Suku Rejang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 34:
==Budaya==
 
===Bahasa, Sastra, dan SastraAksara===
== ==Bahasa ====
{{utama|Bahasa Rejang}}
Suku Rejang memiliki bahasa dengan nama yang sama. Bahasa Rejang adalah bahasa utama yang dituturkan di rumah atau lingkungan keluarga besar. Sementara di tempat umum atau ketika berkomunikasi dengan masyarakat non-Rejang, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Bengkulu. Melayu Bengkulu saat ini dipandang sebagai ''lingua franca'' yang memperlancar komunikasi antara orang asli (Rejang) dengan masyarakat pendatang. Melayu Bengkulu merupakan varian bahasa Melayu yang memiliki penutur di Provinsi Bengkulu. Bahasa Melayu Bengkulu dikenal karena memiliki kemiripan dengan [[Bahasa Minangkabau]] dan Melayu Palembang.
 
Menurut beberapa penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Prof. Richard McGinn dari Universitas Ohio, ahli bahasa Austronesia tersebut mengajukan hipotesis atau teori bahwa masyarakat Rejang berasal dari luar Sumatera dan berpindah ke sana untuk alasan yang belum diketahui. [[Sarawak]] adalah daerah yang disebut sebagai tanah asal orang Rejang sebelum berpindah ke Sumatera. Bahasa Rejang menurut Prof. McGinn tidak memiliki satupun kerabat bahasa di Sumatera. Berdasarkan penelitiannya, kerabat bahasa Rejang yang paling dekat yakni bahasa Bukar-Sadong di Sarawak yang tergolong sebagai masyarakat [[Suku Dayak Bidayuh|Bidayuh]] atau dulu dikenal sebagai ''Dayak Darat''.
 
Sebagai anggota dari Keluarga [[Rumpun bahasa Austronesia|Bahasa-bahasa Austronesia]], bahasa ini memiliki sejumlah persamaan kosakata dengan bahasa-bahasa daerah yang berlainan dan berjauhan letaknya di Indonesia. Kata ''tun'' yang berarti orang dalam bahasa Rejang memiliki padanan berupa ''to-ono'' dan ''tou'' masing-masing dari bahasa Minahasa dan bahasa Tolaki. Selanjutnya, kata ''nopoe'' yang berarti ular dalam bahasa Rejang dialek Kepahiang memiliki padanan berupa ''nipa'' dalam bahasa-bahasa Flores. Dan kata ''nangai'' yang bermakna muara memiiki padanan kata berupa ''nanga'' dalam bahasa-bahasa di Kalimantan Barat.
 
Bahasa Rejang memiliki lima dialek yang memiliki variasi atau perbedaan antar satu dialek dengan dialek lainnya dengan derajat yang berbeda-beda. Empat dari lima dialek dituturkan di wiayah Provinsi Bengkulu. Satu dialek lagi dituturkan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Kelima dialek tersebut ialah sebagai berikut.
* Dialak Musi (Musai), dituturkan di sepanjang hulu aliran Sungai Musi di Kabupaten Rejang Lebong, sebagian Kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagian Kabupaten Kepahiang terutama daerah Merigi dan Ujan Mas.
* Dialek Kebanagung (Kɕbanangung), dituturkan di sebagian Kabupaten Kepahiang terutama daerah Tebat Karai dan Bermani Ilir. Dialek Kebanagung banyak terpapar pengaruh dari bahasa Lintang atau Besemah.
* Dialek Pesisir (Pɕseser), dituturkan di sebagian Kabupaten Bengkulu Tengah seperti Pondok Kelapa dan wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.
* Dialek Lebong (Lɕbong), dituturkan di Kabupaten Lebong. Dialek ini dianggap sebagai dialek standard bahasa Rejang.
* Dialek Rawas (Awɕs), dituturkan di hulu Sungai Rawas di Kabupaten Musi Rawas Utara. Dialek ini dianggap sebagai dialek proto atau dialek tertua dari bahasa Rejang dan menurut Prof. McGinn berfungsi sebagai alat bantu rekonstruksi bahasa Rejang Purba.
 
Penutur dialek Rejang yang satu dengan yang lain sebenarnya dapat saling mengerti dengan tingkat pemahaman mencapai di atas 80%, terkecuali Dialek Rawas. Dialek Rawas hampir tidak dapat dikenali apabila diperdengarkan kepada penutur dialek-dialek yang lain.
 
====Sastra====
 
====Aksara====
Sebelum abad ke-20, masyarakat Rejang masih menulis surat-surat resmi dalam aksara sendiri yang dinamakan [[Aksara Rejang|Buak Rikung]]. Aksara Rikung sendiri pada masa kini lebih dikenal sebagai Huruf Kaganga dan diajarkan di sekolah-sekolah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Bengkulu Utara. Aksara ini berjenis abugida dan merupakan turunan dari aksara-aksara India. Ciri terutama aksara tersebut adalah garis-garis yang tajam dan tegas, berkebalikan dengan aksara Jawa atau Bali yang bergelombang. Evolusi aksara Rejang menuju bentuk garis yang tajam, lurus, dan tegas disebut-sebut sebagai adaptasi atas usaha menulis di atas kayu, bambu, dan tulang. Pada bahan dengan permukaan keras, garis melengkung sangat susah dibuat dan hasilnya, garis-garis melengkung berevolusi menjadi garis yang tajam dan lurus.
 
