Kota Kotamobagu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k walikota
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
 
== Sejarah ==
Kotamobagu pada awalnya merupakan sebuah kecamatan sekaligus merupakan ibukota kabupaten bolaang mongondow, provinsi sulawesi utara. pada tanggal 23 mei 2017, kotamobagu dimekarkan menjadi sebuah daerah otonomi baru dengan dasar hukum uu nomor 4 tahun 2007.
Kota Kotamobagu merupakan hasil pemekaran dari [[Kabupaten Bolaang Mongondow]] yang bertujuan untuk memajukan [[daerah]], membangun kesejahteraan rakyat, memudahkan pelayanan, dan memobilisasi pembangunan bagi terciptanya kesejahteraan serta kemakmuran [[rakyat]] totabuan. [[Desa Bolaang]] terletak di tepi pantai utara yang pada [[abad 17]] sampai akhir [[abad 19]] menjadi tempat kedudukan istana raja, sedangkan [[desa Mongondow]] terletak sekitar 2 km selatan [[Kotamobagu]]. Nama Bolaang berasal dari kata "bolango" atau "balangon" yang berarti laut. Bolaang atau golaang dapat pula berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap, sedangkan Mongondow dari kata ‘momondow’ yang berarti berseru tanda kemenangan.
 
Penduduk asli wilayah [[Kabupaten Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]] berasal dari keturunan [[Gumalangit]] dan [[Tendeduata]] serta [[Tumotoibokol]] dan [[Tumotoibokat]], yang awalnya tinggal di gunung Komasaan (Bintauna). Pada abad ke 8-9, mereka menyebar ke timur di tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli', [[Ginolantungan]] sampai ke pedalaman tudu in Passi, tudu in Lolayan, tudu in Sia', tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain.
 
Setiap kelompok keluarga dari satu keturunan dipimpin oleh seorang [[Bogani]] (laki-laki atau perempuan) yang dipilih dari anggota kelompok dengan persyaratan : memiliki kemampuan fisik (kuat), berani, bijaksana, cerdas, serta mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan kelompok dan keselamatan dari gangguan musuh. [[Mokodoludut]] adalah punu’ Molantud yang diangkat berdasarkan kesepakatan seluruh bogani. Mokodoludut tercatat sebagai raja (datu yang pertama). Sejak Tompunu’on pertama sampai ketujuh, keadaan masyarakat semakin maju dengan adanya pengaruh luar (bangsa asing). Perubahan total mulai terlihat sejak Tadohe menjadi Tompunu’on, akibat pengaruh pedagang [[Belanda]] diubah istilah Tompunu’on menjadi Datu (Raja). [[Tadohe]] dikenal seorang Datu yang cakap, sistem bercocok tanam diatur dengan mulai dikenalnya padi, jagung dan kelapa yang dibawa bangsa [[Spanyol]] pada masa pemerintahan [[Mokodompit]] (ayah Tadohe). Tadohe melakukan penggolongan dalam masyarakat, yaitu pemerintahan (Kinalang) dan rakyat (Paloko’). Paloko’ harus patuh dan menunjang tugas Kinalang, sedangkan Kinalang mengangkat tingkat penghidupan Paloko’ melalui pembangunan di segala bidang, sedangkan kepala desa dipilih oleh rakyat.
 
Pada zaman pemerintahan raja [[Corenelius Manoppo]], raja ke-16 (1832), agama Islam masuk daerah [[Bolaang Mongondow]] melalui [[Gorontalo]] yang dibawa oleh [[Syarif Aloewi]] yang kawin dengan putri raja tahun [[1866]]. Karena keluarga raja memeluk agama Islam, maka agama itu dianggap sebagai agama raja, sehingga sebagian besar penduduk memeluk agama Islam dan turut memengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan masyarakat. Pada tanggal [[1 Januari 1901]], [[Belanda]] dibawa pimpinan [[Controleur Anton Cornelius Veenhuizen]] bersama pasukannya secara paksa bahkan kekerasan berusaha masuk [[Bolaang Mongondow]] melalui [[Minahasa]], setelah usaha mereka melalui laut tidak berhasil dan ini terjadi pada masa pemerintahan [[Raja Riedel Manuel Manoppo]] dengan kedudukan istana raja di [[desa Bolaang]]. [[Raja Riedel Manuel Manoppo]] tidak mau menerima campur tangan pemerintahan oleh Belanda, maka Belanda melantik [[Datu Cornelis Manoppo]] menjadi raja dan mendirikan komalig (istana raja) di [[Kotobangon]] pada tahun [[1901]]. Pada tahun [[1904]], dilakukan perhitungan penduduk [[Bolaang Mongondow]] dan berjumlah [[41.417]] jiwa.
 
Pada tahun [[1906]], melalui kerja sama dan kesepakatan dengan raja [[Bolaang Mongondow]], [[W. Dunnebier]] mengusahakan pembukaan [[Sekolah Rakyat]] dengan tiga kelas yang dikelola oleh [[zending]] di beberapa desa; yakni : desa Nanasi, Nonapan, Mariri Lama, Kotobangon, Moyag, Pontodon, Pasi, Popo Mongondow, Otam, Motoboi Besar, Kopandakan, Poyowa Kecil dan Pobundayan dengan total murid sebanyak 1.605 orang, sedangkan pengajarnya didatangkan dari Minahasa. Pada tahun [[1937]] dibuka di [[Kotamobagu]] sebuah sekolah [[Gubernemen]], yaitu [[Vervolg School]] (sekolah sambungan) kelas 4 dan 5 yang menampung lepasan sekolah rakyat 3 tahun.
 
Ibukota [[Bolaang Mongondow]] sebelumnya terletak disalah satu tempat di kaki gunung Sia’ dekat Popo Mongondow dengan nama [[Kotabaru]]. Karena tempat itu kurang strategis sebagai tempat kedudukan controleur, maka diusahakan pemindahan ke [[Kotamobagu]] dan peresmiannya diadakan pada bulan [[April 1911]] oleh [[Controleur F. Junius]] yang bertugas tahun [[1910-1915]]. Pada tahun [[1911]] didirikan sebuah rumah sakit di ibukota yang baru [[Kotamobagu]]. Rakyat mulai mengenal pengobatan modern, namun ada juga yang masih mempertahankan dan melestarikan pengobatan tradisional melalui tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat dan sampai sekarang dibudayakan secara konvensional.
 
Sejak semula, masyarakat [[Bolaang Mongondow]] mengenal tiga macam cara kehidupan [[bergotong royong]] yang masih terpelihara dan dilestarikan terus sampai sekarang ini, yaitu : Pogogutat (potolu adi’), Tonggolipu’, Posad (mokidulu). Tujuan kehidupan ber[[gotong royong]] ini sama, namun cara pelaksanaaannya agak berbeda. Penduduk pedalaman yang memerlukan [[garam]] atau [[hasil hutan]], akan meninggalkan desanya masuk hutan mencari [[damar]] atau ke pesisir pantai memasak garam (modapug) dan mencari ikan. Dalam mencari rezeki itu, sering mereka tinggal agak lama di [[pesisir]], maka disamping masak garam mereka juga membuka kebun. Tanah yang mereka tempati itulah yang disebut [[Totabuan]] yang dapat diartikan sebagai tempat mencari nafkah. Bila ada tamu yang bertandang pada masa kerajaan, biasanya disuguhi sirih pinang, tamu pria atau wanita terutama orang tua. Sirih pinang diletakkan dalam kabela' (dari kebiasaan ini diciptakan tari kabela sebagai tari penjemput tamu).
 
=== Luas Wilayah ===