Bhumibol Adulyadej: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Beatbo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
halaman tidak butul
Baris 48:
Sebenarnya, raja enggan memasuki koridor politik. Tetapi, ketika menyangkut kehidupan rakyat banyak, ia tak bisa tinggal diam. Tahun [[1973]], secara jelas, ia menghendaki Marsekal [[Thanom Kittikachorn]] mundur dari rezim militer dan membentuk pemerintahan demokrasi. Menyusul [[kudeta]] tahun [[1991]], raja kemudian mendesak rezim militer pimpinan Jenderal [[Suchinda Kraprayoon]] mengadakan pemilu. Rakyat marah karena partai pemenang pemilu tahun [[1992]] menempatkan Jenderal Suchinda sebagai [[perdana menteri]].
 
Raja memanggil Jenderal Suchinda dan Mayjen [[Chamlong Srimuang]] yang pro-demokrasi. Kedua jenderal menghadap raja sambil berlutut. Raja hanya minta agar demokrasi ditegakkan. Sejak itu, kudeta militer menjadi tabu. Pada ulang tahunnya yang ke-78 pada tahun [[2005]], raja mengkritik Perdana Menteri [[Thaksin Shinawatra]] agar bersedia menerima kritik karena itu adalah konsekuensi sebagai [[pemimpin]].
 
"Jika Anda berpikir dia bertakhta untuk kekuasaan, Anda salah," demikian komentar umum tentang Raja Bumibol di Thailand dalam rangka Peringatan 50 Tahun Raja Bhumibol bertakhta pada tahun 1996 lalu.<ref>{{cite web |date=21 September 2003|url=http://www.unisosdem.org/ekopol_detail.php?aid=2709&coid=2&caid=19|title=Thailand Mendalami Proyek Kerakyatan |accessdate=2009-12-20}}</ref>