Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 27:
== Riwayat hidup ==
=== Masa muda ===
[[FileBerkas:Yahyâ ibn Mahmûd al-Wâsitî 005.jpg|thumbjmpl|Kafilah [[Haji]], ilustrasi karya [[Yahya bin Mahmud Al-Wasiti|Al-Wasiti]] dalam sebuah buku yang terbit pada abad ke-13 di Bagdad]]
 
Segala hal-ihwal terkait jati diri dan kehidupan pribadi Ibnu Batutah yang diketahui orang sekarang ini bersumber dari riwayat hidupnya yang termaktub dalam ''Ar-Rihlah''. Menurut sumber ini, Ibnu Batutah adalah seorang keturunan [[Berber]],{{sfn|Dunn|2005|p=20}} terlahir sebagai putra keluarga [[Ulama|Ulama Fikih]] di [[Tangier|Tanjah]] (Tangier), Maroko, pada 24 Februari 1304 (703 Hijriah), manakala Maroko diperintah oleh sultan-sultan dari [[Banu Marin|Bani Marin]].<ref name="birth">{{Harvnb|Dunn|2005|p=19}}</ref> Ia mengaku masih terhitung sebagai keturunan dari salah satu suku Berber, yakni suku [[Laguatan|Lawata]].<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA1 1 Jld. 1]}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=19}}</ref> Pada masa mudanya, Ibnu Batutah mendalami ilmu fikih di sebuah madrasah [[Islam Sunni|Suni]] ber[[mazhab]] [[Maliki]], yakni bentuk pendidikan yang paling banyak terdapat di Afrika Utara kala itu.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=22}}</ref> Umat Muslim dari mazhab Maliki meminta Ibnu Batutah menjadi kadi (hakim syariat) mereka, karena ia berasal dari negeri yang mengamalkan mazhab Maliki.<ref>{{cite book|title=A Mediterranean Society|url=https://books.google.com/books?id=2or1LUfCuMkC&pg=PA67#v=onepage&q&f=false|year=1967|publisher=University of California Press|pages=67–|id=GGKEY:TA7KAQ8PCE3|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170718233759/https://books.google.com/books?id=2or1LUfCuMkC&pg=PA67#v=onepage&q&f=false|archivedate=18 Juli 2017|df=dmy-all}}</ref>
Baris 40:
Ibnu Batutah berangkat ke Mekah melalui jalur darat, menyusuri kawasan pesisir Afrika Utara, melintasi wilayah kesultanan [[Dinasti Zayyaniyah|Bani Abdul Wad]] dan wilayah kesultanan [[Dinasti Hafsiyun|Bani Hafsi]]. Ia melewati Kota [[Tlemcen|Tlemsan]], Kota [[Béjaïa|Bijayah]], dan kemudian singgah selama dua bulan di Kota [[Tunis]].<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=37}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA21 21 Jld. 1]}}</ref> Demi keamanan, Ibnu Batutah seringkali berangkat bersama rombongan [[kafilah]] agar terhindar dari aksi perampokan. Ia bahkan sempat pula menikah di Kota [[Sfax|Sifaks]].<ref>{{Cite web|url=http://www.indiana.edu/~dmdhist/ibnbattuta.htm|title=Ibn Battuta: Travels in Asia and Africa 1325-1354|website=www.indiana.edu|access-date=2017-12-06|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170820121438/http://www.indiana.edu/~dmdhist/ibnbattuta.htm|archivedate=20 August 2017|df=dmy-all}}</ref> Pernikahannya di Sifaks adalah pernikahan pertama dari serentetan pernikahan yang kelak dilakukannya selama berkelana menjelajahi pelosok-pelosok dunia.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=39}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA26 26 Jld. 1]}}</ref>
 
[[FileBerkas:Turkish - Tile with the Great Mosque of Mecca - Walters 481307 - View A.jpg|thumbjmpl|uprightlurus|Ubin buatan [[Kesultanan Utsmaniyah|Utsmaniyah]] dari abad ke-17 bergambar [[Kabah]] di [[Mekah]]]]
 
Pada awal musim semi 1326, setelah menempuh perjalanan sejauh 3.500 km (2.200 mil), Ibnu Batutah akhirnya sampai ke Bandar [[Iskandariah|Aleksandria]], yang kala itu termasuk dalam wilayah [[Dinasti Bahri|Kesultanan Mamluk Bahariyah]]. Di bandar itu pula ia berjumpa dengan dua orang aulia ahli zuhud. Salah seorang di antaranya bernama Syekh Burhanudin yang konon meramalkan bahwa Ibnu Batutah kelak akan menjelajahi dunia. Kepada Ibnu Batutah, ahli zuhud itu berkata, "tampaknya engkau gemar berkelana ke negeri asing. Kelak engkau bertemu dengan saudaraku Faridudin di India, Rukanudin di Sindi, dan Burhanudin di Tiongkok. Sampaikanlah salamku kepada mereka." Ahli zuhud lainnya yang bernama Syekh Mursyidi menafsirkan salah satu mimpi Ibnu Batutah sebagai pertanda bahwa ia telah ditakdirkan menjadi seorang penjelajah dunia.<ref>Perjalanan-Perjalanan Ibnu Batutah diterjemahkan oleh Hamilton A.R Gibb</ref><ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA27 27 Jld. 1]}}</ref> Ibnu Batutah singgah selama beberapa pekan di Aleksandria demi mengunjungi situs-situs di daerah itu, dan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju [[Kairo]], ibu kota [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Kesultanan Mamluk]] sekaligus sebuah kota yang terkemuka. Setelah singgah sekitar sebulan lamanya di Kairo,<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=49}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA67 67 Jld. 1]}}</ref> ia melakukan penjelajahan kali pertama dari sekian banyak perjalanan jelajahnya di wilayah Kesultanan Mamluk yang relatif aman. Dari tiga jalur perjalanan yang biasa ditempuh orang menuju Mekah, Ibnu Batutah memilih jalur yang paling jarang dilalui, yakni jalur yang menyusuri lembah Sungai Nil ke arah hulu, kemudian berbelok ke arah timur menuju Bandar [[Aidab]] di pesisir [[Laut Merah]].{{efn|Aidab adalah sebuah bandar di pesisir barat Laut Merah dengan letak geografis {{Coord|22|19|51|N|36|29|25|E}}.{{sfn|Peacock|Peacock|2008}}}} Namun begitu tiba di bandar itu, pecah huru-hara yang membuatnya terpaksa berbalik arah.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=53–54}}</ref>
Baris 48:
Setelah melewatkan bulan [[Ramadan]] di Damaskus, ia berangkat bersama serombongan kafilah, menempuh perjalanan sejauh 1.300 km (810 mil) ke arah selatan menuju [[Madinah]], situs Mesjid Nabi [[Muhammad]]. Setelah singgah selama empat hari di Madinah, ia berangkat menuju Mekah, menunaikan ibadah haji, dan akhirnya layak menyandang gelar ''[[Haji (gelar)|Al-Haji]]''. Alih-alih pulang ke Maroko selepas berhaji, Ibnu Batutah malah ingin terus berkelana, dan memutuskan untuk bertolak ke arah timur laut menuju [[Ilkhanat|Ilkhanan]] (Negeri Ilkhan Hulagu), salah satu negeri dalam wilayah kekuasaan [[Kekhanan|Khan]] [[Kekaisaran Mongol|Mongol]].{{sfn|Dunn|2005|pp=66-79}}
 
==== Irak dan Persia ====
[[FileBerkas:Tabriz School Shirin.jpg|175px|thumbjmpl|Ibnu Batutah menyempatkan diri untuk berkunjung ke kota [[Tabriz]] pada 1327.]]
 