Istilah ''rikung'' dalam bahasa Rejang dapat bermakna sabit untuk memotong rumput dan atau sudut siku-siku. Menurut cerita, aksara Rejang awalnya ditulis dengan alat-alat yang tajam termasuk sabit yang menghasilkan garis-garis tajam. Menurut cerita yang lain pula, aksara Rejang disebut ''rikung'' karena sudutnya siku-siku. Aksara Rejang memiliki 18 buah konsonan utama (''Buak Tu'ai''), 1 buah vokal nyata (tergolong ''Buak Tu'ai''), dan 6 buah konsonan ganda (''Buak Ngimbang''), totalnya terdapat 25 buah huruf. 25 buah huruf ini diberikan tanda diakritik baik tunggal maupun ganda untuk menghasilkan bunyi selain a serta menghasilkan diftong.
 
===Agama dan Kepercayaan===
Baris 73 ⟶ 96:
 
===Seni Pertunjukan===
 
== Budaya ==
{{utama|Budaya Rejang}}
Suku Rejang memiliki [[budaya]],
[[tradisi]], dan [[adat istiadat]] yang diberlakukan di wilayah Rejang yang sekarang menjadi [[Kabupaten Kepahiang]], [[Kabupaten Lebong]], [[Kabupaten Bengkulu Tengah]], [[Kabupaten Rejang Lebong]], [[Kabupaten Bengkulu Utara]], dan [[Kabupaten Rejang Lebong]].
 
== Bahasa ==
{{utama|Bahasa Rejang}}
Suku Rejang memiliki bahasa dengan nama yang sama. Bahasa Rejang adalah bahasa utama yang dituturkan di rumah atau lingkungan keluarga besar. Sementara di tempat umum atau ketika berkomunikasi dengan masyarakat non-Rejang, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Bengkulu. Melayu Bengkulu saat ini dipandang sebagai ''lingua franca'' yang memperlancar komunikasi antara orang asli (Rejang) dengan masyarakat pendatang. Melayu Bengkulu merupakan varian bahasa Melayu yang memiliki penutur di Provinsi Bengkulu. Bahasa Melayu Bengkulu dikenal karena memiliki kemiripan dengan [[Bahasa Minangkabau]] dan Melayu Palembang.
 
Menurut beberapa penelitian dan kajian yang dilakukan oleh Prof. Richard McGinn dari Universitas Ohio, ahli bahasa Austronesia tersebut mengajukan hipotesis atau teori bahwa masyarakat Rejang berasal dari luar Sumatera dan berpindah ke sana untuk alasan yang belum diketahui. [[Sarawak]] adalah daerah yang disebut sebagai tanah asal orang Rejang sebelum berpindah ke Sumatera. Bahasa Rejang menurut Prof. McGinn tidak memiliki satupun kerabat bahasa di Sumatera. Berdasarkan penelitiannya, kerabat bahasa Rejang yang paling dekat yakni bahasa Bukar-Sadong di Sarawak yang tergolong sebagai masyarakat [[Suku Dayak Bidayuh|Bidayuh]] atau dulu dikenal sebagai ''Dayak Darat''.
 
Sebagai anggota dari Keluarga [[Rumpun bahasa Austronesia|Bahasa-bahasa Austronesia]], bahasa ini memiliki sejumlah persamaan kosakata dengan bahasa-bahasa daerah yang berlainan dan berjauhan letaknya di Indonesia. Kata ''tun'' yang berarti orang dalam bahasa Rejang memiliki padanan berupa ''to-ono'' dan ''tou'' masing-masing dari bahasa Minahasa dan bahasa Tolaki. Selanjutnya, kata ''nopoe'' yang berarti ular dalam bahasa Rejang dialek Kepahiang memiliki padanan berupa ''nipa'' dalam bahasa-bahasa Flores. Dan kata ''nangai'' yang bermakna muara memiiki padanan kata berupa ''nanga'' dalam bahasa-bahasa di Kalimantan Barat.
 
Bahasa Rejang memiliki lima dialek yang memiliki variasi atau perbedaan antar satu dialek dengan dialek lainnya dengan derajat yang berbeda-beda. Empat dari lima dialek dituturkan di wiayah Provinsi Bengkulu. Satu dialek lagi dituturkan di Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan. Kelima dialek tersebut ialah sebagai berikut.
* Dialak Musi (Musai), dituturkan di sepanjang hulu aliran Sungai Musi di Kabupaten Rejang Lebong, sebagian Kabupaten Bengkulu Utara, dan sebagian Kabupaten Kepahiang terutama daerah Merigi dan Ujan Mas.
* Dialek Kebanagung (Kɕbanangung), dituturkan di sebagian Kabupaten Kepahiang terutama daerah Tebat Karai dan Bermani Ilir. Dialek Kebanagung banyak terpapar pengaruh dari bahasa Lintang atau Besemah.
* Dialek Pesisir (Pɕseser), dituturkan di sebagian Kabupaten Bengkulu Tengah seperti Pondok Kelapa dan wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.
* Dialek Lebong (Lɕbong), dituturkan di Kabupaten Lebong. Dialek ini dianggap sebagai dialek standard bahasa Rejang.
* Dialek Rawas (Awɕs), dituturkan di hulu Sungai Rawas di Kabupaten Musi Rawas Utara. Dialek ini dianggap sebagai dialek proto atau dialek tertua dari bahasa Rejang dan menurut Prof. McGinn berfungsi sebagai alat bantu rekonstruksi bahasa Rejang Purba.
 
Penutur dialek Rejang yang satu dengan yang lain sebenarnya dapat saling mengerti dengan tingkat pemahaman mencapai di atas 80%, terkecuali Dialek Rawas. Dialek Rawas hampir tidak dapat dikenali apabila diperdengarkan kepada penutur dialek-dialek yang lain.
 
==Lihat pula==