Filsafat fisika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Irreversibilitas: perbaikan kata
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Baris 4:
'''Filsafat Fisika''' adalah interdisiplin ilmu yang mengkaji ilmu [[fisika]] berdasarkan interpretasinya secara konseptual terhadap [[materi]] atau(dan) [[gelombang]], [[Ruang waktu|ruang dan waktu,]] serta [[Kenyataan|realitas.]] Meskipun saat ini kajian filsafat fisika menitik-beratkan bahasannya pada ilmu [[fisika modern]] atau yang telah jauh berkembang seperti [[mekanika kuantum]], [[kosmologi]] dan [[Mekanika statistika|mekanika statistik]] , [[fisika klasik]] tidak dapat dipungkiri telah menjadi batu loncatan bagimana para [[ilmuwan]] dan [[filsuf]] modern mendekripsikan realitas serta segala entitas yang ada di dalamnya.
 
Alasan mengapa ditinggalkannya pandangan klasik dalam kajian filsafat fisika, adalah sifat [[Fisika|ilmu fisika]] yang sangat bergantung kepada hasil pengamatan dan eksperimen. Suatu teori fisika akan ditinggalkan saat ada pengamatan atau eksperimen yang mengindikasikan suatu hasil yang berbeda sehingga dibutuhkan teori baru sebagai penjelasan. Untuk bahasan yang cenderung aplikatif, hal ini tidak begitu berpengaruh ; [[Hukum gerak Newton|hukum gerak]] [[Isaac Newton|Newton]] masih umum digunakan dalam bidang keteknikan ataupun kehidupan sehari-hari, namun untuk kajian yang lebih mendalam secara konseptual, [[teori relativitas]] [[Albert Einstein|Einstein]] akan memberikan sudut pandang baru terhadap ruang, waktu serta materi<ref name="Huggett 2017">{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/spr2017/entries/spacetime-theories/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Huggett|first=Nick|last2=Hoefer|first2=Carl|date=2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Spring 2017}}</ref>, dan tentunya cocok terhadap hasil pengamatan dan eksperimen.
 
Filsafat fisika memberikan perhatian terhadap seluruh aspek fisis dari realitas. Aspek ini berupa aspek spasial (berkaitan dengan ruang) dan aspek temporal (berkaitan dengan waktu), sehingga dalam filsafat fisika, eksistensi dan sifat alami dari ruang-waktu menjadi bahasan utama.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/761850799|title=Philosophy of physics : space and time|last=Tim.|first=Maudlin,|date=2012|publisher=Princeton University Press|isbn=0691143099|location=Princeton|oclc=761850799}} "...the existence and nature of space and time (or space-time) is a central topic.</ref> Selain itu materi juga menjadi bahasan penting, karena dunia yang dapat kita lihat dan rasakan tersusun dari "tak hingga" materi. Namun materi dalam bahasan filsafat fisika tidak hanya yang memiliki wujud fisis, [[Medan (fisika)|medan]] dan gelombang contohnya termasuk dalam bahasan<ref name=":0" />, karena medan dan gelombang merupakan penyusun dari entitas berwujud fisis dalam realitas.
Baris 11:
 
====== Permulaan, dan peradaban Yunani kuno ======
Manusia sejak awal kemunculannya merupakan makhluk hidup dengan rasa penasaran yang tinggi terhadap fenomena alam yang terjadi disekelilingnya, seperti : seperti terbit tenggelamnya matahari, kemunculan gerhana, pergantian musim, pola yang dibentuk rasi bintang dan lain-lain<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.trentu.ca/physics/history_895.html|title=A Brief History and Philosophy of Physics|website=www.trentu.ca|access-date=2017-10-09}}</ref>. Pengamatan terhadap suatu fenomena alam yang terjadi dapat memudahkan aktivitas manusia sendiri. Seperti memilih waktu untuk bercocok tanam yang tepat, navigasi pelayaran, migrasi hewan buruan dan masih banyak lagi. Dengan segala keterbatasannya pada zaman tersebut manusia mencoba menjelaskan mengapa fenomena tersebut terjadi. Penjelasan yang berkaitan dengan hal-hal mistis pun bermunculan. Seperti pada zaman Yunani kuno misalnya, fenomena alam seperti petir dikaitkan dengan [[Zeus]] sang dewa petir. <ref name=":1" />
 