Pada 17 November 1326, setelah sebulan lamanya berdiam di Mekah, Ibnu Batutah bergabung dengan serombongan besar kafilah haji yang akan kembali ke [[Irak]] melalui jalur lintas [[Semenanjung Arab|Jazirah Arab]].<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=88–89}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1853|p=[https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PA404 404 Jld. 1]}}; {{harvnb|Gibb|1958|p=249 Jld. 1}}</ref> Kafilah ini bertolak ke arah utara menuju Madinah, kemudian meneruskan perjalanan pada malam hari ke arah timur laut, melintasi padang [[Najd]] menuju [[Najaf]] selama kurang lebih dua pekan. Sesampainya di Najaf, ia berziarah ke [[Mesjid Imam Ali|Gedung Makam]] [[Ali]], [[Rashidun|Khalifah keempat]].<ref>{{harvnb|Gibb|1958|pp=255–257 Jld. 1}}; {{harvnb|Dunn|2005|pp=89–90}}</ref>
Baris 60:
 
==== Jazirah Arab ====
[[FileBerkas:OldtownSanaa.JPG|thumbjmpl|[[Sana'a|Kota Tua Sana]], Yaman]]
Ibnu Batutah berdiam di Mekah selama beberapa waktu (uraian dalam ''Ar-Rihlah'' Ibnu Batutah menyiratkan bahwa ia tinggal selama tiga tahun, sejak bulan September 1327 sampai musim gugur 1330). Akan tetapi kesimpangsiuran penyebutan tarikh membuat para pengkaji menduga bahwa Ibnu Batutah sesungguhnya telah meninggalkan Mekah selepas berhaji pada 1328.{{efn|Ibnu Batutah tinggal di Mekah selama berhaji pada tahun 1327, 1328, 1329, dan 1330, namun hanya memberikan sedikit perincian mengenai masa tinggalnya di kota itu. Selepas berhaji pada 1330, ia berangkat ke Afrika Timur, dan kembali ke Mekah sebelum berhaji pada 1332. Ia meriwayatkan bahwa sesudah berhaji, ia berangkat ke India dan tiba di Sungai Indus pada 12 September 1333; namun meskipun ia tidak memperinci tarikh yang pasti, uraian tentang perjalanannya yang berbelit-belit, dan keterangan-keterangan tertentu dalam riwayatnya yang menyiratkan tarikh perjalanannya, telah membersitkan dugaan bahwa perjalanannya ke India menghabiskan waktu selama tiga tahun. Oleh karena itu sudah tentu ia telah meninggalkan Mekah dua tahun lebih awal dari tarikh yang disebutkannya, atau mungkin pula ia baru sampai ke India dua tahun kemudian. Ketidakpastian tarikh kunjungannya ke India ini dibahas oleh {{harvnb|Gibb|1962|pp=528–537 Jld. 2}}, {{harvnb|Hrbek|1962}}, dan {{harvnb|Dunn|2005|pp=132–133}}.}}
 
Baris 66:
 
==== Somalia ====
[[FileBerkas:Zeila, Somalia.jpg|220px|thumbjmpl|rightka|Bandar dan pelabuhan [[Zeila]]]]
Dari [[Aden]], Ibnu Batutah berlayar dengan kapal menuju Bandar [[Zeila]] yang terletak di pesisir [[Somalia]]. Dari Zeila, ia melanjutkan perjalanannya menyusuri kawasan pesisir Somalia sampai ke [[Tanjung Guardafui]], dan tinggal kira-kira sepekan lamanya di tiap-tiap kota yang ia singgahi. Ibnu Batutah selanjutnya berkunjung ke [[Mogadishu|Mogadisyu]], kota yang paling terkemuka kala itu di "[[Barbara (kawasan)|Negeri Orang Berber]]" ({{lang-ar|بلد البربر}}, ''Biladil Barbar'', sebutan orang Arab bagi kawasan [[Tanduk Afrika]] pada Abad Pertengahan).<ref name="Sanjay">Sanjay Subrahmanyam, ''The Career and Legend of Vasco Da Gama'', (Cambridge University Press: 1998), hlmn. 120-121.</ref><ref>J. D. Fage, Roland Oliver, Roland Anthony Oliver, ''The Cambridge History of Africa'', (Cambridge University Press: 1977), hlm. 190.</ref><ref>[[George Wynn Brereton Huntingford]], Agatharchides, ''The Periplus of the Erythraean Sea: With Some Extracts from Agatharkhidēs "On the Erythraean Sea"'', (Hakluyt Society: 1980), hlm. 83.</ref>
 
Baris 72:
 
==== Pesisir Swahili ====
[[FileBerkas:GreatMosque.jpg|150px|thumbjmpl|Mesjid Agung [[Kilwa Kisiwani]], mesjid terbesar yang dibangun menggunakan [[Karang|batu karang]]]]
Ibnu Batutah melanjutkan perjalanannya dengan menumpangi kapal yang berlayar ke arah selatan menuju [[Pesisir Swahili]], kawasan yang oleh orang Arab disebut "Negeri Orang [[Zanj|Jenggi]]" ({{lang-ar|بلد الزنج}}, ''Biladil Zanj''),<ref>{{harvnb|Chittick|1977|p=191}}</ref> dan sempat bermalam di [[Mombasa]], sebuah bandar pulau.<ref>{{harvnb |Gibb|1962|p=379 Jld. 2}}</ref> Meskipun relatif kecil kala itu, Mombasa kelak berkembang menjadi sebuah bandar terkemuka pada abad berikutnya.<ref>{{harvnb |Dunn|2005|p=126}}</ref> Setelah melakukan perjalanan menyusuri pantai, Ibnu Batutah akhirnya sampai di bandar pulau lainnya, yakni [[Kilwa Kisiwani|Kilwa]], yang kini berada di dalam wilayah negara [[Tanzania]].<ref>{{harvnb| Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA192 192 Jld. 2]}}</ref> Bandar Kilwa kala itu merupakan sebuah pusat persinggahan penting dalam jaringan perniagaan emas.<ref>{{harvnb |Dunn|2005|pp=126–127}}</ref> Ia menggambarkan bandar itu sebagai "salah satu dari kota-kota paling permai, yang dibangun dengan sedemikian eloknya; semua bangunan terbuat dari kayu, dan atap rumah-rumahnya terbuat dari gelagah ''dīs''."<ref>{{harvnb|Gibb|1962|p=380 Jld. 2}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA193 193, Jld. 2]}}</ref>
 
