Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 117:
Kapal yang ia tumpangi nyaris karam tatkala bertolak meninggalkan Sri Lanka, dan perahu yang menyelamatkannya malah diserang lanun. Setelah dilepas ke pantai, ia berusaha mencari jalan menuju [[Madurai]] di India. Ia sempat tinggal selama beberapa waktu di lingkungan istana Kesultanan Madurai yang berumur pendek itu, di bawah perlindungan Sultan Giyasudin Muhammad Damgani.{{sfn|Dunn|2005|p=245}} Dari Madurai, ia kembali ke Maladewa, lalu menumpang sebuah [[jung]] Tiongkok, dengan niat untuk berlayar ke Negeri Tiongkok dan menunaikan tugasnya sebagai Duta Besar Kesultanan Delhi.
 
Ia turun di Bandar [[Chittagong|Citagong]], yang kini berada dalam wilayah negara [[Bangladesh|Banglades]], dengan maksud berkunjung ke [[Sylhet|Srihatta]] untuk menjumpai [[Syah Jalal]], seorang ahli tasawuf yang sudah sedemikian sohornya sampai-sampai Ibnu Batutah rela sebulan penuh menempuh perjalanan melintasi daerah Pegunungan [[Kamarupa]] di dekat Srihatta demi berjumpa dengannya. Dalam perjalanannya menuju Srihatta, Ibnu Batutah bertemu dengan beberapa murid Syah Jalal yang membantunya menempuh perjalanan berhari-hari lamanya. Ibnu Batutah meriwayatkan bahwa Syah Jalal, yang ia jumpai pada 1345 M itu, berperawakan tinggi dan ramping perawakannya, terang warna kulitnya, dan menghuni sebuah gua yang bersebelahan dengan mesjid. Satu-satunya harta bernilai yang dimiliki Syah Jalal adalah seekor kambing yang ia pelihara sebagai penghasil susu, mentega, dan dadih. Ibnu Batutah meriwayatkan pula bahwa para pengiring Syah Jalal adalah orang-orang asing yang terkenal kuat lagi pemberani, dan banyak orang yang datang memohon nasihat dari ahli tasawuf itu. Ibnu batutah kemudian melakukan perjalanan lebih jauh lagi ke arah utara menuju [[Assam]], lalu pulang ke pesisir untuk melanjutkan pelayaran menuju Negeri Tiongkok.
 
==== Asia Tenggara ====