Penjelasan yang berkaitan dengan hal-hal mistis mudah diterima oleh kalangan awam, namun hampir tidak memiliki aspek aplikatif terkecuali mengandalkan kebetulan. Sains secara umum menawarkan penjelasan rasional terhadap keteraturan alam semesta <ref name=":1" />. Pun, perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban manusia terjadi tidak secara serempak, misalnya [[Bangsa Maya|suku Maya]] di [[Meksiko]] telah mengembangkan pengertian angka desimal dan nol (0) sebelum banga [[Eropa]] mengenalnya.<ref>Cole, M.D., ''The Maya'', 3rd ed. (Thames and Hudson, London) 1984.</ref> Pencarian penjelasan rasional terhadap fenomena alam di eropa dimulai pada abad ke-6 SM. Diperakarsai filsuf-filsuf Yunani seperti [[Pythagoras]] dengan [[Teorema Pythagoras|teorema geometri]] dan teori musiknya<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/162502037|title=Roots to research : a vertical development of mathematical problems|last=D.|first=Sally, Judith|date=2007|publisher=American Mathematical Society|isbn=0821844032|location=Providence, R.I.|oclc=162502037}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/61691613|title=Music in theory and practice|last=Bruce.|first=Benward,|date=2003|publisher=McGraw-Hill|isbn=9780072942620|edition=7th ed|location=Boston|oclc=61691613}}</ref>, atau [[Leukippos|Leucippus]] (~440 SM.), [[Demokritos|Democritus]] (~420 SM.) dan [[Epikuros|Epicurus]] (342-270 SM.) yang mengemukakan hipotesis bahwa setiap materi tersusun dari atom yang tidak dapat terbagi lagi.<ref name=":1" /><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/244768656|title=The atomists, Leucippus and Democritus : fragments : a text and translation with a commentary|last=Leucippus.|last2=1936-|first2=Taylor, C. C. W. (Christopher Charles Whiston),|date=1999|publisher=University of Toronto Press|isbn=0802043909|location=Toronto [Ont.]|oclc=244768656}}</ref><ref name=":1" /> [[Aristoteles]] (~384 - 322 SM) dan [[Empedokles|Empedocles]] (~490-430 SM) mengemukakan lima elemen penyusun yakni : air, api, udara, tanah dan [[Ether|aether]].<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/221108071|title=History of western philosophy : and its connection with political and social circumstances from the earliest times to the present day|last=1872-1970.|first=Russell, Bertrand,|date=1991|publisher=Routledge|isbn=0415078547|edition=2nd ed|location=London|oclc=221108071}} hlm 62, 72.</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/308104|title=Aristotle: the growth and structure of his thought,|last=1933-|first=Lloyd, G. E. R. (Geoffrey Ernest Richard),|date=1968|publisher=Cambridge U.P|isbn=0521094569|location=London,|oclc=308104}}</ref> Aristoteles juga mengemukakan hipotesis tentang gerak dan bumi sebagai pusat alam semesta<ref>Aristotle (translated by J.L Stocks). {{Cite web|url=https://ebooks.adelaide.edu.au/a/aristotle/heavens/|title=On the Heavens|website=ebooks.adelaide.edu.au|language=en|access-date=2017-10-09}} hlm 1-2.</ref>
 