Baris 79:
=== Ikhtisar perjalanan 1332–1347 ===
==== Anatolia ====
[[FileBerkas:Андроник III Палеолог.jpg|150px|thumbjmpl|rightka|Ibnu Batutah mungkin saja pernah menghadap [[Andronikos III Palaiologos]] menjelang akhir tahun 1332]]
Selepas menunaikan ibadah haji untuk ketiga kalinya, Ibnu Batutah memutuskan untuk mengadu nasib dengan mengabdi pada [[Kesultanan Delhi|Sultan Delhi]], [[Muhammad bin Tughluq]]. Pada musim gugur 1330 (atau 1332), Ibnu Batutah bertolak menuju [[Anatolia]] yang kala itu dikuasai oleh [[Kesultanan Seljuk|orang Turki-Seljuk]], karena ia berniat untuk pergi ke India melalui jalur darat.{{sfn|Dunn|2005|pp=137-139}} Dari Jazirah Arab, ia berlayar menyeberangi [[Laut Merah]], dilanjutkan dengan perjalanan melintasi [[Gurun Timur]] sampai ke Lembah Sungai Nil, lalu berbelok ke arah utara menuju Kairo. Dari Kairo, ia menempuh perjalanan melintasi [[Semenanjung Sinai]] menuju Palestina, lalu berbelok ke arah utara melewati beberapa kota yang pernah dikunjunginya pada 1326. Dari Bandar [[Latakia]] di Negeri Syam, Ibnu Batutah (dan kawan-kawan) berlayar menumpangi sebuah kapal [[Republik Genova|Genova]] menuju Bandar [[Alanya]] yang terletak di pesisir selatan negara Turki sekarang ini.{{sfn|Gibb|1962|pp=413-416 Jld. 2}} Dari Alanya, ia menempuh perjalanan menyusuri pantai ke arah barat sampai ke Bandar [[Antalya]].{{sfn|Gibb|1962|p=417 Jld. 2}} Di Antalya, ia berjumpa dengan anggota-anggota salah satu perhimpunan ''fityan'' yang bersifat semiagamawi.{{sfn|Gibb|1962|pp=418-416 Jld. 2}} Keberadaan perhimpunan-perhimpunan semacam ini sudah menjadi salah satu ciri khas dari sebagian besar kota-kota di Anatolia pada abad ke-13 dan ke-14. Para anggota ''fityan'' adalah pengrajin-pengrajin muda yang dipimpin oleh seorang ketua bergelar ''Akhis''.{{sfn|Taeschner|1986}} ''Fityan'' dibentuk dengan tujuan menjamu para musafir. Ibnu Batutah sangat terkesan oleh keramahtamahan para anggota ''fityan'', dan kelak menginap di balai-balai penyantunan mereka yang tersebar di lebih dari 25 kota di Anatolia.{{sfn|Dunn|2005|p=146}} Dari Antalya, Ibnu Batutah melanjutkan perjalanannya ke kawasan pedalaman menuju [[Eğirdir]], ibu kota [[Bani Hamidi]]. Ia melewatkan bulan Ramadan (bulan Juni 1331 atau bulan Mei 1333) di kota itu.{{sfn|Gibb|1962|pp=422-423 Jld. 2}}
 
Baris 85:
 
==== Asia Tengah ====
[[FileBerkas:Bactrian camel in Kazakhstan.jpg|thumbjmpl|170px|[[Unta Baktria]] (salah satu ciri khas kafilah-kafilah [[Jalur Sutra]]) di depan [[Gedung Makam Khoja Ahmad Yasawi]] di Kota [[Turkistan (kota)|Turkistan]], [[Kazakhstan]].]]
Dari Bandar [[Sinop, Turki|Sinope]], Ibnu Batutah berlayar menuju [[Semenanjung Krimea]], dan tiba di Negeri [[Gerombolan Emas|Bala Kencana]] (''Orda'' Kencana). Ia berkunjung ke Bandar [[Azov]], tempat ia berjumpa dengan [[emir]] Sang Khan, lalu berkunjung ke Kota [[Majar]] yang besar dan makmur kala itu. Dari Majar, Ibnu Batutah berangkat menghadap majelis jelajah ([[orda (organisasi)|''orda'']]) [[Öz Beg Khan]], yang kala itu sedang singgah di dekat Pegunungan [[Bestau]]. Dari majelis jelajah Khan, ia melanjutkan perjalanan menuju [[Bolgar]], tempat paling utara yang pernah ia datangi. Di Bolgar, Ibnu Batutah mencermati suatu keganjilan waktu (bagi orang yang berdiam di daerah subtropis), yakni malam hari yang berlangsung singkat sepanjang musim panas. Ia kemudian kembali ke majelis jelajah Öz Beg Khan, dan ikut serta dalam iring-iringan ketika rombongan majelis kerajaan itu berpindah ke [[Astrakhan]].
 
Ibnu Batutah meriwayatkan bahwa ketika berada di Bolgar, ia berniat meneruskan perjalanan ke arah utara menuju negeri kegelapan. Seluruh negeri itu (kawasan utara Siberia) tertutupi oleh salju, dan satu-satunya wahana yang dapat digunakan orang untuk bepergian di negeri itu adalah eretan berpenghela anjing. Negeri itu didiami oleh orang-orang misterius yang enggan memperlihatkan diri. Mereka berdagang dengan orang-orang di sebelah selatan negerinya dengan cara yang unik. Saudagar-saudagar dari selatan membawa berbagai macam barang ke suatu tempat terbuka pada malam hari, dan menggeletakkannya begitu saja di atas salju, lalu kembali ke perkemahan mereka. Pada pagi hari, saudagar-saudagar itu kembali ke tempat mereka menaruh barang-barangnya semalam, dan mendapati bahwa dagangan mereka telah diambil oleh orang-orang misterius, tetapi diganti dengan berlembar-lembar kulit bulu binatang yang dapat diolah menjadi mantel, jaket, dan berbagai macam sandangan musim dingin yang mahal harganya. Pertukaran barang dagangan ini dilakukan oleh kedua belah pihak tanpa saling berjumpa. Karena bukan seorang saudagar, Ibnu Batutah menganggap kunjungan ke tempat semacam itu tidak berfaedah, sehingga mengurungkan niatnya untuk menjelajahi negeri kegelapan.<ref>Safarname Ibn Battutah-jld:1</ref>
 
[[FileBerkas:Golden Horde flag 1339.svg|thumbjmpl|leftkiri|150px|Bendera Negeri [[Gerombolan Emas|Bala Kencana]] pada masa pemerintahan [[Öz Beg Khan]] ]]
Sesampainya rombongan majelis jelajah di Astrakhan, [[Öz Beg Khan]] mengizinkan salah seorang istrinya yang sedang mengandung, yakni Putri Bayalun, anak perempuan dari [[Daftar Kaisar Romawi Timur|Kaisar Bizantin]], [[Andronikos III Palaiologos]], untuk pulang ke kampung halamannya di [[Konstantinopel]] sampai selesai bersalin. Dengan kecerdikannya bertutur kata, Ibnu Batutah berhasil mendapatkan tempat dalam rombongan pengiring Putri Bayalun. Kunjungan ke Konstantinopel adalah kunjungan pertama Ibnu Batutah ke negeri yang terletak di luar tapal batas Dunia Islam.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=169–171}}</ref>
 
Baris 100:
 
==== Asia Selatan ====
[[FileBerkas:Feroze Sha's tomb with adjoining Madrasa.JPG|rightka|200px|thumbjmpl|Makam Sultan Firuz Syah Tughluq, pengganti [[Muhammad bin Tughluq]], di Delhi. Ibnu Batutah menduduki jabatan ''[[qadi]]'' (kadi) selama enam tahun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad bin Tughluq.]]
 
