Keraton Surakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Baris 34:
''Sasana Sumewa'' sendiri adalah bangunan yang berada di sebelah selatan pohon ''Waringin Gung'' dan ''Waringin Binatur''. Bangunan besar ini memiliki citra konstruksi atap kampung ''tridenta'' (atap kampung berjajar tiga dengan bagian tengah lebih kecil) yang disangga oleh kolom tembok persegi berjumlah 48 buah. Atap dan langit-langit bangunan ini terbuat dari bahan seng. Sedangkan lantai bangunan ini ditinggikan dan diplester. Sesuai dengan namanya (''pagelaran'' = area terbuka; ''sasana'' = tempat = rumah; ''sumewa'' = menghadap), fungsi ''Sasana Sumewa'' pada zaman dulu adalah sebagai tempat menghadap Pepatih Dalem, para Bupati, dan atau Bupati Anom kebawah golongan luar. Kegiatan menghadap Sri Sunan tersebut biasanya dilakukan pada saat-saat seperti hari besar ''Bagda Mulud'' (yang diselenggarakan tiga kali dalam setahun), ulang tahun Sri Sunan, peringatan naik tahta, dan sebagainya.
 
''Siti Hinggil'' merupakan suatu kompleks yang dibangun di atas tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya. Kompleks ini memiliki dua gerbang, satu disebelah utara yang disebut dengan ''Kori Wijil'' dan satu disebelah selatan yang disebut dengan ''Kori Renteng''. Pada salah satu anak tangga ''Siti Hinggil'' sebelahsisi utara terdapat sebuah batu yang dahulu digunakan sebagai tempat pemenggalan kepala [[Trunojoyo|Trunajaya]]para tersangka yang menerima hukuman mati, disebut dengan ''Sela Pamecat''.
 
Bangunan utama di kompleks ''Siti Hinggil'' adalah ''Sasana Sewayana'' yang digunakan para pembesar dalam menghadiri upacara kerajaan. Selain itu terdapat ''Bangsal Manguntur Tangkil''. Bangsal ini berfungsi sebagai tempat singgasana tahta Sri Sunan saat menerima para pimpinan. Kemudian di sebelah selatan terdapat ''Bangsal Witana'', tempat persemayaman pusaka kebesaran kerajaan selama berlangsungnya upacara. Bangsal yang terakhir ini memiliki suatu bangunan kecil di tengah-tengahnya yang disebut dengan ''Krobongan Bale Manguneng'', tempat persemayaman pusaka keraton ''Kangjeng Nyai Setomi'', sebuah meriam yang konon dirampas oleh tentara Mataram dari [[VOC]] saat menyerbu [[Jakarta|Batavia]]. Di sebelah timur ''Sasana Sewayana'' dan ''Witana'', terdapat dua bangunan bangsal, yaitu ''Bangsal Gandekan Tengen'' di bagian utara, dan ''Bangsal Angun-angun'' di bagian selatan. Sisi luar timur-selatan-barat kompleks ''Siti Hinggil'' merupakan jalan umum yang dapat dilalui oleh masyarakat yang disebut dengan ''Supit Urang'' (harfiah = capit udang).