====== Zaman pertengahan ======
[[Berkas:Biruni-russian.jpg|kiri|jmpl|Gambar [[Al-Biruni]] pada perangko Uni Soviet (1973)]]
Pada awal [[Abad Pertengahan|zaman pertengahan]], ilmu pengetahuan secara umum termasuk fisika dan kajian filsafatnya mengalami perlambatan perkembangan di Eropa<ref>David C. Lindberg, "The Medieval Church Encounters the Classical Tradition: Saint Augustine, Roger Bacon, and the Handmaiden Metaphor", in David C. Lindberg and Ronald L. Numbers, ed. ''When Science & Christianity Meet'', (Chicago: University of Chicago Pr., 2003), p.8</ref> alih-alih sains mencapai kejayaanya diluar eropa yakni pada [[Zaman Kejayaan Islam|zaman keemasan Islam]] di Timur Tengah.<ref>King, David A. (1983). "The Astronomy of the Mamluks". ''Isis''. '''74''': 531–555. doi:[https://doi.org/10.1086%2F353360 10.1086/353360].</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/35666761|title=A history of Arabic astronomy : planetary theories during the golden age of Islam|last=George.|first=Saliba,|date=1994|publisher=New York University Press|isbn=0814780237|location=New York|oclc=35666761}}</ref> Filsuf sekaligus ilmuwan terkemuka Islam banyak bermunculan pada periode ini seperti diantaranya : [[Ibnu Sina]], [[Umar Khayyām|Omar Khayyam]], [[Al-Biruni|Abū Rayḥān al-Bīrūnī]],  [[Al-Farabi]] dan lain-lain. Ibnu Sina misalnya menentang gagasan tentang gerak yang diajukan oleh Aristoteles ; menurut Aristoteles keadaan alami benda adalah diam, sehingga benda yang bergerak akan menjadi diam pada suatu saat, sementara Ibnu Sina percaya benda yang bergerak menjadi diam akibat adanya suatu agen eksternal yang melawan gerak benda seperti gesekan udara.<ref>Sayili, Aydin. "Ibn Sina and Buridan on the Motion the Projectile". Annals of the New York Academy of Sciences vol. 500(1). p.477-482.</ref><ref>Espinoza, Fernando. "An Analysis of the Historical Development of Ideas About Motion and its Implications for Teaching". Physics Education. Vol. 40(2).</ref> Sementara itu  [[Al-Biruni|Abū Rayḥān al-Bīrūnī]] menyatakan bahwa perubahan gerak diakibatkan oleh percepatan atau perlambatan<ref>"[http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/Biographies/Al-Biruni.html Biography of Al-Biruni"]. University of St. Andrews, Scotland</ref>.  [http://www.iranicaonline.org/articles/abul-barakat-al-bagdadi-awhad-al-zaman-hebatallah-b Abu'l-Barakāt al-Baghdādī] menentang teori Aristoteles yang menyatakan bahwa gaya mengakibatkan gerakan dengan kecepatan konstan. Al-Baghdādī memandang bahwa kecepatan dan percepatan adalah yang berbeda, dan besar suatu gaya berbanding lurus terhadap besar percepatan yang dihasilkan alih-alih terhadap kecepatan<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/14217211|title=Studies in Arabic versions of Greek texts and in mediaeval science|last=1908-1990.|first=Pines, Shlomo,|date=1986|publisher=Magnes Press, Hebrew University|isbn=9652236268|location=Jerusalem|oclc=14217211}}</ref>.
 
====== Zaman Renaisans dan pengembangan metode ilmiah ======
Zaman ini dipandang sebagai kelahiran kembali ([[Abad Renaisans|renaisans]]) dari ilmu pengetahuan serta kajiannya di Eropa.<ref name=":1" /> Penemuan kembali literatur pembelajaran sains yang dikembangkan oleh peradaban Islam dan Yunani kuno mempengaruhi masyarakat Eropa pada masanya, sekaligus menjadi fondasi dari perkembangan sains pada masa renaisans di Eropa.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/33948732|title=The foundations of modern science in the Middle Ages : their religious, institutional, and intellectual contexts|last=1926-|first=Grant, Edward,|date=1996|publisher=Cambridge University Press|isbn=0521567629|location=Cambridge|oclc=33948732}} Hlm 55-63, 87-104.</ref> Melalui teori heliosentris, [[Nicolaus Copernicus|Copernicus]] mendobrak pemikiran masyarakat tentang pertanyaan akan eksistensi manusia di alam semesta. Sebelumnya pada model [[Klaudius Ptolemaeus|Ptolemaeus]], bumi dan manusia ditempatkan spesial yang mana menjadi pusat dari alam semesta itu sendiri<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/535467|title=The Copernican revolution : planetary astronomy in the development of Western thought|last=S.|first=Kuhn, Thomas|date=1957|publisher=Harvard University Press|isbn=0674171039|location=Cambridge|oclc=535467}} Hlm 5-20</ref>. Pada model Copernicus, bumi merupakan bagian dari tujuh planet yang telah diketahui yang mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk lingkaran. Meskipun mendapat penolakan<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/30668444|title=Galileo and the church : political inquisition or critical dialogue?|last=Rivka.|first=Feldhay,|date=1995|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521344685|location=Cambridge|oclc=30668444}}Hlm 205-207.</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/747411317|title=The Copernican question : prognostication, skepticism, and celestial order|last=S.,|first=Westman, Robert|date=2011|publisher=University of California Press|isbn=9780520254817|location=Berkeley|oclc=747411317}} Hlm 195-196</ref> gagasan dari Copernicus menginspirasi ilmuwan-ilmuwan pada masanya seperti Tycho Brahe dan Johaness Kepler untuk melakukan observasi dan perhitungan lebih lanjut. Nantinya, Kepler akan menemukan bahwa lintasan planet berbentuk elips alih-alih berbentuk lingkaran<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/44777310|title=Physics, the human adventure : from Copernicus to Einstein and beyond|last=James.|first=Holton, Gerald|last2=James.|first2=Holton, Gerald|date=2001|publisher=Rutgers University Press|isbn=0813529085|edition=[3rd ed.]|location=New Brunswick, N.J.|oclc=44777310}}</ref>. Karya Copernicus juga dianggap sebagai tonggak lahirnya [[revolusi ilmiah]] di Eropa.<ref>{{Cite news|url=http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780195399301/obo-9780195399301-0006.xml|title=Scientific Revolution - Renaissance and Reformation - Oxford Bibliographies - obo|language=en|access-date=2017-10-09}}</ref>
 
