Pulau Belitung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:Belitung Topography.png|jmplthumb|Pulau Belitung]]
 
'''Belitung''', atau ''Belitong'' (bahasa setempat, diambil dari nama sejenis [[belitong|siput laut]]), dulunya dikenal sebagai '''Billiton''' adalah sebuah [[pulau]] di lepas pantai timur [[Sumatra]], [[Indonesia]], diapit oleh [[Selat Gaspar]] dan [[Selat Karimata]]. Pulau ini terkenal dengan lada putih ''(Piper sp.)'' yang dalam bahasa setempat disebut ''sahang'', dan bahan tambang tipe galian-C seperti timah putih (''Stannuum)'', pasir kuarsa, tanah liat putih (kaolin), dan granit. Serta akhir-akhir ini menjadi tujuan wisata alam alternatif. Pulau ini dahulu dimiliki [[Britania Raya]] ([[1812]]), sebelum akhirnya ditukar kepada [[Belanda]], bersama-sama [[Bengkulu]], dengan [[Singapura]] dan [[New Amsterdam]] (sekarang bagian kota [[New York]]). Kota utamanya adalah [[Tanjung Pandan, Belitung|Tanjung Pandan]].
Baris 12:
 
== Sejarah Belitung ==
Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Pada akhir abad ke-7, Belitung tercatat sebagai wilayah [[Kerajaan Sriwijaya]], kemudian ketika Kerajaan Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut kerajaan tersebut. Baru pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya. Tetapi itupun tidak lama, karena ketika Palembang diperintah oleh Cakradiningrat II, pulau ini segera menjadi taklukan [[Palembang]].<ref name="belitungkabbelitungkap">[http://portalwww.belitungkab.go.id/sejarah-belitungmodule.php?id=sejarah1 Sejarah Belitung], Website Pemerintah Kabupaten Belitung.</ref>
 
Sejak abad ke-15 di Belitung telah berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Badau dengan [[Datuk Mayang Geresik]] sebagai raja pertamanyapertama. DalamPusat sejarahnyapemerintahannya beliau merupakan seorang bangsawan Jawa dari kerajaan Majapahit yang datang ke Pulau Belitung untuk mencari obat penyakit yang beliau derita, atas saran [[Raja Palembang]] yang bernama Sultan Najamuddin yang beliau kunjungi sebelumnya. Kemudian sampailah beliauterletak di daerah sungai Cerucuk dan mulai menetap untuk beberapa waktu. Hingga akhirnya berpindah ke hulu sungai Berang yang kemudian menjadi pusat pemerintahannya yang disekitar daerah sekitarPelulusan sekarang bernama Pelulusanini. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, hingga ke Buding, Manggar dan Gantung. Beberapa peninggalan sejarah yang menunjukkan sisa-sisa kerajaan Badau, berupa tombak berlok 13, keris, pedang, gong, kelinang, dan garu rasul. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat ditemui di Museum Badau.<ref name="belitungkabbelitungkap" />
Belitung merupakan kepulauan yang mengalami beberapa pemerintahan raja-raja. Pada akhir abad ke-7, Belitung tercatat sebagai wilayah [[Kerajaan Sriwijaya]], kemudian ketika Kerajaan Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut kerajaan tersebut. Baru pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya. Tetapi itupun tidak lama, karena ketika Palembang diperintah oleh Cakradiningrat II, pulau ini segera menjadi taklukan [[Palembang]].<ref name="belitungkab">[http://portal.belitungkab.go.id/sejarah-belitung], Website Pemerintah Kabupaten Belitung.</ref>
 
Kerajaan kedua adalah Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari [[Kerajaan Mataram Islam]] bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja'kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661. Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-1696), yang memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian dikenal dengan nama Balok Baru. Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kiai Agus Gending yang bergelar Depati Cakraningrat III.<ref name="belitungkabbelitungkap" />
Sejak abad ke-15 di Belitung telah berdiri sebuah kerajaan yaitu Kerajaan Badau dengan [[Datuk Mayang Geresik]] sebagai raja pertamanya. Dalam sejarahnya beliau merupakan seorang bangsawan Jawa dari kerajaan Majapahit yang datang ke Pulau Belitung untuk mencari obat penyakit yang beliau derita, atas saran [[Raja Palembang]] yang bernama Sultan Najamuddin yang beliau kunjungi sebelumnya. Kemudian sampailah beliau di daerah sungai Cerucuk dan mulai menetap untuk beberapa waktu. Hingga akhirnya berpindah ke hulu sungai Berang yang kemudian menjadi pusat pemerintahannya yang di daerah sekitar sekarang bernama Pelulusan. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, hingga ke Buding, Manggar dan Gantung. Beberapa peninggalan sejarah yang menunjukkan sisa-sisa kerajaan Badau, berupa tombak berlok 13, keris, pedang, gong, kelinang, dan garu rasul. Peninggalan-peninggalan tersebut dapat ditemui di Museum Badau.<ref name="belitungkab" />
 
Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat III ini (1696-1700 M), Belitung dibagi menjadi 4 Ngabehi, yaitu :
Kerajaan kedua adalah Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari [[Kerajaan Mataram Islam]] bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja'kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661. Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-1696), yang memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian dikenal dengan nama Balok Baru. Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Kiai Agus Gending yang bergelar Depati Cakraningrat III.<ref name="belitungkab" />
 
Pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat III ini (1696-1700 M), Belitung dibagi menjadi 4 Ngabehi, yaitu :
 
# Ngabehi Badau dengan gelar Ngabehi Tanah Juda atau Singa Juda;
Baris 32 ⟶ 31:
Kerajaan ketiga adalah Kerajaan Belantu, yang merupakan bagian wilayah Ngabehi Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk Mempawah. Sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA. Umar.
 
Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding, yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib. Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di Pulau Belitung.<ref name="belitungkabbelitungkap" />
 
=== Masa pendudukan Belanda-Jepang ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aderontginning van wolfram en tinerts in mijn N0. 30. Sidjoek TMnr 10007206.jpg|jmplthumb|karight|220px|[[Pertambangan]] [[tungsten]] dan [[timah]] yang dikelola Perusahaan [[N.V. Billiton Maatschapij]] di Belitung (1942).]]
Pada abad ke-17, Pulau Belitung menjadi jalur perdagangan dan tempat persinggahan kaum pedagang. Dari sekian banyak pedagang, yang paling berpengaruh adalah pedagang Cina dan [[Bangsa Arab|Arab]]. Hal ini dapat dibuktikan dari [[Tembikar|tembikar-tembikar]] yang berasal dari Wangsa Ming abad ke-14 hingga ke-17, yang banyak ditemukan dalam lapisan-lapisan tambang timah di daerah Kepenai, Buding, dan [[Kelapa Kampit, Belitung Timur|Kelapa Kampit]]. Berdasarkan catatan dari sejarawan Cina bernama Fei Hsin (1436). Sedangkan orang Cina mengenal Belitung disebabkan pada tahun 1293, pedagang-pedagang Cina tersebut masuk ke Pulau Belitung sekitar tahun 1293. Sebuah armada Cina di bawah pimpinan Shi Pi, Ike Mise dan Khau Hsing yang sedang mengadakan perjalanan ke Pulau Jawa terdampar di perairan Belitung.<ref name="belitungkabbelitungkap" />
 
Selain bangsa [[Cina]], bangsa lain yang banyak mengenal Pulau Belitung adalah bangsa Belanda. Pada tahun 1668, sebuah kapal Belanda bernama 'Zon De Zan Loper', di bawah pimpinan Jan De Marde, tiba di Belitung. Mereka merapat di sungai Balok, yang saat itu merupakan satu-satunya bandar di Pulau Belitung yang ramai dikunjungi pedagang asing.<ref name="belitungkabbelitungkap" />
 
Berdasarkan penyerahan Tuntang pada tanggal 18 September 18111821, Pulau Belitung masuk dalam wilayah kekuasaan [[Inggris]] (meskipun secara de facto terjadi pada tanggal 20 Mei 1812). Residen Inggris di Bangka, mengangkat seorang raja siak untuk memerintah Belitung karena di pulau kecil ini sering terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh tetua adat. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Kerajaan Inggris tanggal 17 April 1817, Inggris menyerahkan Belitung kepada Kerajaan Belanda. Selanjutnya atas nama Baginda Ratu Belanda, ditunjuk seorang Asisten Residen untuk menjalankan pemerintahan di Pulau Belitung.<ref name="belitungkabbelitungkap" />
 
Pada tahun 1823, seorang Kapten berkebangsaan Belgia bernama JP. De La Motte, yang menjabat sebagai Asisten Residen dan juga pimpinan tentara Kerajaan Belanda, berhasil menemukan timah di pulau tersebut. Selanjutnya seusai [[Traktat London]] tahun 1850, penambangannya diambil alih oleh Billiton Maatschapij, sebuah perusahaan penambangan timah milik Pemerintah Belanda. Pada saat itu Belitung terbagi atas 6 daerah, yaitu :
 