[[Muhammad bin Tughluq]] tersohor sebagai orang terkaya di Dunia Islam kala itu. Ia mempekerjakan sejumlah besar ulama, ahli tasawuf, kadi, [[wazir]], dan berbagai cerdik pandai lainnya demi memperkukuh kekuasaannya. Sebagaimana Kesultanan Mamluk di Mesir, Bani Tughluq adalah contoh langka dari sisa-sisa pemerintahan Muslim di Asia selepas invasi Mongol. Karena pernah belajar bertahun-tahun lamanya di Mekah, Ibnu Batutah diangkat menjadi kadi oleh Sang Sultan.{{sfn|Aiya|1906|p=328}} Meskipun demikian, ia merasa sukar untuk menerapkan [[Syariat Islam]] di luar lingkup majelis istana sultan di Delhi, karena tidak adanya mahkamah syariat di India.<ref>Jerry Bently, ''Old World Encounters: Cross-Cultural Contacts and Exchanges in Pre-Modern Times (New York: Oxford University Press, 1993),121.''</ref>
[[FileBerkas:Darbar Hazrat Baba Farid ud Deen Ganj Shakar Rahmatullah Alaih - panoramio.jpg|thumbjmpl|leftkiri|Ibnu Batutah berkunjung ke [[Petilasan Baba Farid]] di [[Pakpattan]] pada 1334.<ref name=":0" />]]
Jalur yang dilewati Ibnu Batutah menuju [[subbenua India|Anak Benua India]] tidak diketahui secara pasti. Ia mungkin saja melewati [[Celah Khyber|Perlintasan Khaibar]] dan [[Peshawar|Pesyawar]], atau lebih jauh lagi di sebelah selatan.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=NqH3AgAAQBAJ&pg=PP60&dq=ibn+battuta+peshawar&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiJhbXykevYAhVJ8mMKHel0AIsQ6AEILTAB#v=onepage&q=ibn%20battuta%20peshawar&f=false|title=The Odyssey of Ibn Battuta: Uncommon Tales of a Medieval Adventurer|last=Waines|first=David|date=2012-08-01|publisher=I.B.Tauris|isbn=9780857730657|language=en|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20180224110012/https://books.google.com/books?id=NqH3AgAAQBAJ&pg=PP60&dq=ibn+battuta+peshawar&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiJhbXykevYAhVJ8mMKHel0AIsQ6AEILTAB#v=onepage&q=ibn%20battuta%20peshawar&f=false|archivedate=24 February 2018|df=dmy-all}}</ref> Ia menyeberangi [[Sungai Sutlej]] dekat Kota [[Pakpattan]] di wilayah Pakistan sekarang ini.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=bH4BAAAAQAAJ&pg=RA1-PA113&dq=timur+pakpattan&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-kZfakOvYAhUKxWMKHaU9DVwQ6AEIMTAC#v=onepage&q=timur%20pakpattan&f=false|title=The land of the five rivers and Sindh|last=(C.I.E.)|first=David Ross|date=1883|publisher=Chapman and Hall|language=en|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20180224110012/https://books.google.com/books?id=bH4BAAAAQAAJ&pg=RA1-PA113&dq=timur+pakpattan&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj-kZfakOvYAhUKxWMKHaU9DVwQ6AEIMTAC#v=onepage&q=timur%20pakpattan&f=false|archivedate=24 Februari 2018|df=dmy-all}}</ref> Di Pakpattan, ia menyempatkan diri untuk berziarah ke [[Petilasan Baba Farid]],<ref name=":0">{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=QK0aLjQtX2cC&pg=PA102&dq=ibn+battuta+pakpattan&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwibgcbtkuvYAhUU_GMKHbQMBjsQ6AEIOjAE#v=onepage&q=ibn%20battuta%20pakpattan&f=false|title=Muslim Saints of South Asia: The Eleventh to Fifteenth Centuries|last=Suvorova|first=Anna|last2=Suvorova|first2=Professor of Indo-Islamic Culture and Head of Department of Asian Literatures Anna|date=2004-07-22|publisher=Routledge|isbn=9781134370061|language=en|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20180224110012/https://books.google.com/books?id=QK0aLjQtX2cC&pg=PA102&dq=ibn+battuta+pakpattan&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwibgcbtkuvYAhUU_GMKHbQMBjsQ6AEIOjAE#v=onepage&q=ibn%20battuta%20pakpattan&f=false|archivedate=24 February 2018|df=dmy-all}}</ref> sebelum meneruskan perjalanan ke arah barat daya menuju Negeri Rajaputra ([[Rajput]]). Dari Kerajaan Sarsatti di Rajaputra, Ibnu Batutah berkunjung ke Kota [[Hansi]] di India, yang ia gambarkan sebagai "kota yang terelok bangunnya dan yang teramai warganya di antara semua kota yang permai; kota ini bertembok kukuh, dan konon didirikan oleh seorang maharaja kafir yang bernama Tara".<ref>André Wink, ''Al-Hind, the Slave Kings and the Islamic Conquest, 11th-13th Centuries, Jilid ke-2 dari Al-Hind: The Making of the Indo-Islamic World. The Slave Kings and the Islamic Conquest 11th-13th Centuries'', (BRILL, 2002), hlm.229.</ref> Ibnu Batutah meriwayatkan pula bahwa tatkala berkunjung ke [[Sindh|Sindi]], ia melihat kawanan [[badak India]] yang hidup di tepian [[Sungai Indus]].<ref>{{harvnb|Gibb|1971|p=596 Jld. 3}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1855|p=[https://books.google.com/books?id=w_YHAAAAIAAJ&pg=PA100 100 Jld. 3]}}</ref>
 
Baris 112:
Karena takut dinilai gagal menunaikan tugas, Ibnu Batutah tidak kembali ke Delhi, tetapi tinggal selama beberapa waktu di kawasan selatan India di bawah perlindungan Sultan Jamaludin, penguasa Kesultanan [[Nawayat]] yang kecil namun kuat di tepi [[Sungai Syarawati]] yang bermuara ke [[Laut Arab]]. Daerah ini sekarang bernama Hosapattana, di Bandar [[Honnavar]], [[tehsil|distrik administratif]] [[Uttara Kannada]]. Ketika Kesultanan Nawayat tumbang, Ibnu Batutah tidak punya pilihan lain kecuali angkat kaki dari India. Meskipun sangat ingin berkelana ke Negeri Tiongkok, Ibnu Batutah justru berlayar ke [[Kepulauan Maladewa]] dan bekerja sebagai kadi.<ref>{{Cite news|url=https://www.theguardian.com/books/2002/dec/21/featuresreviews.guardianreview2|title=Review: The Travels of Ibn Battutah edited by Tim Mackintosh-Smith|last=Buchan|first=James|date=2002-12-21|work=The Guardian|access-date=12 Juni 2017|language=en-GB|issn=0261-3077|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20171207085518/https://www.theguardian.com/books/2002/dec/21/featuresreviews.guardianreview2|archivedate=7 Desember 2017|df=dmy-all}}</ref>
 
[[FileBerkas:405-Maldives.jpg|thumbjmpl|leftkiri|Pemandangan sebuah pulau di [[Maladewa]]]]
Ia tinggal selama sembilan bulan di kepulauan itu, jauh lebih lama dari niatnya semula. Sebagai seorang kadi besar yang berpengalaman, ilmunya sangat dibutuhkan di Maladewa, sebuah negeri yang baru saja beralih keyakinan dari [[agama Buddha]] ke [[agama Islam]]. Setelah didesak untuk menetap, ia diangkat menjadi hakim agung dan dinikahkan dengan kerabat perempuan dari [[Umar I dari Maladewa|Sultan Umar I]]. Ia melibatkan diri dalam percaturan politik di negeri itu, dan akhirnya memutuskan untuk angkat kaki manakala ketegasannya menentang perilaku hidup bebas di kerajaan kepulauan itu mulai menjengkelkan para penguasa. Dalam ''Ar-Rihlah'' ia meriwayatkan keprihatinannya melihat perempuan-perempuan pribumi berseliweran dengan [[telanjang dada]], sementara kecamannya terhadap kebiasaan ini malah tidak dihiraukan oleh masyarakat setempat.<ref>Jerry Bently, ''Old World Encounters: Cross-Cultural Contacts and Exchanges in Pre-Modern Times (New York: Oxford University Press, 1993),126.''</ref> Dari Maladewa, ia berlayar ke [[Sri Lanka]], dan menyempatkan diri untuk mendaki ke puncak [[Puncak Adam|Gunung Sri Pada]] serta berkunjung ke [[Kuil Tenawaram]].
 
Kapal yang ia tumpangi nyaris karam tatkala bertolak meninggalkan Sri Lanka, dan perahu yang menyelamatkannya malah diserang lanun. Setelah dilepas ke pantai, ia berusaha mencari jalan menuju [[Madurai]] di India. Ia sempat tinggal selama beberapa waktu di lingkungan istana Kesultanan Madurai yang berumur pendek itu, di bawah perlindungan Sultan Giyasudin Muhammad Damgani.{{sfn|Dunn|2005|p=245}} Dari Madurai, ia kembali ke Maladewa, lalu menumpang sebuah [[jung]] Tiongkok, dengan niat untuk berlayar ke Negeri Tiongkok dan menunaikan tugasnya sebagai Duta Besar Kesultanan Delhi.
 