Selain Copernicus, Galileo Galilei juga merupakan tokoh penting dari revolusi ilmiah. Galileo menekankan pentingnya matematika dalam pengkajian suatu fenomena alam.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/546066|title=Discoveries and opinions of Galileo.|last=1564-1642.|first=Galilei, Galileo,|date=1957|publisher=Doubleday|isbn=0385092393|edition=[1st ed.]|location=Garden City, N.Y.,|oclc=546066}}Hlm. 237-238</ref> Galileo juga menciptakan teleskop dengan 30x pembesaran yang mana akan menjadi instrumen utama dalam pengamatan satelit atau bulan Jupiter.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/3770650|title=Galileo at work : his scientific biography|last=Stillman.|first=Drake,|date=1978|publisher=University of Chicago Press|isbn=0226162265|location=Chicago|oclc=3770650}}Hlm 146.</ref><ref>In ''Sidereus Nuncius'' (Favaro, [http://moro.imss.fi.it/lettura/LetturaWEB.DLL?VOL=3&VOLPAG=81 1892, 3:81] [https://web.archive.org/web/20120127104726/http://moro.imss.fi.it/lettura/LetturaWEB.DLL?VOL=3&VOLPAG=81 Archived] 27 January 2012 at the Wayback Machine. (in Latin)) Galileo stated that he had reached this conclusion on 11 January. Drake (1978, p. 152), however, after studying unpublished manuscript records of Galileo's observations, concluded that he did not do so until 15 January.</ref> Pengamatan bulan Jupiter oleh galileo mengakibatkan revolusi di bidang astronomi. Pendapat lama dimana bumi sebagai pusat alam semesta dimana seluruh benda-benda langit mengelilingi bumi mulai diragukan akibat ada benda langit (yaitu bulan Jupiter) yang pusat revolusinya tidak terhadap bumi.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/552963366|title=From Eudoxus to Einstein : a history of mathematical astronomy|last=M.)|first=Linton, C. M. (Christopher|date=2004|publisher=Cambridge University Press|isbn=9780521827508|location=Cambridge, UK|oclc=552963366}}</ref> Galileo berkontribusi pada mekanika dengan percobaan geraknya dan menyimpulkan bahwa massa tidak mempengaruhi kecepatan benda seperti pendapat lama Aristoteles. Serta tanpa suatu gaya hambat, suatu benda akan terus menerus bergerak lurus. Kemudian hasil percobaan Galileo dikembangkan dan dirumuskan secara matematis oleh Isaac Newton dalam [[Hukum gerak Newton|hukum Geraknya]]. Hasil pengamatan Galileo dan Kepler tentang benda langit dijelaskan oleh Isaac Newton dengan [[Hukum gravitasi universal Newton|hukum gravitasinya]]. Newton juga kemudian memberikan pandangan tentang konsep ruang dan waktu mutlak.<ref name="Rynasiewicz 2014">{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/sum2014/entries/newton-stm/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Rynasiewicz|first=Robert|date=2014|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Summer 2014}}</ref>[[Berkas:Apparent retrograde motion.gif|jmpl|Perbedaan teori heliosentris [[Nicolaus Copernicus|Copernicus]] (kiri) dan [[Geosentrisme|geosentris]] (kanan) saat menjelaskan gerak dari planet [[Mars]] terhadap Bumi (lintasan merah). |pus|512x512px]]
== Filsafat ruang (dan) waktu ==
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ruang dan waktu merupakan bahasan sentral dalam filsafat fisika. Pembahasan ruang dan waktu pun terus berkembang dari masa ke masa. Mulai dari kajian yang bersifat [[metafisika]] hingga yang dibahas langsung secara matematis dan empiris.
 
