Teknologi biomedis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Menambahkan tag <references /> yang hilang
fakta unair buka prodi teknobiomedik pertama di universitas negeri
Baris 47:
Teknologi Biomedis (TB) mulai diperkenalkan ke dalam sistem pendidikan Amerika di akhir tahun 50-an. Semenjak itu, perkembangan TB sangat pesat bukan hanya di Amerika, namun juga di berbagai institusi pendidikan papan atas di hampir seluruh dunia (Harris, Bransford, & Brophy, 2002). Di Indonesia, eksistensi bidang ini sebagai sebagai sebuah disiplin keilmuan baru dimulai setidaknya sejak 1967, ketika Kementrian Kesehatan mendirikan Akademi Teknik Rontgen (ATRO), saat ini berubah nama menjadi Politeknik Kesehatakan Jakarta II di Jakarta("Sejarah Teknik Elektromedik," 2015). Tujuan utama didirikannya sekolah tinggi ini adalah untuk menyediakan dukungan teknis[[:Berkas:///C:/Users/iMac i7/Dropbox/AKADEMIS/MEdical Device/AIPPSA/Teknologi Biomedis di Indonesia - Revisi 1.docx# ftn2|[2]]] – dalam hal ini pemeliharaan peralatan medis yang tersebar di seluruh rumah sakit di Indonesia.
 
Di tingkat Universitas (yang berada di bawah di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan), TB mulai diperkenalkan pada tahun 1998. Institute Teknologi Bandung (ITB) merupakan institusi di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pertama yang menawarkan TB sebagai konsentrasi studi pasca sarjana (S2) di bawah jurusan Teknik Elektronika ("Bidang Keilmuan KK," 2015). Tidak lama berselang – tepatnya pada tahun 2000 – sebuah Universitas swasta, Swiss Germany University (SGU) berdiri di Serpong, Tangerang dan menawarkan jurusan Biomedical Engineering pada tingkat sarjana (S1). Di tahun 2007, Universitas Indonesia membuka jurusan yang sama, Pasca Sarjana Teknologi Biomedis.

Di tahun 2008, Universitas Airlangga, Surabaya membuka program studi S1 Teknobiomedik setelah terlebih dahulu membuka jalur S2 Teknobiomedik. Hal ini pun mengukuhkan UNAIR sebagai universitas negeri pertama yang membuka jalur sarjana. Pada tahun ini pula, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) memperkenalkan jurusan Teknik Biomedika sebagai jurusan mandiri pada level strata 1 (undergraduate) – merupakan jurusan sarjana Teknik Biomedika yang pertama di Indonesia ("ITS Buka Jurusan Biomedical Engineering Pertama di Indonesia," 2007). Di ITB, teknik biomedis dikelola oleh Kelompok Keahlian Biomedical Engineering (KK-BME) dan menjadi bagian dari Sekolah Tinggi Teknik Elektro dan Informatika (STEI ITB)("Bidang Keilmuan KK," 2015). Selain itu, beberapa universitas besar sedang dalam proses pengembangan – dalam tahap persiapan maupun telah menawarkan TB sebagai konsentrasi studi ataupun pada jenjang S2; Univeritas Gadjah Mada menawarkan konsentrasi studi ''Biomedical Engineering'' dengan titik berat Biomaterial. Ke depan, jumlah universitas yang manawarkan TB sebagai jurusan mandiri diyakini akan terus meningkat.
 
Jika dilihat dari trend di atas, terlihat bahwa periode tahun 2000-an merupakan ''turning point'' bagi ‘diterimanya’ TB sebagai disiplin ilmu yang potensial pada perguruan tinggi ‘umum’[[:Berkas:///C:/Users/iMac i7/Dropbox/AKADEMIS/MEdical Device/AIPPSA/Teknologi Biomedis di Indonesia - Revisi 1.docx# ftn3|[3]]]. Sebagaimana halnya yang terjadi di Jerman dan Amerika bahwa universitas mempunyai peran vital dalam pengembangan bidang TB, perkenalan TB pada pendidikan tinggi di Indonesia diharapkan mampu memberikan peran substantif pada perkembangan industri TB di tanah air. Namun demikian, perlu adanya kesatuan pandangan dan koordinasi arah riset antar universitas, yang masih sporadis dan tumpang tindih.