Ia turun di Bandar [[Chittagong|Citagong]], yang kini berada dalam wilayah negara [[Bangladesh|Banglades]], dengan maksud berkunjung ke [[Sylhet|Srihatta]] untuk menjumpai [[Syah Jalal]], seorang ahli tasawuf yang sudah sedemikian sohornya sampai-sampai Ibnu Batutah rela sebulan penuh menempuh perjalanan melintasi daerah Pegunungan [[Kamarupa]] di dekat Srihatta demi berjumpa dengannya. Dalam perjalanannya menuju Srihatta, Ibnu Batutah bertemu dengan beberapa murid Syah Jalal yang membantunya menempuh perjalanan berhari-hari lamanya. Ibnu Batutah meriwayatkan bahwa Syah Jalal, yang ia jumpai pada 1345 M itu, tinggi dan ramping perawakannya, terang warna kulitnya, dan menghuni sebuah gua yang bersebelahan dengan mesjid. Satu-satunya harta bernilai yang dimiliki Syah Jalal adalah seekor kambing yang ia pelihara sebagai penghasil susu, mentega, dan dadih. Ibnu Batutah meriwayatkan pula bahwa para pengiring Syah Jalal adalah orang-orang asing yang terkenal kuat lagi pemberani, dan banyak orang yang datang memohon nasihat dari ahli tasawuf itu. Ibnu batutah kemudian melakukan perjalanan lebih jauh lagi ke arah utara menuju [[Assam]], lalu pulang ke pesisir untuk melanjutkan pelayaran menuju Negeri Tiongkok.
Baris 133:
}}</ref>
 
Dari Samudra Pasai, Ibnu Batutah mula-mula berlayar ke Bandar [[Malaka]] di [[Semenanjung Malaya]] yang ia sebut "Mul Jawi". Ia berjumpa dengan Raja Malaka, dan menginap sebagai tamu raja selama tiga hari.
 
Dari Malaka, Ibnu Batutah berlayar ke sebuah kerajaan bernama Kailukari di Negeri [[Tawalisi]], tempat ia berjumpa dengan [[Urduja]], seorang putri pribumi. Urduja adalah seorang pendekar perempuan yang gagah berani, dan rakyatnya memusuhi [[dinasti Yuan|wangsa Yuan]]. Ibnu Batutah meriwayatkan bahwa Urduja adalah seorang "penyembah berhala", namun pandai menuliskan [[Basmalah|Kalimat Basmalah]] sesuai [[kaligrafi Islam|kaidah seni menyurat Islam]]. Lokasi Kailukari maupun Tawalisi masih menjadi pokok perdebatan. Kailukari mungkin saja adalah [[Po Klong Garai]] di [[Campa]] (sekarang kawasan selatan Vietnam), dan Urduja boleh jadi adalah salah seorang bangsawati Campa dari [[wangsa Trần]]. Masyarakat Filipina meyakini bahwa Kailukari adalah daerah yang kini menjadi [[Pangasinan|Provinsi Pangasinan]] di negara [[Filipina]].<ref>{{cite web|last=Balmaceda Guiterrez|first=Chit|title=In search of a Princess |url=http://www.urduja.com/princess.html|publisher=Filipinas Magazine|accessdate=26 September 2013|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20130927233532/http://www.urduja.com/princess.html|archivedate=27 September 2013|df=dmy-all}}</ref> Pada zaman modern, sosok Urduja ditampilkan dalam buku-buku bacaan dan film-film Filipina sebagai salah seorang pahlawan nasional perempuan negara itu. Banyak tempat lain yang juga diperkirakan sebagai lokasi kerajaan ini, mulai dari Pulau [[Jawa]] sampai ke [[Provinsi Guangdong]] di Tiongkok. Meskipun demikian, Sir [[Henry Yule]] dan [[William Henry Scott (sejarawan)|William Henry Scott]] beranggapan bahwa seluruh riwayat tentang Negeri Tawalisi maupun Putri Urduja hanya khayalan belaka (untuk keterangan lebih lanjut, baca [[Tawalisi]]).
Baris 140:
 
==== Negeri Tiongkok ====
[[FileBerkas:The Great Wall of China at Jinshanling.jpg|thumbjmpl|Dalam ranah ilmu [[geografi Islam]], Ibnu Batutah adalah orang pertama yang menyajikan keterangan mengenai [[Tembok Besar Tiongkok]], meskipun ia tidak pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri.]]
 
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah tiba di Bandar [[Quanzhou]], di Provinsi [[Fujian]], Negeri Tiongkok, yang kala itu diperintah oleh [[suku Mongol|bangsa Mongol]]. Salah satu hal pertama yang ia cermati adalah sebutan umat Muslim bagi bandar itu, yakni "Zaitun", walau tak sebatang pun pohon zaitun yang dapat ia temukan di Negeri Tiongkok. Ibnu Batutah mengagumi kepiawaian para seniman pribumi dalam melukis wajah orang-orang asing yang baru saja tiba; hal ini dilakukan demi kepentingan keamanan. Ibnu Batutah memuji-muji para pengrajin serta [[sutra]] dan [[tembikar]] yang mereka hasilkan; ia juga memuji buah-buahan Tiongkok seperti persik dan semangka, serta mengagumi manfaat-manfaat uang kertas.{{sfn|Dunn|2005|p = 258}} Ia meriwayatkan proses pengerjaan kapal-kapal besar di Bandar Quanzhou.<ref>تحفة النظار في غرائب الأمصار وعجائب الأسفار,ابن بطوطة,ص 398</ref> Ia juga mencermati budaya boga orang Tionghoa, dan pemanfaatan berbagai jenis daging satwa sebagai bahan pangan, seperti katak, babi, bahkan anjing, yang dijual orang di pasar-pasar. Ia memperhatikan ukuran ayam-ayam Tiongkok yang menurutnya lebih besar daripada ayam yang biasa ia lihat. Sekalipun demikian, para pengkaji mendapati banyak kekeliruan dalam keterangan Ibnu Batutah mengenai Tiongkok, misalnya saja [[Sungai Kuning]] dikacaubalaukan dengan [[Terusan Besar Tiongkok|Terusan Besar]] serta terusan-terusan lain di Tiongkok, dan menyangka bahwa tembikar terbuat dari batu bara.<ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=DSfvfr8VQSEC&pg=PA67#v=onepage&q&f=false |title=Marco Polo's China: A Venetian in the Realm of Khubilai Khan |first=Stephen G. |last=Haw |page=67 |publisher=Routledge |isbn=9781134275427 |deadurl=no |archiveurl=https://web.archive.org/web/20161224083616/https://books.google.com/books?id=DSfvfr8VQSEC&pg=PA67#v=onepage&q&f=false |archivedate=24 Desember 2016 |df=dmy-all }}</ref>
Baris 165:
Pada 1348, Ibnu Batutah tiba di Damaskus, hendak menapaki kembali jalur yang pernah ia tempuh ketika berangkat haji untuk pertama kalinya. Ia kemudian menerima kabar bahwa ayahnya telah wafat 15 yang lampau,<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=269}}</ref> dan mulai dari tahun berikutnya kabar duka menjadi tema utama dalam riwayat perjalanannya. Tatkala ia berada di Timur Tengah, wabah [[Maut hitam|Maut Hitam]] sedang berjangkit di seluruh wilayah Suriah, [[Palestina]], dan Jazirah Arab. Setelah sampai ke Mekah, ia memutuskan untuk pulang ke Maroko, setelah hampir seperempat abad lamanya berkelana meninggalkan kampung halaman.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=274–275}}</ref> Dalam perjalanan pulang, Ibnu Batutah masih menyempatkan diri untuk melakukan perjalanan jelajah terakhirnya ke [[Sardinia]], dan akhirnya ia kembali ke Tanjah melewati [[Fez]] pada 1349, hanya untuk mendapati kenyataan bahwa ibunya juga telah wafat beberapa bulan sebelumnya.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=278}}</ref>
 
=== Ikhtisar perjalanan 1349–1354 ===
==== Spanyol dan Afrika Utara ====
[[FileBerkas:Ventanas con arabescos en la Alhambra.JPG|245px|rightka|thumbjmpl|Ibnu Batutah berkunjung ke [[Keamiran Granada|Emirat Granada]], satu-satunya negeri yang tersisa dari wilayah kekuasaan orang [[Arab-Andalusia]] di [[Al-Andalus]].]]
 
