Salahuddin Ayyubi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lucky7tea (bicara | kontrib)
Membatalkan suntingan berniat baik oleh Lucky7tea (bicara): Tanpa sumber.\. (Twinkle ⛔)
Tag: Pembatalan
Baris 37:
 
== Naik ke kekuasaan ==
Di kemudian hari ShalahuddinSalahudin menjadi [[wazir]] pada 1169, dan menerima tugas sulit mempertahankan Mesir dari serangan Raja Latin [[Yerusalem]], khususnya [[Amalric I dari Yerusalem|Amalric I]]. Kedudukannya cukup sulit pada awalnya, sedikit orang yang beranggapan ia akan berada cukup lama di [[Mesir]] mengingat sebelumnya telah banyak terjadi pergantian pergantian kekuasaan dalam beberapa tahun terakhir disebabkan bentrok yang terjadi antar anak-anak [[Kalifah]] untuk posisi [[wazir]]. Sebagai pemimpin dari pasukan asing [[Suriah]], dia juga tidak memiliki kekuasaan atas pasukan [[Syi'ah]] [[Mesir]] yang masih berada di bawah [[Khalifah]] yang lemah, Al-Adid.
 
Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya, Shalahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader (Tentara Salib) dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Shalahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem (kerajaan singkat di Jerusalem selama Perang Salib) yang saat itu dipimpin oleh Raja Baldwin IV karena kesepakatan antara dua belah pihak. Mundurnya Salahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Châtillon pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem memprovokasi Muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur Laut Merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah.
 
Lebih buruk lagi Raynald yang ketika itu didukung oleh Guy of Lusignan yang merupakan Raja Yerusalem yang baru menggantikan Baldwin IV yang meninggal akibat lepra mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya Shalahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem pada tanggal 4 juli 1187 pada perang yang terkenal dengan nama ‘Battle of Hattin’. Pada pertempuran tersebut, pasukan Islam yang dipimpin langsung oleh Shalahuddin Al Ayyubi dapat mengalahkan Tentara Salib yang ketika itu dipimpin oleh Guy of Lusignan sekaligus mengeksekusi mati Raynald of Châtillon dan kemudian menangkap rajanya, Guy of Lusignan.
 
Setelah peristiwa tersebut, Shalahuddin al Ayyubi kemudian bergerak dengan cepat untuk menguasai daerah-daerah disekitar kerajaan Yerusalem. Beberapa bulan kemudian ia berhasil mengusai daerah-daerah tersebut, Shalahuddin yang akhirnya mencapai Kerajaan Yerusalem pada bulan September 1187 kemudian melakukan pengepungan Kerajaan Yerusalem yang ketika itu dipimpin oleh Balian of Ibelin. Serangan pertama ke tembok pertahanan Kerajaan Yerusalem dilakukan pada tanggal 21 September 1187 oleh pasukan Shalahuddin Al Ayyubi. Selama 12 hari, Kerajaan Yerusalem yang dikomandoi oleh Balian of Ibelin bertahan mati-matian terhadap serangan pasukan Islam. Hingga akhirnya pada tanggal 2 oktober 1187, Kerajaan Yerusalem akhirnya menyerah. Setelah sekian lama seluruh Yerusalem kembali ke tangan Muslim dan Kingdom of Jerusalem pun runtuh. Ketika pasukan Kristen itu akhirnya kalah, yang dilakukan Shalahuddin bukanlah menjadikan penduduk Nasrani budak-budak. Salahuddin malah membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam, meskipun dulu, di tahun 1099, ketika pasukan Tentara Salib dari Eropa merebut Yerusalem, 70 ribu orang Muslim di kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.
 
Jatuhnya Yerusalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa menggerakkan Perang Salib Ketiga atau Third Crusade. Perang Salib Ketiga ini menerjunkan Raja Richard Sang Hati Singa dari Inggris ke medan perang Battle of Arsuf. Shalahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Tentara Salib merasa bisa menjungkalkan kekuatan Shalahuddin. Dalam sejarah, Shalahuddin dikagumi ketika Raja Richard cedera, Shalahuddin mengiriminya buah pir yang segar dingin dalam salju dan juga seorang dokter di saat perang dimana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju dan terpercaya. Pada tanggal 1 September 1192 Salahuddin dan Raja Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, dimana Yerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun berikutnya Salahuddin meninggal dunia di Damaskus setelah Raja Richard kembali ke Inggris. Bahkan ketika rakyat membuka peti hartanya ternyata hartanya tak cukup untuk biaya pemakamannya karena hartanya banyak dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.
 
== Lihat pula ==