Harem: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 81:
 
Di Asia Timur, ibu suri menjadi wanita harem dengan kemungkinan paling besar untuk terlibat dalam pemerintahan. Sebagai ibu dari kaisar atau raja, ibu suri menjadi pihak paling berhak untuk memegang kendali negara bila raja atau kaisar tidak dapat melakukannya sebagaimana yang seharusnya. Meski begitu, tidak jarang pula permaisuri atau para selir turut andil dalam pemerintahan. Beberapa yang termasuk dalam jajaran wanita paling berpengaruh dalam sejarah Tiongkok adalah [[Cixi]] dan [[Wu Zetian]]. Cixi mulai melebarkan pengaruhnya dalam pemerintahan semenjak hari-hari awal anaknya, [[Kaisar Tongzhi|Tongzhi]], menjadi kaisar. Kegemilangan Wu Zetian dalam ranah pemerintahan sudah dimulai sejak dia menjadi permaisuri dan semakin menguat saat menjadi ibu suri bagi dua putranya, [[Kaisar Tang Zhongzong|Zhongzong]] dan [[Kaisar Tang Ruizong|Ruizong]]. Lebih lanjut, bahkan Wu Zetian kemudian naik takhta sebagai maharani (kaisar wanita) dan menjadi satu-satunya wanita yang melakukan hal tersebut sepanjang sejarah Tiongkok.
[[Berkas:Letter of Roxelane to Sigismond Auguste complementing him for his accession to the throne 1549.jpg|thumb|222px|Surat [[Hürrem Sultan]] kepada Sigismund II Augustus yang berisikan ucapan selamat atas kenaikan takhtanya menjadi Raja Polandia pada 1549.]]
 
Hal yang mirip juga terjadi di Asia Selatan dan Timur Tengah. Dayfa Khatun memimpin Keamiran Ayyubiyah-Aleppo atas nama cucunya, An Nasir Yusuf yang masih belia.<ref>Humphreys, R. S., From Saladin to the Mongols, The Ayyubids of Damascus 1183-1260, SUNY Press 1977 p.229</ref> [[Nur Jahan]], Permaisuri Mughal, juga menjadi tokoh yang sangat berpengaruh di pemerintahan di masa kekuasaan suaminya, Kaisar Jahangir. Saat sang suami ditahan pemberontak, Nur Jahan mengatur serangan untuk membebaskan Sang Kaisar dan dia sendiri memimpin pasukan dari atas gajah perang.<ref>{{harvnb|Nath|1990|p=83}}</ref>