Setelah sembilan hari berada di Tanjah, Ibnu Batutah berangkat menuju [[Al-Andalus]], wilayah kekuasaan Muslim di [[Semenanjung Iberia]]. [[Alfonso XI dari Kastila|Alfonso XI]], Raja Negeri Kastila dan León, telah mengancam akan menyerbu [[Gibraltar]]. Ancaman inilah yang mendorong Ibnu Batutah untuk bergabung dengan serombongan umat Muslim Tanjah dan berangkat ke Al-Andalus untuk mempertahankan Bandar Gibraltar pada 1350.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=282}}</ref> Ketika Ibnu Batutah tiba di Al-Andalus, Raja Alfonso sudah mangkat akibat terjangkiti wabah Maut Hitam, dan ancaman invasi atas Gibraltar pun berakhir. Ibnu Batutah memanfaatkan kesempatan itu untuk melancong melihat-lihat pemandangan Al-Andalus. Ia melakukan perjalanan melintasi Negeri [[Kerajaan Valencia|Valencia]] dan sampai ke [[Granada]].<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=283–284}}</ref>
 
Setelah bertolak meninggalkan Al-Andalus, ia memutuskan untuk berkelana menjelajahi wilayah Maroko. Dalam perjalanan pulang ke kampung halaman, ia singgah selama beberapa waktu di [[Marrakesh|Marakes]] yang kala itu sudah nyaris seperti kota hantu selepas dilanda wabah dan akibat pemindahan pusat pemerintahan ke [[Fez]].<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=286–287}}</ref>
Baris 176:
 
==== Mali dan Timbuktu ====
[[FileBerkas:Sankore Moske Timboektoe.JPG|thumbjmpl|220px|leftkiri|[[Madrasah Sankore]] di [[Timbuktu]], [[Mali]]]]
 
Pada musim gugur 1351, Ibnu Batutah berangkat dari Fez menuju Kota [[Sijilmasa]] di tepi utara Gurun Sahara, yang kini berada dalam wilayah negara Maroko.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|p=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA376#v=onepage&q&f=false 376 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=282}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=295}}</ref> Di Sijilmasa, ia membeli beberapa ekor unta dan tinggal selama empat bulan. Ia berangkat bersama serombongan kafilah pada bulan Februari 1352, dan setelah melakukan perjalanan selama 25 hari, ia tiba di padang garam [[Taghaza]] dengan tambang-tambang garamnya. Semua bangunan di tempat itu dibuat dari lempeng-lempeng garam oleh budak-budak suku Masufa, yang memotong bongkahan garam menjadi lempeng-lempeng tebal untuk diangkut dengan unta. Meskipun kala itu Taghazi adalah sebuah pusat niaga dan dibanjiri emas dari Mali, Ibnu Batutah sama sekali tidak terkesan, dan malah meriwayatkan bahwa tempat itu penuh lalat lagi payau airnya.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|pp=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA378 378–379 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=282}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=297}}</ref>
 
Setelah tinggal selama sepuluh hari di Taghaza, rombongan kafilah melanjutkan perjalanan menuju oasis di Tasarahla (mungkin Bir Al-Ksaib),{{sfn | Levtzion| Hopkins | 2000|p = 457}}{{efn|Bir Al-Ksaib (disebut pula Bir Ounane atau El Gçaib) terletak di kawasan utara Mali pada {{Coord|21|17|33|N|5|37|30|W}}. Oasis ini terletak 265 km (165 mil) di sebelah selatan Taghaza, dan 470 km (290 mil) di sebelah utara Oualata.}} tempat kafilah beristirahat selama tiga hari sebelum melakukan perjalanan yang terakhir sekaligus tersulit menyeberangi Gurun Sahara. Dari Tasarahla, seorang pandu Masufa diutus terlebih dahulu ke Kota Oasis [[Oualata]] guna mempersiapkan bekal air yang akan diangkut menempuh jarak sejauh empat hari perjalan menuju tempat pertemuan dengan kafilah yang membutuhkannya sebagai pelepas dahaga. Oualata adalah pos paling selatan di jalur [[niaga lintas-Sahara]], dan belum lama menjadi bagian dari wilayah Kemaharajaan Mali. Secara keseluruhan, rombongan kafilah itu menghabiskan waktu selama dua bulan untuk melakukan perjalanan lintas gurun sejauh 1.600 km (990 mil) dari Sijilmasa.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti |1858|p=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA385 385 Jld. 4]}}; {{harvnb|Levtzion|Hopkins |2000| p=284}}; {{harvnb|Dunn|2005|p=298}}</ref>
[[ImageBerkas:Bilma-Salzkarawane1.jpg|thumbjmpl|Kafilah garam [[Azalai]] dari [[Agadez]] menuju [[Bilma]]]]
Dari tempat itu, Ibnu Batutah melakukan perjalanan ke arah barat daya, menyusuri tepian sebuah sungai yang ia sangka Sungai Nil (sebenarnya adalah [[Sungai Niger]]), sampai ke ibu kota Kemaharajaan Mali.{{efn|Lokasi ibu kota Kemaharajaan Mali masih menjadi pokok perdebatan sengit dan belum juga ada kata sepakat di kalangan para ahli. Sejarawan [[John Hunwick]] telah mengkaji waktu perjalanan yang diriwayatkan oleh Ibnu Batutah dan menyimpulkan bahwa ibu kota Kemaharajaan Mali agaknya terletak di sisi kiri [[Sungai Niger]], di daerah antara [[Bamako]] dan [[Nyamina]].{{sfn|Hunwick|1973}}}} Di ibu kota, ia berjumpa dengan ''Mansa'' [[Sulaiman (mansa)|Sulaiman]], yang naik takhta pada 1341. Ibnu Batutah tidak senang melihat biti-biti perwara, dayang-dayang, bahkan putri-putri sultan, tidak menutup seluruh [[aurat]] mereka selayaknya Muslimah yang baik.<ref>Jerry Bently, ''Old World Encounters: Cross-Cultural Contacts and Exchanges in Pre-Modern Times (New York: Oxford University Press, 1993),131.''</ref> Ia meninggalkan ibu kota pada bulan Februari, ditemani seorang saudagar pribumi Mali, dan melakukan perjalanan dengan mengendarai unta menuju [[Timbuktu]].<ref>{{harvnb|Defrémery |Sanguinetti|1858|p=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA430 430 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=299}}; {{harvnb|Gibb|Beckingham|1994|pp=969–970 Jld. 4}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=304}}</ref> Meskipun dua abad kemudian telah berkembang menjadi kota terkemuka di kawasan itu, Timbuktu masih berupa sebuah sebuah kota kecil dan tidak begitu penting sewaktu dikunjungi Ibnu Batutah.{{sfn|Dunn|2005|p = 304}} Dalam perjalanan ke Timbuktu inilah Ibnu Batutah untuk pertama kalinya melihat [[kuda nil]]. Satwa ini ditakuti oleh tukang-tukang perahu pribumi, dan diburu dengan menggunakan lembing yang pada pangkalnya terikat seutas tambang yang kuat.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|pp=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA425 425–426 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=297}}</ref> Setelah tinggal tak seberapa lama di Timbuktu, Ibnu Batutah melakukan perjalan menyusui Sungai Niger menuju [[Gao]] dengan menaiki perahu kecil yang terbuat dari sebatang pohon utuh. Kala itu Gao adalah sebuah pusat niaga yang penting.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|pp=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA432 432–436 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=299}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=305}}</ref>
 
