Kukang jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 54:
 
=== '''Berbisa''' ===
Kukang adalah satu-satunya primata berbisa<ref name=":0">{{Cite journal|last=Nekaris|first=K. Anne-Isola|last2=Moore|first2=Richard S.|last3=Rode|first3=E. Johanna|last4=Fry|first4=Bryan G.|date=2013-09-27|title=Mad, bad and dangerous to know: the biochemistry, ecology and evolution of slow loris venom|url=https://doi.org/10.1186/1678-9199-19-21|journal=Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases|volume=19|issue=1|pages=21|doi=10.1186/1678-9199-19-21|issn=1678-9199|pmc=PMC3852360|pmid=24074353}}</ref><ref>Ligabue-Braun R, Verli H, Carlini CR: Venomous mammals: a review. ''Toxicon'' 2012, 59(7–8):680–695.</ref>. Di kukangalam liar, gunakankukang menggunakan racun untuk kompetisi intraspecificintraspesifik<ref name=":0" />. Racun membantu perkelahiankukang dalam berkompetisi untuk mendapatkan makanan, makanandaerah kekuasaan, dan pasangan. KukangRacun kukang dapat menyebabkan luka bernanah, nekrosis dan merupakan penyebab utama kematian kukang di pusat penyelamatan dan kebun binatang<ref>{{Cite journal|last=Fuller|first=Grace|last2=Lukas|first2=Kristen E.|last3=Kuhar|first3=Christopher|last4=Dennis|first4=Patricia M.|date=2014-03-24|title=A retrospective review of mortality in lorises and pottos in North American zoos, 1980-2010|url=https://www.int-res.com/abstracts/esr/v23/n3/p205-217/|journal=Endangered Species Research|language=en|volume=23|issue=3|pages=205–217|doi=10.3354/esr00568|issn=1863-5407}}</ref>. Racun kukang terdiri dari cairan kelenjar brakial dan air liur - komponen ini dapat bertindak secara terpisah; atau dikombinasikan untuk menciptakan racun yang lebih kuat<ref>Hagey, L.R.; Fry, B.G.; Fitch-Snyder, H. (2007). "Chapter 12: Talking Defensively, a Dual Use for the Brachial Gland Exudate of Slow and Pygmy Lorises". In Gursky, S.L.; Nekaris, K.A.I. ''Primate Anti-Predator Strategies'' (PDF). New York: Springer. pp. 253–272. doi:10.1007/978-0-387-34810-0_12. ISBN 0-387-34807-7</ref>. Racun kukang dapat dibuktikan melalui anateispenelitin labratorilaboratorium, metodepengalaman etnoprimatologihnoprdari warga sekitar<ref name=":1">'''Gardiner''', M, Weldon, A, Poindexter, S, Gibson, N and Nekaris, K.A.I. (2018). ''Survey of practitioners handling slow lorises (Primates: Nycticebus): an assessment of the harmful effects of slow loris bites.'' The journal of venom research. Volume 8.</ref>, dan pengamatan perilaku ekologi sebagai zat berbahaya<ref>Alterman L: Toxins and toothcombs: potential allospecific chemical defense in Nycticebus and Perodicticus . In Creatures of the Dark. Edited by: Alterman L, Doyle G, Izard MK. New York: Springer; 413–424.</ref>. Dalam kukang liar tidak akan secara alami bersentuhan dengan manusia - perdagangan hewan peliharaan ilegal memaksa kontak semacam itu dan mempertaruhkan nyawa manusia<ref>Sanchez, K.L. (2008). "Indonesia's Slow Lorises Suffer in Trade" (PDF). ''IPPL News''. International Primate Protection League. '''35''' (2): 10. ISSN 1040-3027.</ref>. Kukang memiliki gigitan yang dapat membunuh manusia<ref>Gardiner, M., Nekaris, K.A.I. and Samuel, P., 2017, January. The Cytotoxic Effect of Slow Loris (Nycticebus) Venom on Human Cancer. In ''FOLIA PRIMATOLOGICA'' (Vol. 88, No. 2, pp. 171-171). ALLSCHWILERSTRASSE 10, CH-4009 BASEL, SWITZERLAND: KARGER.</ref>. Jika kukang menggigit manusia, ada berbagai komplikasi medis; yang paling parah termasuk syok anaphalacticanafilaktik yang mengancam jiwa dan kerusakancacat permanen<ref>Wilde H: Anaphylactic shock following bite by a slow loris, ''Nycticebus coucang'' . ''Am J Trop Med Hyg'' 1972, 21(5):592–594.</ref><ref name=":1" />; kematian telah dilaporkan<ref>'''Gardiner''', M, Weldon, A, Poindexter, S, Gibson, N and Nekaris, K.A.I. (2018). ''Survey of practitioners handling slow lorises (Primates: Nycticebus): an assessment of the harmful effects of slow loris bites.'' The journal of venom research. Volume 8.</ref>. Lories yang lambatKukang tetap beracun, dan berbahaya bahkan jika mereka tidak memiliki gigi.istribusi<ref name=":1" />
 
