Kabupaten Tanah Laut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nasrie (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Nasrie (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Baris 42:
Selanjutnya pada tahun 1525 wilayah Tanah Laut menjadi bagian dari [[Kesultanan Banjar|Kerajaan Banjar]] dengan [[Suriansyah dari Banjar|Pangeran Samudra]] sebagai rajanya. Pada tahun 1526 Pangeran Samudra memeluk Islam, lalu mengganti namanya menjadi [[Suriansyah dari Banjar|Sultan Suriansyah]]. Banjar pun berubah menjadi [[kesultanan]].<ref name=":3" /> Tanah Laut menjadi salah satu wilayah teritorial Negara Agung [[kesultanan Banjar]] pada sekitar abad ke 15-17, terdiri dari:<ref name=":1">{{Cite book|title=Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar|last=Syahriansyah|first=|publisher=IAIN Antasari Press|year=2005|isbn=|location=Kota Banjarmasin|pages=|language=id}}</ref>
 
# Satui (sekarang wilayah Kabupaten Tanah Bumbu)
# Satui
# Tabanio
# Maluka
 
Baris 49:
 
==== Pengaruh Kolonial di Kesultanan Banjar ====
Pada tahun 1602 Kompeni [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] Belanda tiba di Nusantara.<ref name=":3" /> [[Hindia Belanda]]VOC mendirikan [[Benteng Tabanio]] di sekitar muara Sungai Tabanio sekitar tahun 1789,<ref name=":7" /> terkait dengan perjanjian antara Kesultanan Banjar semasa pemerintahan Pangeran Nata Dilaga dan Hindia BelandaVOC tanggal 6 Juli 1779, dimana VOC mendapatkan konsesi berupa monopoli atas perdagangan di Banjar serta berhak membangun sebuah benteng. Pemicu kehadiran Hindia BelandaVOC di Tanah Laut adalah potensi perkebunan lada dan perikanan di Tabanio serta tambang emas di Pelaihari.<ref name=":4">{{Cite news|url=https://patembayancitraleka.wordpress.com/2016/08/18/benteng-tabanio/|title=Benteng Tabanio|last=Cahyono|first=M. Dwi|date=2016|work=|newspaper=Patembayan Citralekha|language=id|access-date=|via=}}</ref> juga penguasaan terhadap rempah-rempah dan tambang batu bara yang ada di Banyu Irang.<ref name=":7" />
 
Pada tahun 1812, Gubernur Jenderal Inggris [[Thomas Stamford Raffles]] menunjuk [[Alexander Hare]] sebagai wakil Inggris di Kesultanan Banjar.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=z1hVAAAAcAAJ&dq=Almanak%20van%20Nederlandsch-Indi%C3%AB%20voor%20het%20jaar&hl=id&pg=PT53#v=onepage&q=borneo&f=false|title=Annual Directoey and Almanac|last=East Indian Company|first=|date=1816|publisher=A. M. Mubbard|year=|isbn=|location=Batavia|pages=|language=en}}</ref> Ia mendapatkan sebagian wilayah Tanah Laut tepatnya di [[Maluka]] (Maluka, Liang Anggang, Kurau, Pulau Lampai, dan Pulau Sari) dari Sultan Banjar dan membangun markas di sana sebagai basis kolonial Inggris di Kalimantan Selatan. Wilayah-wilayah ini disebut-sebut sebagai daerah kaya dengan batubara dan emas.<ref name=":sanusi">{{cite web|url= http://jejakrekam.com/2017/02/08/kemesraan-raffles-dan-hare-sang-penguasa-banjarmasin/ |last=Sanusi|first=Didi G.|publisher=|year=2017|title= Kemesraan Raffles Dan Hare, Sang Penguasa Banjarmasin|website= jejakrekam.com|pages=}}</ref><ref name=":3" /> Namun dalam perkembangannya Hare justru menjadikan tempat itu sebagai rumah pribadinya, di mana ia menghabiskan banyak waktunya hanya bersama para haremnya, tanpa mengurus pemerintahan Inggris yang telah diwakilkan padanya.<ref name=":3" />
Alexander Hare mendatangkan para buruh imigran penambang timah asal Pulau Bangka dan Belitung ke Tanah Banjar, termasuk Tanah Laut. Mereka dipekerjakan untuk menggarap areal tambang batubara dan emas yang sempat dikuasai Belanda. Kelak para imigran Tiongkok ini akhirnya dikenal sebagai [[Orang Cina Parit|Cina Parit]] di Kota Pelaihari.<ref name=":sanusi" /> Penguasaan Hare atas Maluka berlangsung sampai akhir 1816 yakni saat Inggris meninggalkan Banjarmasin.
 
Pada tahun 1823 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah [[Hindia Belanda]] dengan [[Sultan Adam]] yang salah satu isinya adalah menegaskan kembali wilayah yang berada di daerah Tanah Laut menjadi bagian di bawah pemerintahan langsung Hindia Belanda.<ref name=":1" />
 
Pihak Hindia Belanda menyebut wilayah di Tanah Laut dengan sebutan ''Landen Laut'' (negeri laut/darat laut/tanah laut) dan menjadikannya sebagai salah satu pintu gerbang/tol perdagangan di Kalimantan.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=9PxfAAAAcAAJ&pg=PA232&dq=landen+laut+besluit&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiS-sqRpavaAhUGYo8KHS3IDeYQ6AEIXDAH#v=onepage&q=landen%20laut%20besluit&f=false|title=Staatsblad van Nederlandsch Indie|last=Hindia Belanda|first=|date=1839|publisher=Ter Drukkerij van A. D. Schingkel|year=|isbn=|location='s-Gravenhage|pages=232|language=nl}}</ref> Sekitar tahun 1842 Tabanio menjadi salah satu pos utama Belanda sebagai bagian dari ''zuid en oostkust van borneo''/wilayah Pantai Selatan dan Timur Borneo yang berpusat di Banjarmasin. Pos ini dipegang oleh J. F. Mallien.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=31RVAAAAcAAJ&dq=Tabcnio&q=Tabcnio+#v=onepage&q=Tabcnio&f=false|title=Almanak en Naamregister van Nederlandsch-Indië|last=Hindia Belanda|first=|date=1842|publisher=Landsdrukkerij|year=|isbn=|volume=15|location=Batavia|pages=67|language=nl}}</ref>
 
Tahun 1843 Tabanio dijadikan ''Afdeeling Tabenio'' di bawah wilayah Pantai Selatan dan Timur Borneo. [[Afdeling]] ini dipegang oleh J. F. Mallien sebagai ''Posthouder der Landen Laut''/Pemegang Pos Tanah Laut dengan Kiai Jaija Negara sebagai petinggi dari pribumi dan di wilayah ''Plearie'' (Pelaihari) saat itu memiliki seorang petinggi cina/[[kapitan cina]] Tjong Liangseng.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=C1VVAAAAcAAJ&dq=Tabmio&q=Tabmio+#v=snippet&q=Tabmio&f=false|title=Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indië|last=Hindia Belanda|first=|date=1843|publisher=Landsdrukkerij|year=|isbn=|volume=16|location=Batavia|page=72|pages=|language=nl}}</ref>