====== Descartes ======
Menurut [[René Descartes|Rene Descartes]] ruang dan materi adalah suatu kesatuan dan tak terbatas adanya. Ukuran dan bentuk merupakan persyaratan utama bagaimana suatu materi didefinisikan atau dibayangkan. Sehingga ruang merupakan implikasi dari aspek spasial yang dimiliki oleh materi. Implikasi langsung dari pendapat Descartes adalah tidak akan mungkin terdapat suatu ruang yang vakum, karena vakum tidak memiliki dimensi atau aspek spasial. Jika setiap daerah dari ruang merupakan perwujudan aspek spasial dari materi, maka tanpa materi tidak akan ada ruang<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/spr2017/entries/spacetime-theories/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|lastname="Huggett|first=Nick|last2=Hoefer|first2=Carl|date=2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Spring 2017}}<"/ref>. Untuk menjelaskan gerakan suatu benda, Descartes berpendapat bahwa tidak terdapat ruang mutlak ; artinya jika suatu materi bergerak atau berpindah maka seluruh ruang yang dibentuk oleh materi lainnya akan bergerak relatif terhadap materi tersebut sebagi kompensasi dari perpindahannya.<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2017/entries/descartes-physics/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Slowik|first=Edward|date=2017|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Fall 2017}}</ref> Hukum gerak Descartes dapat dirumuskan menjadi tiga poin sebagai berikut :<ref>{{Cite book|url=https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-94-017-0975-0_4|title=Cartesian Spacetime|last=Slowik|first=Edward|date=2002|publisher=Springer, Dordrecht|isbn=9789048159314|series=International Archives of the History of Ideas / Archives Internationales d’Histoire des Idées|pages=45–74|language=en|doi=10.1007/978-94-017-0975-0_4}} Hlm 45-47. "Thus, his first law of motion states "that each thing, as far as is in its power, always remains in the same state; and that consequently, when it is once moved, it always continues to move .... Descartes insists that the quantity conserved in collisions equals the sum of the individual products of size and speed of the impacting bodies ..."
</ref>
# Suatu benda akan tetap diam atau bergerak dengan kecepatan konstan terkecuali mendapat tarikan atau dorongan.
Baris 34:
 
====== Newton ======
Berlawanan dengan [[René Descartes|Descartes]], [[Isaac Newton|Isaac Newto]]<nowiki/>n berpendapat bahwa ruang vakum, waktu mutlak dan ruang mutlak merupakan suatu entitas yang nyata di alam semesta. Ruang mutlak menurut Newton selalu sama dan tidak bisa dipindahkan.<ref name=":2">Definitions in ''Philosophiae Naturalis Principia Mathematica'', Bk. 1 (1689); trans. Andrew Motte (1729), rev. Florian Cajori, Berkeley: University of California Press, 1934. Hlm. 6-12.</ref> Begitu pula dengan waktu ; menurut Newton waktu berjalan sama (mutlak) disetiap titik di alam semesta dan tidak dipengaruhi aspek fisis eksternal (gaya, masa, kecepatan dan lain-lain).<ref name=":2" /> Newton juga menyatakan bahwa posisi yang ditempati suatu benda adalah suatu besaran dalam ruang yang ditempatinya alih-alih menurut Descartes, ruang merupakan implikasi dari aspek spasial benda. Karakterisasi dari ruang dan waktu menurut Newton dapat dibagi dalam tiga bagian sebagai berikut :<ref>{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/sum2014/entries/newton-stm/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|lastname="Rynasiewicz|first=Robert|date=2014|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Summer 2014}}<"/ref>
# Ruang dan waktu mutlak adalah suatu entitas yang berbeda dengan materi dan keadaanya tidak bergantung pada materi atau benda apapun.
# Gerak mutlak dari suatu benda ada dan dapat ditentukan besaran sejati(mutlak)nya.
Baris 40:
Ruang mutlak menurut Newton dapat dibuktikan menggunakan percobaan ember berisi air yang dirotasikan terhadap suatu titik. Setiap titik di alam semesta dapat melihat gerakan dari ember berisi air ini karena kecekungan permukaan air saat berotasi. Ini adalah contoh dari gerak mutlak terhadap kerangka acuan mutlak menurut newton.
 
Selain gerak mutlak, Newton juga mendefinisikan gerak relatif, yakni gerakan suatu benda relatif terhadap suatu kerangka acuan Inersia. Kerangka acuan inersia atau kerangka acuan relatif yang dimaksud adalah kerangka acuan yang diam atau bergerak dengan kecepatan konstan dan kerangka acuan ini berada di dalam kerangka acuan mutlak Newton. Pada kerangka acuan ini berlaku [[Hukum gerak Newton|hukum gerak Newton.]]. Selain itu yang hal lainnya yang membedakan konsep Newton dan Descartes adalah pandangannya terhadap momentum, Newton berpendapat bahwa momentum dari suatu benda hanya bergantung dan berbanding lurus dengan kecepatan dan massanya.<ref>{{Cite web|url=https://www.grc.nasa.gov/www/k-12/airplane/newton2.html|title=Newton's Second Law of Motion|website=www.grc.nasa.gov|access-date=2017-10-10}}</ref>
 
