya, sedangkan Ismaya turun ke bumi untuk mengasuh para [[Pandawa]].
 
Batara Guru memiliki dua saudara, Sang Hyang Maha Punggung dan Sang Hyang Ismaya.<ref>{{cite book|title=Ensiklopedi wayang Indonesia: A-B|volume=1|editor=Sena Wangi|publisher=Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia|year=1999|isbn=9799240018|language=Indonesian|url=http://books.google.com/books?id=pN9kAAAAMAAJ|page=259}}</ref><ref>{{cite book|url=http://books.google.com/books?id=IytwAAAAMAAJ|page=525|title=The British in Java, 1811-1816: a Javanese account|volume=10|series=Oriental documents|editor=P. B. R. Carey|publisher=Oxford University Press, for British Academy|year=1992|isbn=0197260624}}</ref><ref>{{cite book|url=http://books.google.com/books?id=3JlwAAAAMAAJ|title=Folk psychology of the Javanese of Ponorogo|volume=2|first=Jerome|last=Weiss|publisher=Yale University|year=1977|page=522}}</ref> Orang tua mereka adalah [[Sang Hyang Tunggal]] dan Dewi Rekatawati. Suatu hari, Dewi Rekatawati menelurkan sebutir telur yang bersinar. Sang Hyang Tunggal mengubah telur tersebut, kulitnya menjadi Sang Hyang Maha Punggung([[Togog]]) yang sulung, putih telur menjadi Sang Hyang Ismaya ([[Semar]]), dan kuningnya menjadi Sang Hyang Manikmaya. Kemudian waktu, Sang Hyang Tunggal menunjuk dua saudaranya yang lebih tua untuk mengawasi umat manusia, terutama [[Pandawa]], sementara Batara Guru (atau Sang Hyang Manikmaya) memimpin para dewa di kahyangan.
 
Saat diciptakan, ia merasa paling sempurna dan tiada cacatnya. Hyang Tunggal mengetahui perasaan Manikmaya, lalu Hyang Tunggal bersabda bahwa Manikmaya akan memiliki cacad berupa lemah di kaki, belang di leher, bercaling, dan berlengan empat. Batara Guru amat menyesal mendengar perkataan Hyang Tunggal, dan sabda dia betul-betul terjadi.