* [[Tanjungpandan]] dan [[Gantung, Belitung Timur|Gantung]]/Lenggang yang berada langsung di bawah pemerintahan Depati;
* [[Badau, Belitung|Badau]], [[Sijuk, Belitung|Sijuk]], Buding dan Belantu yang berada di bawah pemerintahan masing-masing Ngabehi.<ref name="belitungkabbelitungkab2" />
 
Pada tahun 1890, pangkat Ngabehi dihapus dan digantikan dengan Kepala Distrik. Selanjutnya terdapat 5 distrik yaitu : Tanjungpandaan, Manggar, Buding, Dendang dan [[Gantung, Belitung Timur|Gantung]]. Tahun 1852 Belitung dipisahkan dari Bangka dalam urusan administrasi dan kewenangan penambangan [[timah]]. Pemisahan tersebut atas desakan JF. Louden (kepala pemerintahan pusat di [[Batavia]]), untuk mencegah pengaruh buruk dari Residen Bangka yang iri melihat pertambangan timah yang berkembang dengan pesat di Belitung. Dalam rangkaian sistem pemerintahan [[Hindia Belanda]], pada tahun 1921 Belitung dijadikan sebuah distrik yang dikepalai oleh seorang Demang yaitu KA. Abdul Adjis, yang dibantu 2 orang Asisten Demang yang membawahi 2 onder district, yaitu Belitung Barat dan Belitung Timur. Gemeente atau kelurahan di Belitung dibentuk pada tahun 1921-1924. Berdasarkan Ordonantie No. 73 tanggal 21 Februari 1924, Belitung terbagi menjadi 42 Gemeente.<ref name="belitungkab2" />
 
Pada tahun 1933, Belitung berubah status menjadi satu ''Onder-afdeling'' yang diperintah oleh seorang ''Controleur'' dengan pangkat ''Assistant Resident'', yang bertanggung jawab kepada Residen dari Afdeling Bangka - Belitung yang berkedudukan di Pulau Bangka. Tanggal 1 Januari 1939 berlaku peraturan baru di wilayah di wilayah Belitung, yang berarti Pulau Belitung sudah diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri. Tentu saja hal tersebut memengaruhi beberapa keadaan, misalnya Onder-afdeling Belitung meliputi 2 distrik yaitu, Distrik Belitung Barat dan Distrik Belitung Timur, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang.<ref name="belitungkabbelitungkab2" />
 
Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan dikedua distrik dikepalai oleh Gunco. Pada awal tahun 1945, Jepang membentuk Badan Kebaktian Rakyat di Belitung yang bertugas membantu pemerintahan. Masa pendudukan [[Jepang]] tidak lama, selanjutnya terjadi perubahan kembali ketika tentara [[Belanda]] kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan Belanda ini, Onder-afdeling Belitung diperintah kembali oleh Asisten Residen Bangsa Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang yang kemudian diganti dengan sebutan ''Bestuurhoofd''.<ref name="belitungkabbelitungkab2" />
 
=== Masa Kemerdekaankemerdekaan ===
 
Pulau Belitung sebagai bagian dari Residensi Bangka - Belitung, beberapa tahun lamanya pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo, kemudian menjadi bagian Gewest Bangka - Belitung dan [[Riau]]. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul peraturan yang mengubah Pulau Belitung menjadi Neolanchap. Selanjutnya sebagai badan pemerintahan dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947. Pada waktu pembentukan [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam [[Republik Indonesia]]. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi [[Sumatera Selatan]] di bawah kekuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati.<ref name="belitungkab2">[http://portalwww.belitungkab.go.id/sejarah-belitungmodule.php?id=sejarah2 Sejarah Belitung (Bagian II)], Website Pemerintah Kabupaten Belitung.</ref>
 
=== Masa Sekarang ===
 
Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka memekarkan diri dan membentuk satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan [[Bangka Belitung]]. Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia. Berdasarkan aspirasi masyarakat dan berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung dibagi menjadi 2 kabupaten yaitu [[Kabupaten Belitung]] beribukota di [[Tanjungpandan]] dengan cakupan wilayah meliputi 5 kecamatan dan Kabupaten [[Belitung Timur]] dengan [[Manggar]] sebagai ibukotanya dengan cakupan wilayah meliputi 4 [[kecamatan]].<ref name="belitungkabbelitungkab2" />
 
