Mardijkers: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wie146 (bicara | kontrib)
Wie146 (bicara | kontrib)
Baris 12:
Kaum mardiker ini merupakan salah satu penghuni awal loji VOC di Jaccatra ([[Jayakarta]]). Catatan VOC tahun 1618 menyebutkan sekitar 70 warga mardiker yang menyandang nama-nama Portugis telah berada di loji ini; kemungkinan berasal dari kapal-kapal Portugis yang berhasil dikalahkan atau dirampok ketika itu.<ref name=hendrik/>{{rp|32}} Ketika VOC merebut Melaka dari tangan Portugis di tahun 1641, tentaranya membawa pulang tawanan yang kebanyakan adalah kaum mardiker asal [[Bengali]] dan [[Koromandel]] yang menjadi milisi Portugis di Melaka. Para tawanan ini kemudian dijadikan budak-budak pekerja di Batavia, dan dilarang untuk melaksanakan ibadah agama Katolik yang dianutnya. Akan tetapi budak-budak ini dapat dibebaskan jika mau berpindah keyakinan menjadi Kristen [[Protestan]] sebagaimana orang Belanda.<ref name=ganp>{{aut|[[Victor Ganap|Ganap, V.]]}} (2013) [http://www.cavaquinhos.pt/en/CAVAQUINHO/Keroncong%20Indonesia%20History.htm "Krontjong Toegoe in Tugu Village: Generic Form of Indonesian Keroncong Music"]. E-Journal: ''Associação CULTURAL MUSEU CAVAQUINHO''.</ref>
 
Meskipun berkulit gelap sebagaimana umumnya orang [[Tamil]], kelompok mardiker ini memandang diri mereka sebagai orang Portugis. Selain beragama Nasrani, orang-orang mardiker membedakan diri dari warga etnis Asia yang lainnya dengan mengambil nama-nama Portugis atau Belanda untuk diri atau keturunan mereka,<ref name=hendrik/>{{rp|33}} menggunakan bahasa [[Kreol Portugis]]<ref>LIPI: [http://ipsk.lipi.go.id/index.php/kolom-peneliti/kolom-kemasyarakatan-dan-kebudayaan/417-punahnya-bahasa-kreol-portugis ''Punahnya bahasa Kreol-Portugis ...'']. Diakses 13/VII/2018</ref> atau Portugis pasar<ref name=hendrik/>{{rp|35}} dan berpakaian seperti orang [[Portugis]]. Puncak populasi kaum mardiker ini di masa penguasaan [[VOC]] adalah sekitar 7.500 orang, dan saat itu menjadi kelompok terbanyak di antara penutur bahasa Kreol Portugis di Batavia.<ref>{{aut|Byrne, J.}} (2011) "The Luso-Asians and other Eurasians: their domestic and diasphoric identities". <u>in</u> L. Jarnagin (Ed.) ''Portuguese and Luso-Asian Legacies in Southeast Asia, 1511-2011''. [https://books.google.co.id/books?id=-kloBwAAQBAJ&pg=PA136#v=onepage&q&f=false Vol. '''I''' The making of the Luso-Asian world: intricacies and engagement :136-7]. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies</ref>
 
Dengan meningkatnya keamanan lingkungan di wilayah ''[[Ommelanden]]'' (yaitu di luar benteng kota Batavia), para mardiker ini berangsur-angsur menyebar ke luar kota untuk mengelola lahan-lahan pertanian.<ref name=hendrik/>{{rp|34}} Jumlah kaum mardiker di dalam kota Batavia yang pada 1876 tercatat sebanyak 6.000 orang, lambat laun turun menjadi 2.000 orang di tahun 1685.<ref name=par>{{aut|[[Parakitri Tahi Simbolon|Simbolon, P.T.]]}} (2007) ''[[Menjadi Indonesia]]'' Cet. ke-3. Jakarta :Penerbit Kompas.</ref>{{rp|53}} Beberapa dari orang-orang mardiker ini berhasil dalam usahanya, memiliki lahan-lahan luas dan rumah yang bagus di tengah kebunnya di Ommelanden dan memperoleh kehormatan yang cukup tinggi di masyarakat.<ref name=hendrik/>{{rp|34}}