====== Leibniz ======
Baris 47:
====== Relativitas Einstein ======
[[Berkas:Einstein 1921 by F Schmutzer - restoration.jpg|jmpl|[[Albert Einstein]] pada tahun 1921]]
Dalam konsep fisika klasik, dipercaya bahwa gelombang cahaya atau elektromagnetik merambat melalui suatu zat yang dinamakan [[ether]]<ref>Whittaker, Edmund Taylor (1910). A History of the theories of aether and electricity (1. ed.). Dublin: Longman, Green and Co.</ref>, zat ini dipercaya juga bersifat elastis dan memenuhi ruang alam semesta. [[Albert Abraham Michelson|Albert Michelson]] selama enam tahun dari tahun 1881 hingga 1887, dengan instrumen percobaanya mencoba menemukan ether namun selalu gagal <ref>Whittaker, Edmund Taylor (1951), A History of the theories of aether and electricity Vol. 1: The classical theories (2. ed.), London: Nelson</ref><ref>Janssen, Michel; Stachel, John (2008), The Optics and Electrodynamics of Moving Bodies (PDF)</ref>. Sementara beberapa ilmuwan juga telah mulai skeptis dengan konsep ruang dan waktu mutlak yang dikemukakan oleh Newton.<ref>Lange, Ludwig (1886), Die geschichtliche Entwicklung des Bewegungsbegriffes, Leipzig: Wilhelm Engelmann</ref><ref>Giulini, Domenico (2001), [http://www.mpiwg-berlin.mpg.de/Preprints/P190.PDF "Das Problem der Trägheit"] (PDF), Preprint, Max-Planck Institut für Wissenschaftsgeschichte, 190: 11–12, 25–26</ref><ref>Robert DiSalle (Summer 2002), "Space and Time: Inertial Frames", in Edward N. Zalta, The Stanford Encyclopedia of Philosophy</ref> Kemudian pada tanggal 26 September 1905, [[Albert Einstein]] mempublikasikan karyanya tentang relativitas khusus. Dalam naskahnya, Einstein berargumen bahwa aether tidak harus ada jika kita meninggalkan konsep ruang dan waktu mutlak Newton. Basis yang mendasari relativitas khusus einstein adalah dua postulat sebagai berikut :<ref name=":3">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books/about/Relativity_Gravitation_and_Cosmology.html?id=sE47I357JjIC&redir_esc=y|title=Relativity, Gravitation and Cosmology: A Basic Introduction|last=Cheng|first=Ta-Pei|date=2005|publisher=OUP Oxford|isbn=9780198529576|language=en}} Hlm 71-112.</ref>
# Hukum fisika berlaku sama di setiap kerangka acuan inersial, dan tidak ada pengukuran fisis yang dapat menyatakan besaran suatu gerakan mutlak terhadap kerangka acuan inersial.
# Kecepatan cahaya adalah konstan terhadap semua pengamat dalam kerangka acuan Inersia.
Implikasi dari kedua postulat Einstein ini ialah hal yang tak lazim pada masanya seperti dilatasi waktu, kontraksi panjang dan pertambahan masa relativistik.<ref>{{Cite web|url=http://casa.colorado.edu/~ajsh/sr/sr.shtml|title=Special Relativity|website=casa.colorado.edu|access-date=2017-10-10}}</ref> Kemudian dilanjutkan dengan relativitas umum Einstein menunjukan bahwa percepatan akibat medan gravitasi sama halnya dengan percepatan pada kerangka inersia yang dipercepat, yang mana akan berimplikasi terhadap pelengkungan lintasan cahaya dan perlambatan waktu pada suatu ruang dengan medan gravitasi tertentu.<ref name=":3" />
 
Teori relativitas umum Einstein membahas bahwa ruang-waktu dapat dilengkungkan dan pada kasus khusus berimplikasi pada dimungkinkannya perjalanan antar waktu.<ref name=":3" /> Namun banyak ilmuwan berpendapat bahwa perjalanan antar waktu yang mungkin hanyalah ke masa depan karena perjalanan ke masa lalu akan bertentangan dengan prinsip [[kausalitas]].<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/769156318|title=Universe, human immortality and future human evaluation|last=Alexander.|first=Bolonkin,|date=2012|publisher=Elsevier|isbn=9780124158108|edition=1st ed|location=London|oclc=769156318}}</ref> Seperti contoh paradoks yang muncul saat seseorang kembali ke masa lalu dan membunuh leluhurnya.
 