Setelah sebulan lamanya tinggal di Gao, Ibnu Batutah berangkat bersama serombongan besar kafilah menuju Oasis [[Takedda]]. Dalam perjalanan melintasi padang gurun, turun titah dari [[Abu Inan Faris|Sultan Maroko]] agar ia kembali ke kampung halamannya. Ibnu Batutah bertolak menuju Sijilmasa pada bulan September 1353, bersama serombongan besar kafilah yang membawa 600 orang budak perempuan, dan tiba di Maroko pada awal tahun 1354.<ref>{{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1858|pp=[https://books.google.com/books?id=AdUOAAAAQAAJ&pg=PA444 444–445 Jld. 4]}}; {{harvnb | Levtzion| Hopkins | 2000| p=303}}; {{harvnb| Dunn |2005|p=306}}</ref>
Baris 191:
== ''Ar-Rihlah'' Ibnu Batutah ==
{{Lihat pula|Rihlah}}
[[FileBerkas:TumbaIbnBatuta.jpg|thumbjmpl|rightka|Situs yang diduga sebagai makam Ibnu Batutah, terletak di dalam sebuah rumah di Madinat Tanjah ([[Tangier|Kota Tanjah]])]]
Setelah pulang ke kampung halaman pada 1354, atas anjuran [[Abu Inan Faris|Sultan Abu Inan Faris]], penguasa Maroko dari [[Banu Marin|Bani Marin]], Ibnu Batutah meriwayatkan petualangan-petualangannya kepada [[Ibnu Juzay]], seorang alim yang pernah ia jumpai di Granada. Riwayat yang disusun oleh Ibnu Juzay inilah satu-satunya sumber informasi tentang petualangan-petualangan Ibnu Batutah. Judul lengkap dari naskah yang disusun oleh Ibnu Juzay ini adalah ''Hadiah Bagi Para Pemerhati Negeri-Negeri Aneh dan Pengalaman-Pengalaman Ajaib'' ({{lang-ar|تحفة النظار في غرائب الأمصار وعجائب الأسفار}}, ''Tuḥfatun Nuẓẓār fī Gharāʾibil Amṣār wa ʿAjāʾibil Asfār''),<ref name="M-S hlm. ix"/>{{efn|Sejarawan Amerika, Ross E. Dunn menerjemahkannya dengan kalimat yang agak kaku sebagai ''Hadiah Bagi Para Pengamat Keganjilan-Keganjilan Kota-Kota Besar dan Keajaiban-Keajaiban yang Dialami Dalam Pengembaraan''.<ref>hlm. 310</ref>}} namun seringkali hanya disebut ''Lawatan'' ({{lang-ar|الرحلة}}, ''Ar-Rihlah'').<ref name="9–10 Jld. 1"/> ''Ar-Rihlah'' sebenarnya adalah sebutan bagi salah satu [[rihlah|ragam baku dari karya tulis dalam sastra Arab]].
 
