Mahathir Mohamad: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
Pierrewee (bicara | kontrib)
Baris 119:
Pada awal masa pemerintahannya, suku Melayu mengalami kebangkitan Islam. Orang Melayu semakin taat dan konservatif. Setelah bergabung dengan koalisi UMNO tahun 1970-an, PAS mengambil sikap Islamis di bawah pimpinan sosok yang mengalahkan Mahathir dalam pemilu legislatif 1969, [[Yusof Rawa]]. Mahathir mencoba mengumpulkan dukungan masyarakat konservatif dengan mendirikan lembaga-lembaga Islam seperti [[International Islamic University of Malaysia]] yang memperkenalkan pendidikan Islam di bawah pengawasan pemerintah. Keputusannya membuat [[Anwar Ibrahim]], ketua [[Angkatan Belia Islam Malaysia]] (ABIM), bergabung dengan UMNO. Pemerintahan Mahathir mengambil tindakan keras terhadap pendukung Islamisme ekstrem. Ibrahim Libya, pemimpin Islamis populer, tewas dalam [[Insiden Memali|baku tembak polisi]] tahun 1985; [[Al-Arqam]], sebuah aliran Islam, dilarang berdiri dan ketuanya, [[Ashaari Mohammad]], ditangkap dan dijerat Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri.<ref>{{Harvnb|Milne & Mauzy|1999|pp=80–89}}</ref> Mahathir mengalahkan PAS pada pemilu 1986 dengan memenangi 83 dari 84 kursi; PAS hanya diwakili oleh satu anggota parlemen.<ref>{{Harvnb|Sankaran & Hamdan|1988|p=50}}</ref>
 
====Pelaksanaan kekuasaan (1987–901987–1990)====
Bayangan dominasi politik Mahathir usai pemilu 1986 tidak berlangsung lama. Pada tahun 1987, [[Tengku Razaleigh Hamzah]] menantang Mahathir dalam perebutan kursi presiden UMNO dan perdana menteri. Karier Razaleigh semakin memburuk di era Mahathir. Ia diturunkan dari Menteri Keuangan menjadi Menteri Perdagangan dan Industri. Razaleigh didukung oleh Musa yang setahun sebelumnya mundur dari jabatan wakil perdana menteri. Meski Musa dan Mahathir awalnya sekutu dekat, keduanya berselisih pada masa pemerintahan Mahathir. Musa mengklaim bahwa Mahathir tidak lagi memercayainya. Razaleigh dan Musa bertarung merebut jabatan presiden dan wakil presiden UMNO melawan Mahathir dan wakilnya yang baru, [[Ghafar Baba]]. Kedua pasangan ini masing-masing dikenal dengan sebutan Tim B dan Tim A. Tim A Mahathir didukung pers, sebagian besar pejabat tinggi partai, dan bahkan [[Iskandar dari Johor|Iskandar]], kini Raja Malaysia, tetapi beberapa tokoh penting seperti [[Abdullah Badawi]] mendukung Tim B. Dalam pemilu tanggal 24 April 1987, Tim A menang. Mahathir terpilih lagi dengan selisih kecil. Ia mendapat 761 suara delegasi partai, sedangkan Razaleigh mendapat 718. Ghafar mengalahkan Musa dengan selisih yang agak besar. Mahathir kemudian memecat tujuh pendukung Tim B dari kementeriannya, sedangkan Tim B menolak mengakui kekalahan dan mengajukan gugatan hukum. Pada Februari 1988, [[Pengadilan Tinggi Malaysia|Pengadilan Tinggi]] memutuskan bahwa UMNO adalah organisasi ilegal karena sebagian cabangnya tidak terdaftar secara resmi.<ref>{{Harvnb|Milne & Mauzy|1999|pp=40–43}}</ref><ref>{{cite news|url=https://select.nytimes.com/gst/abstract.html?res=FB071EFC3A580C748CDDAB0894D0484D81|title=Malay Party Ruled Illegal, Spurring Conflicts|last=Crossette|first=Barbara|date=7 February 1988|work=New York Times|accessdate=5 February 2011}}</ref> Setiap faksi berlomba mendaftarkan partai baru dengan nama UMNO. Kubu Mahathir berhasil mendaftarkan nama "UMNO Baru", sedangkan permohonan pendaftaran "UMNO Malaysia" oleh Tim B ditolak. UMNO Malaysia, di bawah kepemimpinan [[Tengku Razaleigh Hamzah]] dan didukung mantan PM Abdul Rahman dan Hussein, memutuskan mendirikan partai [[Semangat 46]].<ref>{{Harvnb|Milne & Mauzy|1999|pp=43–44}}</ref>