== Bentang Alamalam ==
Belitung memiliki salah satu jenis vegetasi yang disebut dengan [[hutan kerangas]]. Hutan kerangas adalah hutan yang tumbuh di atas pasir [[kuarsa]] yang memiiki [[pH]] rendah dan miskin nutrisi. Vegetasi yang khas pada hutan kerangas adalah sapu padang (''[[Baeckea frutescens]]''), ketakong/kantong semar (''[[Nepenthes gracilis]]''), drosera (''[[Drosera burmanii]]''), pelawan (''[[Tristaniopsis obovata]]''), ulin (''[[Eusideroxylon zwagerii]]''), pasak bumi (''[[Eurycoma longifolia]]''), dan kucai padang (''[[Fimbristylis]]'' sp.).<ref>[[Pengguna:Dina Oktavia|Dina Oktavia]]. 2013. [http://www.sayangbabel.org/2013/06/ironi-hutan-kerangas-belitung.html Ironi Hutan Kerangas Belitung]. Sayangbabel.org</ref> Beberapa tanaman yang hidup di hutan kerangas Belitung juga memiliki khasiat sebagai tanaman obat<ref>[[pengguna:Dina Oktavia|Dina Oktavia]]. 2012. [http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57718 Komposisi Vegetasi dan Potensi Tumbuhan Obat di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung]. ipb.ac.id</ref> sehingga pengrusakan yang sangat tidak bertanggung jawab oleh [[PT Timah Tbk|pelaku penambangan timah]] memiliki dampak yang sangat buruk bagi biodiversity dan sosial kemasyarakatan.
 
Baris 97 ⟶ 96:
 
=== Wisata Alam Belitung ===
[[Berkas:Danau Kaolin Belitung.jpg|jmpl|300px|Danau Kaolin yang terbentuk akibat aktivitas bekas tambang di Belitung.]]
[[Batu Mentas]] yang berada di kaki gunung tajam, memiliki potensi yang luar biasa sebagai sebuah destinasi wisata terpadu. Keindahan alam baik sungainya yang jernih maupun hutannya yang masih lebat, keunikan flora dan fauna, kehidupan masyarakat lokal dengan sentra kebun nenas dan ladanya, ditambah dengan keunikan seni budaya tradisionalnya serta keahlian masyarakatnya membuat kerajinan anyaman serta rotan, merupakan potensi yang jika dikelola dengan baik akan memberikan dampak positif yang luar biasa baik untuk lingkungan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat. Batu Mentas hanya berjarak 20 menit waktu tempuh dari kota Tanjungpandan.
 
Pada Maret 2012 lalu telah dilakukan Soft Launching oleh KPLB<ref>[[www.kplb.org]]</ref> (Kelompok Peduli Lingkungan Belitung) bersama GEF <ref>SGP-[http://www.sgp-indonesia.org/2012/11/batu-mentas-expo-2012-wildlife-and-culture-event/ Indonesia.org]</ref>(Global Environment Program) untuk “Sanctuary Tarsius dan [https://www.belitungtrip.net Wisata] Alam Batu Mentas.” Dalam perjalanannya, berbagai aktivitas pengayaan terus dilakukan untuk menuju sebuah cita-cita besar yaitu menjadikan Batu Mentas sebagai “Wild Life Sanctuary.” Wild life sanctuary merupakan taman suaka bukan hanya untuk ''Tarsius Bancanus Saltator (''atau dalam bahasa local Belitung dikenal dengan “pelilean”), namun juga berbagai flora dan fauna yang sudah terancam punah dan langka seperti Pelanduk, Burung Siaw, Tupai Kelaras, serta tanaman hutan seperti Nibong Palay, Simpor Laki, Pelawan, Rukam, Sisilan, dll. Harapan ini merupakan dorongan peningkatan sosial dan ekonomi masyarakat khususnya yang berada disekitar lokasi Batu Mentas dan umumnya untuk menambah variasi dan kualitas desitinasi wisata Belitung. Berbagai fasilitas yang ada di Batu Mentas sekarang ini yaitu Outbond Area, Penangkaran Tarsius Bancanus Saltator, Pemandian alam yang natural, wisata Tubing, Jungle Treking, Restoran dengan konsep makan “bedulang” dan Penginapan Safari Tend dan Tree House.
 
== Referensi ==
<references />