== Filsafat dalam mekanika kuantum ==
Baris 59:
====== Keterikatan, aspek tak terlokalisasi dari partikel ======
[[Berkas:Hydrogen Density Plots.png|kiri|jmpl|Posisi dari elektron pada atom [[Hidrogen]] yang digambarkan sebagai probabilitas dalam fungsi gelombang.]]
Keterikatan dalam mekanika kuantum didefinisikan sebagai suatu fenomena yang terjadi antar partikel atau sekelompok partikel, dimana antar partikel tersebut saling mempengaruhi keadaan kuantum satu sama lain walaupun terpisah secara spasial( misalkan milyaran kilometer ) dan tidak ada interaksi fisis apapun yang terjadi antar partikel <ref name=":4">{{Cite news|url=https://www.thoughtco.com/what-is-quantum-entanglement-2699355|title=What It Means When Two Particles Are Entangled|newspaper=ThoughtCo|access-date=2017-10-10}}</ref>. Interpretasi dari keterikatan kuantum seringkali disalah artikan sebagai pengiriman informasi antar partikel secara instan (melebihi kecepatan cahaya). Keterikatan kuantum bergantung pada dua sifat dasar yang dimiliki materi yaitu ''nonlocality'' (tak terlokalisasi) dan ''nonseparability (''tak terpisah). <ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/entanglement/|title=Entanglement|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref> Sifat tak terlokalisasi merupakan sifat gelombang yang dimiliki oleh suatu partikel. Dalam bahasan klasik, partikel merupakan entitas yang terlokalisasi yaitu memiliki kepastian posisi tiap satuan waktu, namun pengamatan pada partikel elementer seperti elektron mengindikasikan bahwa partikel pada dasarnya tidak terlokalisasi ; elektron dapat berada dimanapun dalam suatu wilayah tiap satuan waktu dan posisinya tidak dapat dihitung secara pasti, melainkan dalam bentuk probabilitas yang didefinisikan dalam suatu fungsi gelombang. <ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/nonlocality/|title=Nonlocality|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref>
 
Sementara itu sifat ''non-separability'', menyatakan fungsi gelombang dari sistem yang terdiri dari dua partikel tidak dapat dipisahkan. Artinya kedua partikel walaupun telah dikatakan "terpisah" sebenarnya kedua partikel tersebut tidak pernah betul-betul terpisah dan tetap saling mempengaruhi hingga dilakukannya pengukuran untuk mengukur posisi tiap partikel. <ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/nonseparability/|title=Nonseparability|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref><ref>Karkoktas Vilos(2004). ''Forms of Quantum Nonseparability and Related Philosophical Consequence''s. [https://arxiv.org/ftp/quant-ph/papers/0502/0502099.pdf Archived.] Journal for General Philosophy of Science, 2004, 35, pp. 283-312</ref><ref>Myrvold, Wayne C. (2010) ''Nonseparability, Classical and Quantum.'' [http://philsci-archive.pitt.edu/5335/1/HolonomyBJPSFinal.pdf Archived] University of Western Ontario.</ref> Sifat keterikatan partikel memunculkan pertanyaan [[metafisika]] tentang hubungan antara materi di seluruh alam semesta.<ref name=":4" />
 
====== Masalah ketidakpastian dalam pengukuran ======
Baris 67:
 
== Filsafat dalam termodinamika dan mekanika statistika ==
Termodinamika adalah cabang dari fisika yang mempelajari energi dan kerja pada (dari) suatu sistem.<ref>{{Cite web|url=https://www.grc.nasa.gov/www/k-12/airplane/thermo.html|title=Thermodynamics|website=www.grc.nasa.gov|access-date=2017-10-11}}</ref> Sementara mekanika statistika mempelajari "sifat" atau karakteristik rata-rata dari suatu sistem menggunakan teori probabilitas.<ref name=":7">{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/fall2015/entries/statphys-statmech/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Sklar|first=Lawrence|date=2015|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Fall 2015}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.britannica.com/science/statistical-mechanics|title=statistical mechanics {{!}} physics|newspaper=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2017-10-11}}</ref> Termodinamika mempunyai hubungan langsung terhadap mekanika statistika karena mekanika statistika memberikan gambaran akan pergerakan materi atau partikel dalam sistem akibat energi dan kerja yang diberikan atau diambil. Termodinamika dan mekanika statistika erat kaitannya dengan [[entropi]] atau derajat kekacauan dari suatu sistem. Entropi memberikan intrepertasi matematis dari "keteraturan" di alam semesta. Selain itu mekanika statistika memberikan pandangan dalam tidak simetrisnya waktu dari suatu proses fisis (Irreversibilitas).<ref name=":7" />
 
