Amir Jabir al-Ahmad al-Jabir Al Sabah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 8:
Setelah [[Revolusi Islam]] di [[Iran]] dan demonstrasi di antara warga Syiah di Kuwait pada tahun [[1979]], Jabir lebih membatasi pada kebebasan pers. Setelah mengikuti perkembangan Majelis Nasional untuk merubah ([[1981]]) dan tidak mencapai kata sepakat atas hak-hak menanyakan kemampuan menteri sehingga majelis dibubarkan pada tahun [[1986]], Jabir tampil sebagai pemimpin yang menentukan.
 
Peraturan Jabir atas kejadian-kejadian dramatis banyak sekali, seperti perseteruan internal melalui demokratisasi masyarakat dan kebebasan pers, ekonomi yang tidak stabil, muncul demonstrasi sampai pada upaya pembunuhan terhadap diri sang Jabir. Tetapi, yang paling dramatis adalah serangan [[Irak]] tahun [[1990]]. Jabir keluar dari kepemimpinan kenegaraan pada periode [[2 Agustus]] [[1990]]-[[4 Maret]] [[1991]] (see: [[Alaa Hussein Ali]]). Ia diasingkan di [[Perang Teluk]]. Kepemimpinannya digantikan oleh Gubernur Irak [[Ali Hassan al-Majid]] sebagai Kepala Negara sementara.
 
Selama invasi Irak, dia mengungsi ke [[Arab Saudi]] dan mendirikan pemerintahan dalam pengasingan. Setelah Irak mundur pada [[Maret]] [[1991]], Jabir kembali ke Kuwait. Selama pengasingannya, ia memperoleh dukungan pemimpin oposisi untuk kembali pada perjanjiannya mengembalikan Majelis Nasional. Ini dilakukan pada tahun [[1992]].