Piagam Jakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
artikel vital, jangan dihapus
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
Com
{{rapikan}}
Dokumen historis berupa kompromi antara pihak Islam dan pihak kebangsaan dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk menjembatani perbedaan dalam agama dan negara. Nama lainnya adalah "Jakarta Charter". Piagam Jakarta merupakan piagam atau naskah yang disusun dalam rapat [[Panitia Sembilan]] atau 9 tokoh Indonesia pada tanggal [[22 Juni]] [[1945]].
 
BPUPKI dibentuk 29 April 1945 sebagai realisasi janji Jepang untuk memberi kemerdekaan pada Indonesia. Anggotanya dilantik 28 Mei 1945 dan persidangan pertama dilakukan keesokan harinya sampai dengan 1 Juni 1945. Sesudah itu dibentuk panitia kecil (9 orang) untuk merumuskan gagasan-gagasan tentang dasar-dasar negara yang dilontarkan oleh 3 pembicara pada persidangan pertama. Dalam masa reses terbentuk Panitia Sembilan. Panitia ini menyusun naskah yang semula dimaksudkan sebagai teks proklamasi kemerdekaan, namun akhirnya dijadikan Pembukaan atau Mukadimah dalam UUD 1945. Naskah inilah yang disebut Piagam Jakarta.
 
Piagam Jakarta berisi garis-garis pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan fasisme, serta memulai dasar pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua dari Piagam Perdamaian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15 Agustus 1945) itu merupakan sumber berdaulat yang memancarkan Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Republik Indonesia.
 
Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan UUD 1945.
 
{{cquote|
<poem>
Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itoe ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itoe maka pendjadjahan di atas doenia haroes dihapoeskan, karena tidak sesoeai dengan peri-kemanoesiaan dan peri-keadilan.
 
Dan perdjoeangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat jang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan Rakjat Indonesia ke-depan pintoe-gerbang Negara Indonesia, jang merdeka, bersatoe, berdaulat, adil dan makmoer.
 
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan kebangsaan jang bebas, maka Rakjat Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaannja.
 
Kemoedian daripada itoe, oentoek membentoek soeatoe Pemerintah Negara Indonesia jang melindoengi segenap Bangsa Indonesia dan seloeroeh toempah darah Indonesia, dan oentoek memadjoekan kesedjahteraan oemoem, mentjerdaskan kehidoepan bangsa, dan ikoet melaksanakan ketertiban doenia jang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disoesoenlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itoe dalam suatu Hoekoem Dasar Negara Indonesia, jang terbentoek dalam soeatoe soesoenan negara Repoeblik Indonesia jang berkedaaulatan Rakjat, dengan berdasar kepada:
 
#Ketoehanan, dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja
#Kemanoesiaan jang adil dan beradab
#Persatoean Indonesia
#Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjawaratan/perwakilan
#Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
 
Djakarta, 22-6-1945
 
Panitia Sembilan
 
#[[Ir. Soekarno]]
#[[Drs. Mohammad Hatta]]
#Mr [[A.A. Maramis]]
#[[Abikoesno Tjokrosoejoso]]
#[[Abdoel Kahar Moezakir]]
#[[Haji|H.]] [[Agoes Salim]]
#Mr [[Achmad Soebardjo]]
#[[Wahid Hasjim]]
#Mr [[Moehammad Yamin]].
 
</poem>
|Bahasa=Ejaan van Ophuijsen}}
 
 
Pada saat penyusunan UUD pada Sidang Kedua [[BPUPKI]], Piagam Jakarta dijadikan '''Muqaddimah''' (''[[preambule]]''). Selanjutnya pada pengesahan [[UUD 45]] 18 Agustus 1945 oleh [[PPKI]], istilah Muqaddimah diubah menjadi '''Pembukaan UUD'''. Butir pertama yang berisi kewajiban menjalankan [[Syariat Islam]] bagi pemeluknya, diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa oleh Drs. M. [[Hatta]] atas usul [[A.A. Maramis]] setelah berkonsultasi dengan [[Teuku Mohammad Hasan|Teuku Muhammad Hassan]], [[Kasman Singodimedjo]] dan [[Ki Bagus Hadikusumo]].
 
Naskah Piagam Jakarta ditulis dengan menggunakan [[ejaan Republik]] dan ditandatangani oleh [[Ir. Soekarno]], [[Mohammad Hatta]], [[A.A. Maramis]], [[Abikoesno Tjokrosoejoso]], [[Abdul Kahar Muzakir]], [[Agus Salim|H.A. Salim]], [[Achmad Subardjo]], K. H. [[Wahid Hasjim]], dan [[Muhammad Yamin]].
 
==== Perkembangan Piagam Jakarta Selanjutnya ====