====== Irreversibilitas ======
[[Berkas:Stephen Hawking.StarChild.jpg|jmpl|[[Stephen Hawking]] (1980), dikenal memberikan banyak kontribusi terhadap [[Kosmologi|kosmologi]] modern.]]
Prinsip termodinamika mengharuskan bahwa dunia yang didalamnya terjadi suatu proses fisis asimetris terhadap waktu. Contoh : suatu vas bunga terbuat dari keramik jatuh ke lantai dan kemudian pecah, proses sebaliknya, yakni pecahan keramik yang membentuk vas bunga dan kembali ke atas tidak akan pernah terjadi meskipun energi yang dibutuhkan untuk kedua proses sama besar. Implikasi langsung dari irreversibilitas adalah waktu yang mempunyai arah<ref>{{Cite web|url=http://www.informationphilosopher.com/problems/arrow_of_time/|title=The Arrow of Time|website=www.informationphilosopher.com|access-date=2017-10-11}}</ref>. Proses irreversibel harus disertai bertambahnya entropi pada suatu sistem dan entropi semesta tidak pernah menurun.<ref>{{Cite web|url=http://web.mit.edu/16.unified/www/FALL/thermodynamics/notes/node48.html|title=6.5 Irreversibility, Entropy Changes, and ``Lost Work''|website=web.mit.edu|access-date=2017-10-11}}</ref> Sehingga arah dari waktu mengikuti proses ini ; yakni alam semesta dulunya harus lebih teratur dari saat ini dan secara fisika akan lebih kacau di masa depan (entropinya bertambah).
 
Baris 77:
 
====== Asal mula alam semesta ======
Menurut masyarakat Boshongo di [[Afrika Tengah]], pada masa permulaan terciptanya alam semesta hanya terdapat kegelapan, air, dan dewa [[Bumba (dewa)|Bumba]] yang agung. Pada suatu hari, Bumba mengalami sakit perut dan memuntahkan Matahari, pulau-pulau, bulan , bintang, dan segala jenis binatang termasuk manusia.<ref name=":6">{{Cite web|url=http://www.hawking.org.uk/the-origin-of-the-universe.html|title=The Origin of the Universe|website=Stephen Hawking|access-date=2017-10-11}}</ref> Sementara menurut [[Wikipedia:James_UssherJames Ussher|uskup Ussher]], penciptaan alam semesta terjadi 4004 tahun sebelum masehi.<ref name=":6" /><ref>{{Cite web|url=https://www.lhup.edu/~dsimanek/ussher.htm|title=Bishop Ussher Dates the World: 4004 BC|website=www.lhup.edu|access-date=2017-10-11}}</ref> Tidak semua orang setuju bahwa alam semesta memiliki suatu awal. Aristoteles misalnya menganggap bahwa alam semesta telah ada dari waktu yang lampau, dan akan terus ada sampai waktu tak hingga.<ref name=":6" /><ref>{{Cite web|url=http://physics.ucr.edu/~wudka/Physics7/Notes_www/node35.html|title=Aristotelian Cosmology|website=physics.ucr.edu|access-date=2017-10-11}}</ref>
 
Kosmologi modern berbasis pada teori sains dan data hasil pengamatan. Pengamatan [[Edwin Powell Hubble|Edwin Hubble]] yang kemudian dipadukan dengan [[Relativitas umum|teori relativitas umum]] mengindikasikan bahwa alam semesta itu terbatas dan memiliki awal. Kesimpulan ini dirangkum dalam [[Ledakan Dahsyat|teori ledakan besar]] yang menyatakan bahwa pada awalnya yaitu 13,8 milyar tahun lalu, alam semesta merupakan suatu titik dengan kerapatan yang sangat tinggi dan kemudian meledak atau berkespansi hingga seperti sekarang. Hingga saat ini teori ledakan besar masih konsisten dengan pengamatan.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/56647855|title=Big bang : the most important scientific discovery of all time and why you need to know about it|last=Simon.|first=Singh,|date=2004|publisher=Fourth Estate|isbn=0007152515|location=London|oclc=56647855}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.nytimes.com/2017/02/20/science/hubble-constant-universe-expanding-speed.html|title=Cosmos Controversy: The Universe Is Expanding, but How Fast?|last=Overbye|first=Dennis|date=2017-02-20|newspaper=The New York Times|language=en-US|issn=0362-4331|access-date=2017-10-11}}</ref>