Baris 219:
=== Daftar pustaka ===
{{refbegin|30em}}
* {{cite book|first1=V. Nagam|last1=Aiya|author-link1=V. Nagam Aiya|title=Travancore State Manual|publisher=Travancore Government press|url=https://archive.org/details/travancorestate00aiyagoog|year=1906|ref=harv}}
* {{cite book | last=Apetz | first=Heinrich | year=1819 | title=Descriptio terrae Malabar ex Arabico Ebn Batutae Itinerario Edita | publisher=Croecker | place=Jena | language=Latin, Arabic | url=https://books.google.com/books?id=qFFTAAAAcAAJ | oclc=243444596 | ref=harv }}
* {{cite book | last=Burckhardt | first=John Lewis | author-link=Johann Ludwig Burckhardt | year=1819 | title=Travels in Nubia | publisher=John Murray | place=London | url=https://archive.org/stream/travelsinnubia00burcgoog#page/n10/mode/2up | oclc=192612 | ref=harv }}
* {{Citation | last=Chittick | first=H. Neville | editor-last=Oliver | editor-first=Roland | year=1977 | title= Cambridge History of Africa Vol. 3. From c. 1050 to c. 1600 | contribution= The East Coast, Madagascar and the Indian Ocean | pages=183–231 | publisher=Cambridge University Press | place=Cambridge | isbn= 0-521-20981-1}}.
<!-- Sumber yang digunakan oleh semua terjemahan modern-->
* {{Citation
Baris 341:
| url=http://kramerius.lib.cas.cz/search/i.jsp?pid=uuid:65a4a519-3e45-11e1-bdd3-005056a60003
}}.
* {{citation | last=Hunwick | first=John O.| year=1973 | title=The mid-fourteenth century capital of Mali | journal=Journal of African History | volume=14 | issue=2 | pages=195–208 | jstor=180444 | doi=10.1017/s0021853700012512}}.
* {{citation | last=Janicsek | first=Stephen | year=1929 | title= Ibn Baṭūṭṭa's journey to Bulghàr: is it a fabrication? | journal= Journal of the Royal Asiatic Society | volume=61 | pages=791–800 | doi=10.1017/S0035869X00070015 }}.
* {{cite book | last=Kosegarten | first=Johann Gottfried Ludwig | authorlink=Johann Gottfried Ludwig Kosegarten | year=1818 | title=De Mohamedde ebn Batuta Arabe Tingitano ejusque itineribus commentatio academica | publisher= Croecker| place=Jena | language=Latin, Arabic | url=https://books.google.com/books?id=YrBCAAAAcAAJ | oclc=165774422 | ref=harv}}
* {{citation | last=Lee | first=Samuel | authorlink=Samuel Lee (linguist) | year=1829 | title=The Travels of Ibn Batuta | publisher=Oriental Translation Committee | place=London | url= https://books.google.com/books?id=wjAtGKM_-WIC }}. A translation of an abridged manuscript. The text is discussed in Defrémery & Sanguinetti (1853) Volume 1 [https://books.google.com/books?id=mdQOAAAAQAAJ&pg=PR16 pp. xvi-xvii].
* {{Citation | editor1-last=Levtzion | editor1-first=Nehemia | editor2-last=Hopkins | editor2-first=John F.P. |title=Corpus of Early Arabic Sources for West Africa | publisher=Marcus Weiner Press | place=New York, NY | year=2000 | isbn=1-55876-241-8}}. First published in 1981. Pages 279-304 contain a translation of Ibn Battuta's account of his visit to West Africa.
* {{citation | last=Mattock | first=J.N. | year=1981 | chapter=Ibn Baṭṭūṭa's use of Ibn Jubayr's ''Riḥla'' | editor-last=Peters | editor-first=R. | title=Proceedings of the Ninth Congress of the Union Européenne des Arabisants et Islamisants: Amsterdam, 1st to 7th September 1978 | publisher=Brill | place=Leiden | pages=209–218 | isbn=978-900406380-8 }}.<!--pp. 209,210,213,214,218 visible here: https://books.google.com/books?id=dM4UAAAAIAAJ&lpg=PP1&pg=PA209 -->
* {{cite web | title=MS Arabe 2287 (Supplément arabe 909) | url=http://archivesetmanuscrits.bnf.fr/ead.html?id=FRBNFEAD000030206 | publisher=Bibliothèque de France: Archive et manuscrits | accessdate=14 November 2014 | ref={{SfnRef|MS Arabe 2287}} }}
* {{cite web | title=MS Arabe 2288 (Supplément arabe 911) | url=http://archivesetmanuscrits.bnf.fr/ead.html?id=FRBNFEAD000030207 | publisher=Bibliothèque de France: Archive et manuscrits | accessdate=14 November 2014 | ref={{SfnRef|MS Arabe 2288}} }}
* {{cite web | title=MS Arabe 2289 (Supplément arabe 910) | url=http://archivesetmanuscrits.bnf.fr/ead.html?id=FRBNFEAD000030208 | publisher=Bibliothèque de France: Archive et manuscrits | accessdate=14 November 2014 | ref={{SfnRef|MS Arabe 2289}}}}
* {{cite web | title=MS Arabe 2290 (Supplément arabe 908) | url=http://archivesetmanuscrits.bnf.fr/ead.html?id=FRBNFEAD000030209 | publisher=Bibliothèque de France: Archive et manuscrits | accessdate=14 November 2014 | ref={{SfnRef|MS Arabe 2290}} }}
* {{cite web | title=MS Arabe 2291 (Supplément arabe 907) | url=http://archivesetmanuscrits.bnf.fr/ead.html?id=FRBNFEAD000030210 | publisher=Bibliothèque de France: Archive et manuscrits | accessdate=14 November 2014 | ref={{SfnRef|MS Arabe 2291}} }}
* {{citation | last1=Peacock | first1=David | last2=Peacock | first2=Andrew | title=The enigma of 'Aydhab: a medieval Islamic port on the Red Sea coast | journal=International Journal of Nautical Archaeology | volume=37 | pages=32–48 | year=2008 | doi=10.1111/j.1095-9270.2007.00172.x}}.
* {{cite journal | last=de Sacy | first=Silvestre | author-link=Silvestre de Sacy | year=1820 | title=Review of: De Mohamedde ebn Batuta Arabe Tingitano | journal=Journal des Savants | volume= | issue=15–25 | pages= | url=https://books.google.com/books?id=j9AdmLBARFcC&pg=PA15 | ref=harv}}
* {{cite journal | last=de Slane | first=Baron | year=1843a | title=Voyage dans la Soudan par Ibn Batouta | journal=Journal Asiatique | volume=1 | series=Series 4 | issue=March | pages=181–240 | language=French | url=http://gallica.bnf.fr/ark:/12148/bpt6k93141d/f193.image | ref=harv}}
* {{cite journal | last=de Slane | first=Baron | year=1843b | title=Lettre á M. Reinaud | journal=Journal Asiatique | volume=1 | series=Series 4 | issue=March | pages=241–246 | language=French | url=http://gallica.bnf.fr/ark:/12148/bpt6k93141d/f253.image | ref=harv}}
* {{cite book | last=de Slane | first=Baron | year=1883–1895 | title=Département des Manuscrits: Catalogue des manuscrits arabes | publisher=Bibliothèque nationale | place=Paris | language=French | url=http://gallica.bnf.fr/ark:/12148/bpt6k209467t | ref=harv}}
* {{cite book | last=Taeschner | first=Franz | year=1986 | origyear=1960 | chapter=Akhī | title=The Encyclopaedia of Islam. Volume 1: A-B | publisher=Brill | place=Leiden | pages=321–323 | url=https://archive.org/stream/EncyclopaediaDictionaryIslamMuslimWorldEtcGibbKramerScholars.13/01.EncycIslam.NewEdPrepNumLeadOrient.EdEdComCon.Gibb.Kramersetc.UndPatIUA.v1.A-B.PhotRepr.Leid.EJBrill.1960.1986.#page/n342/mode/1up | ref=harv}}
* {{citation | last=Yule | first=Henry | authorlink=Henry Yule | year=1916 | title=Cathay and the Way Thither (Volume 4) | contribution=IV. Ibn Battuta's travels in Bengal and China | publisher=Hakluyt Society | place=London | pages=1–106 | url= https://archive.org/stream/cathaywaythither04yule#page/n9/mode/2up}}. Includes the text of Ibn Battuta's account of his visit to China. The translation is from the French text of Defrémery & Sanguinetti (1858) Volume 4.
{{refend}}
 
{{Refbegin|40em}}
* {{cite journal | last=Chittick | first=H. Neville | year=1968 | title=Ibn Baṭṭūṭa and East Africa | journal=Journal de la Société des Africanistes | volume=38 | issue=2 | pages=239–241 | url=http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/jafr_0037-9166_1968_num_38_2_1485 }}
* {{ citation | last=Euben | first=Roxanne L. | year=2006 | title=Journeys to the Other Shore: Muslim and Western Travelers in Search of Knowledge | place=Princeton N.J. | publisher=Princeton University Press | isbn=978-069112721-7 | chapter=Ibn Battuta | pages=63–89 | ref=none }}
* {{citation | last=Ferrand | first=Gabriel | year=1913 | title=Relations de voyages et textes géographiques arabes, persans et turks relatifs à l'Extrème-Orient du 8e au 18e siècles (Volumes 1 and 2) | chapter=Ibn Batūtā | pages=426–437 | publisher=Ernest Laroux | place=Paris | language=French | url=https://archive.org/stream/relationsdevoyag1a2ferruoft#page/426/mode/2up | ref=none}}.
* {{citation | last=Gordon | first=Stewart | year=2008 | title=When Asia was the World: Traveling Merchants, Scholars, Warriors, and Monks who created the "Riches of the East"| publisher=Da Capo Press, Perseus Books | place=Philadelphia, PA. | isbn=0-306-81556-7| ref=none}}.
* {{citation | last=Harvey | first=L.P. | year=2007 | title=Ibn Battuta | publisher= I.B. Tauris | place=New York | isbn=978-184511-394-0 |ref=none}}.
* {{citation | last= Mackintosh-Smith | first=Tim | author-link = Tim Mackintosh-Smith | year=2002 | title= Travels with a Tangerine: A Journey in the Footnotes of Ibn Battutah | publisher=Picador | place=London | isbn=978-0-330-49114-3| ref=none }}.
* {{Citation
| author=Mackintosh-Smith, Tim (ed.)
Baris 376:
| isbn=0-330-41879-3
| ref=none }}. Contains an introduction by Mackintosh-Smith and then an abridged version (around 40 percent of the original) of the translation by H.A.R. Gibb and C.E. Beckingham (1958–1994).
* {{citation | last= Mackintosh-Smith | first=Tim | year=2005 | title= Hall of a Thousand Columns: Hindustan to Malabar with Ibn Battutah | publisher=John Murray | place=London | isbn=978-0-7195-6710-0 | ref=none}}.
* {{citation | last= Mackintosh-Smith | first=Tim | year=2010 | title= Landfalls: On the Edge of Islam with Ibn Battutah | publisher=John Murray | place=London | isbn=978-0-7195-6787-2 | ref=none}}.
* {{ cite book | last=Mžik | first=Hans von, ed. and trans. | year=1911 | title=Die Reise des Arabers Ibn Baṭūṭa durch Indien und China | place=Hamburg | publisher=Gutenberg | language=German | url=https://archive.org/stream/diereisedurchind00muam#page/2/mode/2up | oclc=470669765}}
* {{citation | last=Norris | first=H.T. | year=1994 | title=Ibn Baṭṭūṭa's journey in the north-eastern Balkans | journal=Journal of Islamic Studies | volume=5 | issue=2 | pages=209–220 | doi=10.1093/jis/5.2.209 | ref=none}}.
* {{citation
| last = Waines