== Konservasi ==
Baris 63:
Jumlahnya masih menurun, terutama karena [[perburuan]]. Di Indonesia, kukang jawa kadang-kadang digunakan dalam [[obat tradisional|pengobatan tradisional]], karena mitos bahwa kukang jawa memiliki sifat magis dan kuratif, tetapi lebih sering dijual sebagai [[hewan peliharaan eksotis]].<ref name=IUCN/>{{Sfn|Nekaris|Shepherd|Starr|Nijman|2010|p=877}} Spesies ini mudah ditangkap karena gerakan lambat, kebiasaan nokturnal, dan kecenderungan untuk tidur di cabang terbuka. Mereka secara aktif dicari untuk perdagangan hewan peliharaan dan dikumpulkan secara oportunis ketika penebangan hutan. Habitatnya juga menurun, meskipun sebagian besar dari [[Pengrusakan habitat|hilangnya habitat]] terjadi pada pertengahan 1980-an.<ref name=IUCN/> Di jangkauannya, penggunaan lahan manusia intens.{{Sfn|Thorn|Nijman|Smith|Nekaris|2009|p=295}} [[Pemodelan relung lingkungan]] menunjukkan bahwa kukang jawa lebih terancam oleh kehilangan habitat dari spesies kukang lainnya.{{Sfn|Nekaris|Munds|2010|pp=383–384}} Untuk alasan ini, kukang jawa telah disertakan pada "[[25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia]]"<ref>Untuk alasan ini, kukang jawa telah disertakan pada "[[25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia]]" yang diterbitkan oleh [[IUCN Species Survival Commission#Primate Specialist Group|IUCN Species Survival Commission Primate Specialist Group]] (IUCN/SSC PSG), [[International Primatological Society]] (IPS), dan [[Conservation International]] (CI).</ref> yang diterbitkan oleh [[IUCN Species Survival Commission#Primate Specialist Group|IUCN Species Survival Commission Primate Specialist Group]] (IUCN/SSC PSG), [[International Primatological Society]] (IPS), dan [[Conservation International]] (CI).{{Sfn|Nekaris|Sanchez|Thorn|Winarti|2009|pp=44–46}}
 
Seiring dengan semua kukang lainnya, kukang jawa diangkat dari [[CITES#Appendix II|CITES Appendix II]] menjadi [[CITES#Appendix I|CITES Appendix I]] pada bulan Juni 2007, memberikan perlindungan meningkat dari perdagangan komersial.{{Sfn|McGreal|2007|p=15}} Kukang jawa juga dilindungi oleh hukum Indonesia, tetapi menurut peneliti loris Nekaris dan Jaffe, "penegakan hukum yang efektif sehubungan dengan undang-undang perlindungan satwa liar adalah semua tapi tidak ada di Indonesia".{{Sfn|Nekaris|Jaffe|2007|p=191}} Spesies dapat ditemukan di beberapa [[kawasan yang dilindungi]], namun jumlahnya tidak pasti. Koleksi tawanan kukang jawa dapat ditemukan di [[Praha]], Republik Ceko, [[Jakarta]], Indonesia, dan [[Singapura]].<ref name=IUCN/>. '''The Little Fireface Projec''t', yang dikepalai oleh Proffessor Anna Nekaris, adalah lembaga amal konservasi kukang yang berbasis di Jawa Barat. Proyek ini bertujuan untuk memaksamelestarikan kukang melalui pendidikan, pemberdayaan dan ekologi<ref>www.nocturama.org</ref>.
 
== Referensi ==