Bungaya, Bebandem, Karangasem: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Angayubagia (bicara | kontrib) update infobox dan menambahkan referensi Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 1:
{{
|
|
|
| provinsi = Bali
| dati2 = Kabupaten
| nama dati2 = Karangasem
| kecamatan = Bebandem
| nama pemimpin = I Gede Arta Astawa, SH.<ref>http://v2.karangasemkab.go.id/assets/download/Data%20Desa%20&%20Lurah_225232.pdf</reF>
|
|penduduk = 4.354 jiwa <ref>[http://www.bps.go.id/website/fileMenu/Penduduk-Indonesia-Menurut-Desa-2010.pdf Penduduk Indonesia Menurut Desa - 2010], hal 1390</ref>▼
| penduduk = 5.200 jiwa (2016)<ref>[https://karangasemkab.bps.go.id/publication/2017/09/20/d5809fdc03edd29cac350149/kecamatan-bebandem-dalam-angka-2017.html Kecamatan Bebandem dalam angka 2017], hal 42</ref>
▲
▲|RT =
|
|
|
| KK = 3.021 KK<ref>[http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Prodeskel Binapemdes Kemendagri]</ref>
|
| situs web =
}}
'''Desa Bungaya''' merupakan salah satu dari dari Desa yang terletak di [[Bebandem, Karangasem|Kecamatan Bebandem]],
== Sejarah Desa ==
Desa Bungaya bersama dengan Desa Bungaya Kangin adalah salah satu desa tua di Bali. Desa adat ini terdiri atas
Bukti Desa Adat Bungaya sebagai desa tua dapat dilihat dari tatanan kehidupan adat-istiadatnya sangat melekat sampai sekarang, di antaranya, adanya peninggalan sejarah berupa instrumen Selonding atau dapat disebut palinggih Ida Batara Bagus Selonding yang berasal dari zaman kerajaan Raja Bali lebih kurang abad ke-10 yaitu pada pemerintahan Sri Wira Dalem Kesari dengan Pemerajan Selondingnya di Besakih. Secara autentik, sejarah desa bungaya sulit dipecahkan dikarenakan prasasti desa bungaya telah lama sirna akibat pengaruh kekuasaan politik di jaman Raja Karangasem, dikisahkan kembali oleh Gede Wayan Tamu dan Penyarikan Desa, De Salah Darmana, bahwa Ki Bendesa Bungaya yang dijabat oleh De Kabayan Sakti (I Gusti Ngurah Kubayan Bungaya) dianggap congah/congkak (durhaka) pada raja saat membawa bawaan ke Puri Karangasem, akibatnya Prasasti Desa Bungaya diamankan oleh pihak istana dan dibawa ke Lombok oleh seorang bendega kapal menggunakan kapal dagang cina waktu itu, di tengah perjalanan kapal dihadang gelombang besar dan angin kencang yang diyakini amembawa pusaka keramat yang dititipkan oleh Raja Karangasem. Ketika akhirnya perahu tersebut terdampar di Tulamben maka ditaruhlah pusaka titipan raja tersebut di cabang pohon jarak. Setelah itu ia melanjutkan kembali perjalanan dengan lancar ke Lombok dan pulau Jawa. Prasasti titipan raja tadi kemudian ditemukan dan diambil oleh seorang penggembala sapi dan diberikan ke Bendesa Tulamben, sejak saat itu keluarga dari bendesa ini menjadi sering tertimpa musibah dan sakit-sakitan, dak karena hal inilah kemudian prasasti ini diberikan pada teman baiknya bernama Pasek Sri Bubun (Bendesa Songan).
Kemudian ada pula yang menyebutkan pernyataan Dalem De Made (Raja Gelgel 1665-1686) kepada I Gusti Ketut Alit Ngurah Bungaya (Pemimpin Desa Adat Bungaya) yang meminta agar dicarikan nyuh aya (kelapa besar), dan setelah dapat dan diperlihatkan kepada Dalem De Made maka raja pun tatkala melihatnya sembari bersabda:▼
▲
''“Ah, ih, iki ngaran nyuh aya, ah jati sajan madan nyuh aya jati nyuh ngaran nyah, aya ngaran agung”''. Dan setelah diteliti secara morfologi sebutan kata “nyuh aya” menjadi Nyah Aya (Keturunan Orang Besar).▼
▲''
Tinjauan secara etimologi, Bungaya berasal dari ''Bung'' dan ''Aya'', ''Bung/Bong/Wong'' yang berarti orang dan ''Aya'' berarti besar. Jadi sebutan semula Desa Bungaya adalah Nyuh Aya/ Nyah Aya kemudian menjadi Bungaya/Bongaya yang artinya keturunan orang besar, ada juga yang mengkonotasikan Bungaya menjadi ''Bungahya/Bunga Aya'' yang menjadi simbolis dari keramahtamahan penduduk serta kecantikan dan kemolekan para gadis (daha) dengan tari rejangnya. Pada masa kepemimpinan I Gusti Ketut Alit Ngurah Bungaya, Desa Bungaya mencapai puncak keemasan dan beliau juga yang mengadakan ''piodalan'' (upacara) desa yakni Usaba Gede yang kini disebut Usaba Dangsil.▼
▲Tinjauan secara etimologi, Bungaya berasal dari ''Bung'' dan ''Aya'', ''Bung/Bong/Wong'' yang berarti orang dan ''Aya'' berarti besar. Jadi sebutan semula Desa Bungaya adalah Nyuh Aya/ Nyah Aya kemudian menjadi Bungaya/Bongaya yang artinya keturunan orang besar, ada juga yang mengkonotasikan Bungaya menjadi ''Bungahya/Bunga Aya'' yang menjadi simbolis dari keramahtamahan penduduk serta kecantikan dan kemolekan para gadis (daha) dengan tari rejangnya. Pada masa kepemimpinan I Gusti Ketut Alit Ngurah Bungaya, Desa Bungaya mencapai puncak keemasan dan beliau juga yang mengadakan ''piodalan'' (upacara) desa yakni Usaba Gede yang kini disebut Usaba Dangsil.<ref>http://www.bungayakangin.desa.id/sejarah-desa.php</ref>
== Penduduk ==
Penduduk desa Bungaya sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 2.663 laki-laki dan 2.537 perempuan dengan [[Sex ratio manusia|sex ratio]] 105.<ref>[https://karangasemkab.bps.go.id/publication/2017/09/20/d5809fdc03edd29cac350149/kecamatan-bebandem-dalam-angka-2017.html Kecamatan Bebandem dalam angka 2017], hal 34</ref>
== Referensi ==
Baris 34 ⟶ 40:
== Pranala Luar ==
* {{id}} https://karangasemkab.bps.go.id/publication.html
* {{id}} http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/
{{Bebandem, Karangasem}}
{{Kabupaten Karangasem}}
{{
{{Desa-stub}}
|