Harem: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 46:
 
==== Pemimpin harem ====
Dalam sistem harem, pemimpin harem dapat dianggap sebagai ibu negara dalam konteks modern. Pihak yang biasanya berada di puncak teratas dalam hierarki harem adalah [[ibu suri]]. Ibu suri bertanggung jawab mengatur segala urusan harem atau rumah tangga istana. Pernikahan, termasuk pernikahan penguasa sendiri, juga menjadi salah satu tugas penting ibu suri, bahkan juga termasuk pemilihan selir untuk penguasa. Hal ini berkebalikan dengan pandangan umum bahwa penguasa memiliki akses seksual mutlak kepada setiap wanita yang dikehendakinya. Pernikahan, termasuk juga pemilihan selir, menjadi bagian tak terpisahkan dalam urusan keluarga dan rumah tangga sehingga masalah ini menjadi wilayah kaum wanita.
 
Meski idealnya para wanita harus menjauh dari politik, pada praktiknya, urusan keluarga dan pemerintahan saling terkait. Wanita yang memiliki kedudukan dan kekuasaan tinggi di harem seringnya akan berusaha mendongkrak status keluarga asalnya. Keluarga bangsawan yang telah berjasa besar dengan penguasa atau memiliki pengaruh sangat besar dalam negara biasanya dapat melakukan negosiasi politik dengan meminta penguasa mempersunting putri mereka, berharap agar pewaris takhta selanjutnya memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka. Dengan keadaan yang saling terkait, maka keterlibatan para perempuan dalam urusan politik dan pemerintahan menjadi sesuatu yang tidak dapat dielakkan, meski hal itu tidak dilakukan secara terbuka.
 
Peran ibu suri dalam ranah politik mencapai puncaknya saat putranya yang merupakan penguasa dipandang tidak atau belum dapat memerintah, seperti karena masih dipandang terlalu dini atau tidak cakap. Dalam sejarah Tiongkok. [[Cixi]] merupakan salah satu tokoh yang dapat mewakili fenomena ini, sementara [[Kösem Sultan]] menjadi percontohan paling baik dalam kasus ini dalam sejarah Utsmaniyah.
 
Saat posisi ibu suri kosong, kedudukan pemimpin harem dapat diserahkan kepada pasangan penguasa, saudari, atau putrinya, tergantung hukum yang berlaku di setiap daerah. Di Kekaisaran Mughal, gelar untuk ibu negara sekaligus pemimpin harem adalah ''padsyah begum'', dan gelar ini dapat disandang oleh ibu, istri, saudari, atau putri kaisar.
 
==== Tetua ====
Dalam beberapa kebudayaan, ibu dari penguasa bukanlah satu-satunya tetua dalam harem istana. Dalam harem Mughal, janda-janda penguasa terdahulu, bibi, dan nenek, dan ibu tiri juga hidup bersama dalam harem. Di masa Joseon, permaisuri raja dapat terus tinggal di harem setelah menjanda dan menjadi ibu suri, baik penguasa berikutnya merupakan keturunannya atau bukan. Saat raja yang baru ini juga meninggal, dia akan menjadi ibu suri tua, kedudukan yang berada di atas ibu suri, dan menjadi pemimpin harem. Selir dari raja terdahulu dapat tetap tinggal di harem istana jika dia menjadi ibu dari raja berikutnya. Dalam adat Utsmaniyah, janda-janda sultan sebelumnya akan meninggalkan istana utama dan tinggal di istana lain, juga dapat menikah kembali jika tidak memiliki putra. Bila seorang sultan meninggal dan ibunya masih hidup, ibunya akan meninggalkan istana lama, seperti yang terjadi dengan Safiye Sultan, ibu [[Mehmed III|Sultan Mehmed III]]. Meski begitu, Kösem Sultan tetap bertahan di istana utama sepeninggal putranya, Sultan Ibrahim mangkat, tetapi kemudian meninggal akibat perselisihan dengan menantunya, Turhan Hatice, yang merupakan ibu suri yang baru.
 
==== Istri dan selir ====
Dalam sistem harem, biasanya penguasa pria memiliki lebih dari satu pasangan, baik yang berstatus sebagai istri maupun selir, dan salah satu dari mereka dapat menjadi pemimpin harem. Para istri dan selir ini dibedakan berdasarkan tingkatan dan peringkat sesuai dengan aturan masing-masing, tetapi biasanya pasangan penguasa yang merupakan ibu dari putra tertua memiliki kedudukan dan perhatian khusus, meski dia tidak selalu secara resmi menempati tingkatan permaisuri atau pasangan utama penguasa.
 
Dalam banyak kebudayaan, pernikahan menjadi salah satu alat politik, baik untuk menjalin persahabatan antara dua negara atau bentuk persekutuan antara penguasa dan bangsawan. Meski begitu, dalam beberapa kebudayaan, penguasa menghindari untuk menikah dengan putri dari bangsawan berpengaruh. Sebelum masa Tsar Pyotr yang Agung, para penguasa Rusia selalu menikah dengan wanita dari keluarga bangsawan rendah. Hal ini dilakukan demi menghindari intrik politik antara bangsawan berpengaruh di negara, juga untuk memperkaya garis keturunan.
 
Keberadaan selir juga menjadi salah satu hal penting dalam harem, tetapi definisi selir ini sangat luas dan berbeda-beda antara tiap kebudayaan. Dalam tradisi Asia Timur, selir lebih mirip 'istri sampingan', berbeda dengan permaisuri yang merupakan 'istri utama'. Lazimnya, para selir raja dan kaisar di Asia Timur juga berasal dari keluarga bangsawan dan menjadi salah satu alat politik sebagaimana pernikahan antara penguasa dengan permaisuri.
 
== Lihat pula ==